Share

BAB 40. Keluargaku datang.

“Lebih baik kita tanyakan langsung, Mas. Aku khawatir kejadian ini akan berulang lagi,” kataku memberi solusi.

“Kamu benar, nanti kita tanyakan pada Ibu, ya. Sekalian Mas mau tanya sertifikat kebun karet milik Kakek.”

“Loh, memang punya?” tanyaku terkejut.

“Iya, punya dulu sewaktu Kakek masih hidup memberikannya pada Mas, lalu Mas titipkan pada Ibu.”

“Sudah berapa lama, Mas?”

“Sudah dari Mas umur 17 tahun, Dik. Waktu itu Mas ikut merantau tetangga ke pulau seberang karena rumah ini dijadikan kandang sapi maka semua berkas-berkas penting dipindahkan ke rumah Ibu.”

“MasyaAllah, Mas, itu sudah lama sekali. Sekarang aja umur Mas sudah 28 tahun. Semoga saja masih, ya, Mas.”

“Semoga, Dik. Rencananya mau Mas jual separo. Untuk modal kita dagang dan dandan gubuk kita ini, Mas sudah tidak tahan dan juga kasihan padamu selalu saja dihina di mana-mana.”

“Terima kasih, Mas. Semoga masih rezeki kita, ya?” jawabku meski aku ragu sertifikat itu masih ada atau tidak.

Aku sedang membereskan tanaman-ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status