Bagaimana jika sumai kita membawa teman wanitanya ke rumah? Apa yang harus kita lakukan. Dan bagaimana jika tanpa sepengetahuan kita suami kita mempunyai sebuah rahasia. Bertahan atau melepaskan?
Voir plus"Mas, aku tak nyaman kalau ada orang lain di rumah kita," ucapku memprotes keputusan Mas Aryo.
"Mereka bukan orang lain, Dek. Mereka itu sudah seperti saudara bagiku," sahutnya santai seolah kecemasanku tak berarti.
"Tapi, Mas ... mereka kan bisa ngontrak atau ngekost," balasku yang masih berharap dia bisa mengerti kekhawatiran diri ini.
"Ya, memang mereka kan mau ngontrak, Dek. Berhubung belum dapat yang cocok, jadi untuk sementara biarlah di sini saja," pungkasnya kemudian berlalu meninggalkanku yang masih merasa kesal dengan keputusannya.
Bukan tanpa alasan aku seperti itu, saking seringnya membaca cerita di grup literasi F******k membuat diri ini menjadi khawatir.
Di beberapa cerita yang pernah kubaca, hadirnya orang ketiga sangat besar kemungkinannya membuat rumah tangga menjadi tidak harmonis lagi.
Hati ini benar-benar kesal dengan Mas Aryo, tak tahukah dia, begitu banyak bencana yang terjadi dalam rumah tangga hanya karena ada orang lain masuk ke dalamnya.
Menurut ceritanya, suamiku pernah berhutang budi pada Agus, temannya yang mau numpang sementara itu. Jangankan cuma teman, ipar aja kadang bisa berubah menjadi maut. Ya kan?! Dan tak banyak pula orang tua juga bisa menjadi alasan kehancuran rumah tangga anaknya. "Naudzubillah min dzalik, kami berlindung kepada Allah dari hal (buruk) itu.
****
"Mereka jadi tinggal di sini?" tanyaku, ketika melihat Mas Aryo sibuk membersihkan ruangan yang sudah beralih fungsi menjadi gudang itu. Aku masih berdiri di ambang pintu sambil terus memperhatikannya yang masih sibuk mengeluarkan beberapa benda yang tertata rapi di dalamnya.
"Iya, untuk sementara saja," jawabnya datar dengan keringat yang bercucuran di wajah dan badannya.
Aku berdecak mendengar jawabannya. Merasa jengkel dan kecewa. Aku pun berlalu begitu saja, meninggalkan lelakiku yang masih sibuk menata ruangan.
Katanya sih, mas Aryo sudah berusaha membantu temannya itu mencari tempat kos. Namun, mereka belum menemukan yang cocok. Ada saja alasannya, ada yang disukai, tapi sayang kamar mandinya di luar kamar. Ketika sudah menemukan yang sesuai selera mereka, eh katanya kemahalan, nah jadi bingung kan?!
****
"Assalamualaikum," ucap seseorang ketika aku sedang berada di dapur.
"Wa'alaikumussalam," balasku sambil berjalan ke depan.
"Loh? Kok sudah pulang, Mas?" tanyaku sambil meraih tangan kekar suamiku, kemudian menciumnya dengan takzim.
"Iya, mas izin pulang cepat," sahutnya yang terus berlalu ke dalam. Aku menatap punggung suamiku hingga lenyap dari pandangan karena sudah masuk ke kamar. "Tumben? Apa dia sedang sakit ya?" gumamku keheranan, karena tak biasanya Mas Aryo bersikap begitu. Perlahan aku pun kembali menutup pintu tanpa menguncinya.
Semenjak masuk ke kamar, Mas Aryo sama sekali tak keluar. Saat kutengok tadi dia sedang khusuk menatap ponselnya sambil rebahan.
Aku hanya memandanginya sesaat lalu kembali ke dapur melanjutkan acara masak yang belum selesai tadi.
"Alhamdulillah," ucapku, setelah selesai memasak dan beres-beres dapur. Kemudian melangkah ke kamar hendak mengambil ganti baju karena mau membersihkan diri yang terasa penat ini.
Kulihat mas Aryo sudah tertidur, "Mungkin dia lelah, semoga lelahmu menjadi berkah, Mas," ucapku. Sambil mengambil ponsel yang masih dipeganginya lalu meletakkan benda pipih itu di meja.
****
"Mau kemana, Mas?" tanyaku kaget, ketika tiba-tiba mas Aryo keluar dengan badan yang segar dan harum.
Mas Aryo hanya memandangku sekilas. Lekas kumatikan kran dan menaruh selang di tempatnya semula, berniat menghampirinya. Namun, suamiku itu malah berlalu menuju mobil milik bos-nya yang dikendarainya saat pulang tadi.
"Mau jemput Agus," jawabnya, "Dek, nanti kamu harus bersikap baik pada mereka," imbuhnya setelah sudah berada dalam mobil dan tanpa menunggu jawaban dariku, mobil yang dikendarainya sudah melaju pergi.
Aku bahkan lupa bernapas saat mendengar pesannya. "Ada apa dengan suamiku?" tanyaku entah pada siapa. Semenjak mas Aryo mengungkapkan rencana itu dan ketika aku kurang menyetujuinya, lelakiku itu seolah berubah.
Untuk kalian yang ada diluar sana, jadilah manusia yang bijak. Jangan melukai orang lain, jika kamu tak ingin terluka.Terima kasih untuk semua yang sudah membaca cerita ini, semoga bisa diambil hikmahnya. Aamiin Aamiin Aamiin ...***Malam ini aku kembali merenung, memilih berdiri di ambang jendela yang terbuka. Dari sini aku bisa melihat terangnya cahaya bulan purnama. Pikiran ini benar-benar tak tenang semenjak kunjungan mas Aryo ke sini."Lagi mikirin apa?" tanya Mas Bayu yang tiba-tiba sudah memeluk tubuh ini dari belakang. Lelaki itu berbicara tepat di telingaku, seketika membuat bulu romaku berdiri."Aku kepikiran sama dia, Mas. Bagaimana kalau lelaki itu berniat mengambil Lintang dariku?" Aku mengutarakan isi hatiku pada mas Bayu."Kamu gak usah khawatir, Sayang. Percayalah aku akan selalu melindungi kalian berdua." Mas Bayu menjeda kalimatnya, untuk mengecup pipiku sekilas."Bagaimanapun juga Aryo itu ayah kandungnya. Jadi ... Aku mengizinkannya untuk menengok Lintang sebulan
"Maaf, Nak Mila. Sepertinya ada yang harus diluruskan di sini," ucap seseorang dengan suara berat.Aku dan mas Nano sama-sama menoleh ke asal suara. Ada seorang bapak-bapak dengan kopiah khas berwarna putih."Maaf, Bapak ini siapa?" tanya mas Nano."Saya orang yang dimintai tolong oleh nak Aryo. Perkenalkan nama saya Husain," sahutnya sambil mengulurkan tangannya pada mas Nano."Saya Nano, kakaknya Mila. Mari silahkan masuk dulu. Ayo, Mila. Cuma sebentar saja," bujuknya, saat aku menolak ikut masuk ke rumah.****"Sebelumnya, cerai (talak) dalam Islam terbagi dua macam, ya Nak," ucap Pak Husain mengawali obrolan, setelah kami sudah duduk di ruang tamu. Semua menyimak termasuk Aryo dan Ratih."Yang pertama talak Sunni, yaitu talak yang dilakukan sesuai prosedur syariat. Yang kedua talak Bid’i, yaitu talak yang tidak sesuai prosedur syariat." Pak Husain berhenti sejenak, Pria dengan janggut tipisnya itu mengambil napas panjang sebelum kembali menjelaskan."Begini, Nak Aryo. Mentalak ist
Bunyi pintu dibuka kasar membuat kami semua menengok ke asal suara. Di sana sudah ada Mas Aryo yang sedang berdiri di tengah pintu."Mila!" Lelaki itu berseru. Rahangnya mengeras karena sedang menahan amarah.Semua yang berada di sini terdiam untuk sesaat kerena melihat kedatangan mas Aryo yang tiba-tiba. Tak lama kemudian datang istri sirinya, kini mereka sudah berdiri berdampingan. Seperti biasa Ratih akan menggandeng lengan mas Aryo. Seakan ingin menegaskan kalau dia yang berhak atas diri lelaki itu."Mila, apa yang sudah kamu lakukan pada Ratih?!" tanyanya geram, tatapan matanya tepat menghujam manik mataku, seolah diri ini sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal."Apa? Emang apa yang kulakukan padanya?" Jujur aku masih kurang faham dengan maksud pertanyaannya."Kamu boleh tak menyukainya, tapi jangan bersikap seperti preman. Mila, aku ini tetap suamimu, jadi gak usah cemburu sama Ratih! Mengertilah ... aku akan berusaha bersikap adil pada kalian," sahutnya dengan percaya diri
"Kamu ... mau kan, bertahan? Kita coba dulu menyadarkan Aryo," lanjutnya.Demi Allah aku sampai tersedak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Ibuku.Setelah batuk akibat tersedak tadi reda, kini aku tengah memandang ibu yang sedang tersenyum."Ibu ... Boleh gak orang hamil dicerai?""Ibu juga kurang faham, Mil. Tunggu ibu punya seorang teman yang mengerti tentang masalah seperti ini, mungkin dia bisa memberikan masukan dan memberi jalan keluar," jawab ibu. Wanita yang masih gesit di usianya yang tak muda lagi itu bangkit."Mau kemana, Bu?""Ambil ponsel. Tunggu ibu akan segera kembali. Jangan keluar kamar dulu, oke?" pesannya sebelum meninggalkan kamarku.Aku hanya tersenyum dan menyatukan jari jempol dan jari telunjuk hingga membentuk huruf O.Kembali aku merenung, apa keputusanku ini sudah tepat?"Ya Allah tolong hamba, tunjukkanlah jalan yang terbaik untukku." Selalu kupanjatkan doa di setiap tarikan napas ini.Banyak yang bilang dengan kita rela dan ikhlas dimadu, balasannya
Setelah aku sampai di sana, akan kupastikan kalau aku tak akan keluar dari sana. Itu rumah suamiku, jadi akan menjadi milikku juga istri satu-satunya mas Aryo."Tunggu kedatanganku, Mila," gumamku. Aku benar-benar gak sabar menunggu nanti malam.***Kedatangan kami disambut oleh Mila. Aku sendiri sedikit terkesan dengan penampilannya, dia nampak berbeda. Wajahnya kelihatan semakin berseri, begitu juga dengan bentuk badannya yang kelihatan sedikit berisi tapi nampak se*si. Seperti ada aura yang sangat baik di dirinya.Tak kusangka mas Aryo langsung menghambur memeluknya. Tentu saja itu membuatku cemburu dan jengkel. Sepertinya jalanku akan lebih mudah, karena Mila sudah melakukan penolakan pada mas Aryo dengan mendorong tubuh suamiku itu, dengan segera aku menggandeng tangannya.Mas Aryo memaksaku untuk mengatakan yang sebenarnya pada Mila, kalau yang mengirim pesan bukanlah dia, tapi aku. Saat seorang laki-laki yang dipanggil mas Nano itu pamit masuk ke dapur untuk menemui ibunya."Ce
Pov Ratih Aku sungguh terkejut bercampur kesal mendengar kabar kalau mas Agus mengalami kecelakaan dan sudah dibawa ke rumah sakit. "Kenapa bisa kecelakaan sih? Kalau sudah begini siapa yang susah? Apa-apa gak bisa hati-hati. Apa tadi kata Pak Polisi? Parah? Oalah Agus! Agus! Belum juga membuat hidupku bahagia kamu wes kena musibah, Gus ... Agus. Apes!" omelku sepanjang aku berkemas beberapa barang yang akan kubawa ke rumah sakit. "Bang, anterin ke rumah sakit," pintaku pada tukang ojek yang standby di pos kamling. "Siapa yang sakit, Mbak?" tanyanya kepo. "Mas Agus kecelakaan," sahutku sambil menerima helm darinya. "Innalilahi, di mana kecelakaannya, Mbak?" Pak ojek malah ngajak ngobrol. "Kurang tahu, Pak. Udah ah! Ayok cepetan!" sungutku. "Iya, iya. Ayo, Mbak. Duh, kasihan si Agus. Mudah-mudahan selamat tidak terjadi apa-apa," Pak ojek berdoa sambil menjalankan motornya. "Terima kasih, Bang. Ini, aku cuma punya duit segitu, Bang. Terima aja ya." Aku tak ped
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires