Share

Enam

WARISAN ISTRIKU (6)

(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)

"Betul. Mas sudah tahu kalau Sonia punya tiga anak. Tapi ...mas belum sempat mikir serius soal ini. Kamu tahu kan gimana anak-anak Sonia itu? Tiga anak laki-laki. Dan yang besar sudah beranjak dewasa. Suka tawuran. Mas takut nggak cocok sama dia, Ras. Gimana bagusnya ya?" Mas Danu terlihat bingung dan tertekan.

Entah mengapa tiba-tiba ia jadi mengeluhkan Bu Sonia sedari tadi. Padahal yang hendak menikahi perempuan itu adalah dirinya sendiri. Bukan atas suruhan atau permintaan dariku. 

Tapi kenapa saat ini seolah-olah ia hendak menyalahkanku soal rencana menikah yang akan ia lakukan dengan janda pemilik warung sembako itu?

Apa tidak salah?

"Ya, itu terserah Mas dong. Mas kan sudah dewasa. Sudah bisa berpikir dengan bijak, mana hal yang kira-kira bermanfaat untuk kebaikan Mas. Dan mana hal yang kira-kira akan merugikan Mas sendiri. Kalau memang Bu Sonia yang terbaik buat Mas ya lakukan lah. Nikahi dia baik-baik dan bangun rumah tangga dengan baik-baik pula. Insya Allah kalau niat tulus karena ibadah mengharapkan ridho Allah, pasti semua akan dimudahkan dan dilancarkan," sahutku berusaha menyemangatinya.

Namun, mendengar ucapanku, Mas Danu justru menekuk wajahnya.

"Justru karena itulah, Ras. Mas sekarang jadi berpikir ulang bahwa menikah dengan Sonia itu bukan keputusan yang terbaik buat mas. Dia seorang janda beranak tiga. Usianya juga jauh lebih tua sepuluh tahun dari mas. Dan dengar-dengar dulu dia bercerai dari suaminya juga karena usaha suaminya itu bangkrut. Dia nggak sabar dengan ujian yang menimpa suaminya hingga akhirnya suaminya diusir dari rumah. Nah, mas takut nanti juga akan diperlakukan sama seperti itu, Ras. Karena mas ini kan statusnya bekerja sama dia. Mas takut diperlakukan dengan seenaknya. Bisa aja kan kalau sudah bosan nanti mas ditinggalkan atau disuruh pergi begitu saja? Duuh, bingung mas. Gimana baiknya ya, Ras?" tanya Mas Danu lagi dengan nada mengeluh.

Dan demi mendengar keluhannya itu, aku pun pura-pura mengernyitkan kening.

Hmm, alasan! Satu kampung ini semua juga sudah tahu kalau Bu Sonia-lah yang sudah tega mengusir Pak Rahman, suaminya dari kediaman beliau karena jatuh bangkrut usahanya.

Pak Rahman yang masih sayang keluarga dan enggan berpisah itu akhirnya tak kuasa juga menolak saat keluarga besar Bu Sonia akhirnya mengusir paksa laki-laki itu dari kampung sini.

Dan Mas Danu pastinya juga sudah tahu kisah ini dari dulu.

"Ya, kamu berdoa saja, Mas semoga Bu Sonia sudah berubah. Masa sih mau kawin cerai terus? Aku yakin Bu Sonia sekarang nggak seperti itu lagi. Aku lihat dia benar-benar sayang sama kamu kok. Jadi, kamu positif thinking aja kalau kamu pay akan bisa hidup bahagia dengannya. Oke?"

"Tapi, Ras ...."

"Luruskan niat, Mas. Kalau memang niat kamu ingin membangun kehidupan yang lebih baik dan rumah tangga yang lebih bahagia bersama Bu Sonia, semua itu pasti akan terwujud. Sudah ya, Mas. Hari sudah malam. Aku ngantuk, mau tidur dulu. Besok mau perjalanan jauh soalnya," jawabku sambil bangkit dari hadapannya dan kembali menuju depan televisi dan mulai membaringkan tubuh di sana.

*****

"Ras ... Ras ...!"

Entah jam berapa saat kurasakan pundakku diguncang pelan oleh seseorang.

Dengan malas kubuka mata dan menemukan wajah Mas Danu yang ternyata belum memejamkan mata juga tertuju ke arahku.

"Ada apa, Mas?" Aku menyingkirkan selimut yang menutupi wajahku agar bisa melihatnya.

"Ras, hmm ... tidur di kamar saja yuk. Mas kedinginan," ucapnya tanpa disangka-sangka.

"Kedinginan? Kok bisa? Kan ada selimut?"

"Nggak mempan, Ras. Ayolah, nanti kamu juga masuk angin kalau maksa tidur di atas tikar begini," ucapnya lagi.

Namun, aku menggelengkan kepalaku.

"Nggak mau, Mas. Biar aja aku di sini. Mas kan sudah talak aku, masa masih tidur satu kamar?" jawabku.

"Tapi mas baca-baca g****e tadi, katanya walaupun suami mengucapkan talak tiga dalam sekali ucap, tapi kalau baru kali ini dia mengucap talak pada istrinya, itu dalam agama masih dihitung sebagai talak satu. Dan masih boleh rujuk, Ras. Dan ... mas pengen rujuk. Mas nyesel sudah nalak kamu tadi. Maafkan mas ya, Ras. Kamu mau kan memberikan mas kesempatan sekali lagi? Mas masih sayang sama kamu. Mas nggak mau berpisah. Mau ya, Ras?" ibanya sambil menarik jemariku dan menciumnya sebagai permintaan maaf.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status