Share

Chapter 4

last update Last Updated: 2024-08-22 10:12:05

Malam ini Kemala benar-benar menginap di apartemen mewah milik nenek itu. Ia bahkan hanya sekali membantunya, tapi sudah diperlakukan seperti ratu. Kemala merasa bahagia, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk dan wangi. Menciumi aromanya yang asing. Namun, sayang. Entah apa alasannya ia sulit untuk terlelap tidur dan merindukan aroma bantal guling lapuk miliknya. Ternyata, tidur di tempat mewah membuat tubuhnya sulit beradaptasi.

"Menyingkirlah!" Satu persatu Kemala melemparkan bantal guling ke atas lantai, membolak-balik tubuhnya agar mendapat posisi yang nyaman. Hampir setiap sudut ia coba dengan posisi yang berbeda. Nihil! matanya tetap saja terjaga.

_______

Brugh! Dug! Dug!

Mata Kemala yang baru saja terpejam langsung melotot. Ia menyapu sekeliling ruangan dan mulai ketakutan. " Mungkinkah ada maling masuk ke apartemen mewah ini?" tanyanya pada diri sendiri. Kemala mengendap keluar dari kamar. Tidak ada sesuatupun yang mencurigakan, tapi suara bising itu semakin kencang terdengar.

Kemala berjalan ke arah pintu, tampak keributan terdengar dari luar.

"Buka! Buka pintunya!"

Kemala bisa mendengar jelas suara itu. Suara kakaknya yang sering ia dengar di media sosial. Gadis itu mengintip dari lubang pintu yang sengaja dibuat untuk melihat keadaan di luar, meski terbatas.

"Mbak Nadine. Itu benar-benar dia!" Kemala sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Nadine berpakaian koyak dengan dan menjambak-jambak rambutnya sendiri.

"Buka! Ibu, buka pintunya!"

Pintu itu terus saja dipukul keras, hingga terlihat Nadine terduduk di sana dengan lemas.

"Kemana saja kamu saat aku menjemputmu, tadi!" Suara Kumari terdengar keras dan menarik tubuh Nadine masuk ke dalam. "Bukankah sudah kukatkan agar kau tidak minum terlalu banyak!"

"Berisik! Lepaskan aku!"

"Kamu tidak pernah mengikuti arahanku, Nadine. Kamu bisa celaka dengan kelakuanmu ini!"

"Aku tidak peduli."

"Tapi, aku masih peduli!"

Brugh! Nadine menjatuhkan dirinya sendiri ke atas kasur. Ia tidak lagi ingin mendengarkan ibunya yang hanya peduli terhadap uangnya dan bukan dirinya.

___________

"Kamu pasti terganggu dengan suara berisik itu 'kan? Seperti itu pula aku dan hampir setiap malam"

Kemala segera berbalik dan melihat nenek yang keluar dari kamarnya. Ia menuangkan secangkir air putih. Kemala menghampirnya, dan nenek itu menuangkan air yang sama di gelas yang berbeda.

"Sungguh Nadine seperti ini setiap malam, Nek?"

"Ya, hampir setiap malam. Kadang juga pagi." Nenek meneguk air putih miliknya.

"Tapi, aku lihat Nadine seperti orang yang begitu beruntung, Nek. Di istagram ia kerap kali memarkan kebahagiaannya."

"Apa yang bisa kamu percaya dari sana. Orang-orang bisa lebih mudah pura-pura bahagia daripada menjalani kehidupan sesunggugnya."

Kemala mengerti, ia hanya mengangguk dua kali dan menelan ludahnya yang terasa kering.

"Minum lah dan kembali tidur, ini masih malam!" Nenek melihat jam yang masih menunjukkan pukul 02.00 pagi.

Kemala kembali masuk ke dalam kamarnya. Ia hanya terbaring dengan mata menatap kosong ke atas langit-langit kamar. Kenyataan yang dilihatnya barusan seperti tamparan keras untuknya. Ia yang bersekolah dan sampai kuliah, meski dengan biaya terbatas bisa hidup lebih baik dibanding kakaknya yang hidup berantakan seperti itu dan setahu Kemala, kakanya bahkan hanya tamat Sekolah Menengah Atas.

"Apakah semua yang diperlihatkan Mbak Nadine selama ini hanya kebahagiaan semu?"

Otak Kemala yang terus memikirkan banyak hal membuatnya menjadi pusing, apalagi karena ia belum sempat tidur dengan benar sejak tadi malam dan ini hampir pagi. Perlahan, matanya yang berat tertutup juga.

________

"Bau apa ini, Nek?"

"Apa?"

"Sepertinya aku mencium aroma-aroma lain di sini."

"Tajam sekali hidungmu. Ada seseorang yang menginap di kamarmu, Emeril."

"Apa? Bagaimana mungkin di kamarku, Nek?"

"Hanya malam ini. Itu adalah gadis yang menolongku dari jambret itu, kemarin."

"Nenek yakin, dia bukan bagian dari komplotannya?"

"Hus! Jaga bicaramu dia bisa mendengarnya."

Kemala memicingkan telinganya. Samar-samar ia mendengar percakapan itu.

"Apa? Siapa yang berani berbicara seperti itu padaku?" Kemala bangkit dari tidurnya, membuka pintu dan melihat seorang pria tengah berdiri bersama nenek itu.

"Kamu sudah bangun?" Nenek menyapa Kemala. Pria itu berbalik dan mendelik pada Kemala.

'Kenapa dia menatapku seperti itu?' batin Kemala sama-sama sinis pada pria yang memandangnya tanpa berkedip, seperti mengintainya dari ujung rambut hingga telapak kaki gadis itu.

"Nenek, apakah wanita ini yang Nenek maksud?"

"Benar. Namanya Kemala. Kemari lah, Nak!"

Kemala menghampiri Nenek dan melewati pria itu, mencibirnya dengan kesal. Begitu pun dengan Emeril. Ia segera masuk ke dalam kamarnya dan melihat semua kekacauan itu.

"Nenek! Ada apa dengan kamarku?" teriak Emeril tidak terima.

Kemala yang mendengar itu langsung menghampiri, matanya terbelalak. Ia lupa kalau semalam ia menjatuhkan semua penghuni kasur itu dan seprainya pun lepas dari kasurnya. Benar-benar amburadul.

"Aku akan segera merapikan ini. Tunggu 5 menit!" ucap Kemala mengambil bantal yang tergeletak di lantai.

"Tidak perlu. Aku akan melaundry semuanya!" Cegah Emeril.

"Tidak perlu!"

"Perlu!"

"Tidak!"

"Perlu!"

Keduanya saling menarik bantal itu, satu sama lain.

"Hentikan! Dan simpan guling itu!" Nenek datang untuk menghentikkan mereka. "Mari kita sarapan. Aku akan memasak untuk kalian."

"Tidak perlu, Nek. Biar Emeril saja!" Pria itu cepat-cepat melepaskan guling yang dipegangnya.

Kemala mengikuti keduanya. Ia duduk menunggu dengan nenek di kursi makan.

"Jangan dengarkan dia. Sebenarnya hatinya sangat baik," bisik nenek.

Kemala hanya tersenyum kecut. 'Kebaikan apa yang ada pada pria angkuh dan sombong seperti itu?'

"Jadiii!" Emeril menyiapkan dua piring sarapan untuknya dan nenek.

"Emeril!" ucap nenek menekan dengan mata yang membulat.

"Dia kan bisa mengambilnya sendiri, Nek. Sudah untung aku buatkan."

"Dia tamu, Nak!"

"Ish! Menyusahkan saja!"

Bibir Kemala berkerucut dengan tatapan mata sebal. Tangannya mengepal kesal, berkali-kali ia menahan tangannya yang sangat ingin memukul pria itu dari belakang. Namun, karena sang nenek yang sudah sangat baik padanya, ia berusaha menahan. 'Pria berbibir lemes seperti itu biasanya adalah keluarga bebek. Ya, benar. Dia sangat mirip dengan bebek. Bebek jantan!' umpat Kemala.

"Tidak perlu berterimakasih," ujar Emeril sembari menyimpan kasar sarapan milik gadis itu.

'Dih! Siapa juga yang sudi berterimakasih!' batin Kemala geram.

Makan pun jadi tidak selera, Emeril terus saja memperhatikan, ia bahkan beberapa kali menyindir dan menghitung setiap suapan yang masuk ke dalam mulut Kemala.

'Ya, ampun. Menyebalkan sekali!'

"Kamu tidak suka makanannya, Kemala?"tanya nenek.

Gadis itu menggeleng cepat. "Makannya enak, Nek. Hanya saja, sepertinya ada seseorang yang siap menghitung makanan ini menjadi tagihan."

"Hahaha ..." Nenek tertawa lepas. Lalu, menggeleng. Ia melihat sorot mata Emeril yang tajam, begitu pun dengan Kemala. Keduanya tampak sedang berperang dalam diam sekarang.

"Tidak perlu saling membenci berlebihan, karena cinta bisa saja datang setelahnya," seloroh nenek.

"Iiih amit-amit!" Keduanya memekik bersamaan.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    End ~

    Kemala berdiri di depan pintu kamarnya. Tangannya basah menggenggam alat tes kehamilan yang diberikan oleh Emeril. "Apa yang sedang kamu lakukan di sana?" Nadine menengok dari celah pintu yang terbuka.Kemala perlahan masuk, melihat kakaknya yang tengah duduk sembari memijat kening."Bagaimana keadaan Mbak sekarang?""Aku masih mual dan kepala terasa pening," jawab Nadine seadanya. Kemala kembali terdiam, hingga kakaknya melirik lagi dengan ekor mata."Kamu tidak sedang sakit gigi 'kan, Kemala? Bukan tipemu diam seperti itu. Katakanlah kalau ada sesuatu!" Nadine menarik wajahnya lagi dan melanjutkan pijatan."Mbak, tahu kan kalau aku selalu siap saat mbak membutuhkan bantuan?" ujar Kemala membuat tubuh Nadine berbalik dan memandangnya."Katakanlah! Aku tidak bisa menebak-nebak pikiranmu.""Emeril memberikan ini." Kemala membuka telapak tangannya. Alis Nadine berkerut. Tentu saja ia tahu alat apa itu."Aku memang wanita sewaan, tapi tidak semua pria aku tiduri." Nadine ingat betul, ha

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 38

    "Turun!" Jeri menarik paksa pria yang baru saja dibawanya dari dalam mobil. Ia dibekuk untuk diserahkan ke pihak berwajib. "Lepaskan aku!" Pria itu tetap saja menolak. Namun, Jeri dan beberapa anak buahnya menyeret pria itu untuk masuk ke dalam kantor polisi. "Pekerjaan yang bagus." Emeril menepuk pundak asistennya itu. "Siap, Pak." "Selesaikan pekerjaanmu, aku ingin urusan ini cepat selesai." "Baik, Pak. Sekarang, kita sudah mendapatkan saksi yang kuat. Rekaman cctv dan pihak managent hotel pun akan segera datang untuk memberikan kesaksian. Saya yakin hari ini Mbak Nadine bahkan bisa terbebas dari tuduhan dan dilepaskan dari sel tahanan." "Oke. Aku akan menunggu." Jeri mengangguk cepat dan segera menyusul anak buahnya untuk memberi keterangan pada pihak kepolisian. Sebenanrya bisa saja Emeril membiarkan pihak penyidik yang melakukan ini, tapi tentu saja akan lama. "Kalau sudah begini tidak ada alasan lagi dari pihak penyidik untuk mengulur waktu," gumam Emeril. Beber

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 37

    "Rencana itu spontan terucap begitu saja. Aku tidak bisa menghentikkan air mata bapak. Maafkan aku, jika telah lancang seperti ini dan memperkeruh suasana." Wajah Kemala tertunduk. Mereka kini berbicara empat mata di dalam mobil. "Aku tahu kamu tidak mungkin memilih wanita sepertiku untuk dijadikan istri. Aku sadar diri, Emeril. Namun, situasinya sudah seperti ini. Entah takdir apa yang telah Tuhan tuliskan untuk kita, tapi untuk menyelesaikan setiap masalah yang menerpa, bagaimana kalau kita menerima takdir ini.""Maksudmu dengan menikah?""Ya, Bukan pernikahan seperti yang lainnya. Simbiosis mutualisme, pernikahan ini hanya untuk itu. Bukankah kamu membutuhkanku untuk tetap bisa mempertahankan perusahaan? Dan aku membutuhkan bantuanmu untuk mengeluarkan kakakku dari penjara. Kita akan impas. Setelah semuanya kembali normal, kamu bisa melepasku lagi.""Heum!" Emeril berdecak tak percaya. "Sepicik itu kamu berpikir tentang pernikahan, Kemala! Aku tidak akan menikahi wanita yang tidak

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Bab 36

    Kemala tidak berhenti menatap pria yang berada di sampingnya, sekarang. Bukan karena tiba-tiba takjub apalagi jatuh cinta, hanya karena pria itu tengah menghubungi seseorang dan dia ikut menunggu jawabannya.[Kami menemukan identitasnya, Pak. Ibu Nerma ini adalah istri dari Pak Candra. Beliau salah satu pejabat kota dan sebelumnya gencar diberitakan ada skandal diantara Mbak Nadine dan Pak Candra.] Lapor salah tim IT yang diminta Emeril untuk menyelusuri identitas Nerma."Apa mungkin ini adalah sebuah jebakan yang sengaja dilakukan oleh ibu Nerma?" tanya Kemala."Ya, sepertinya begitu.""Terus bagaimana?" tanya Kemala lagi."Tidak ada jalan lain. Kita harus menyewa pengacara." Emeril mengendikkan bahunya dan mulai menyalakan mesin untuk beranjak dari hotel itu.Kemala menunduk lesu, tentu saja karena ia tidak punya uang untuk menyewa pengacara dan dari mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Sedangkan, berita ini lambat laun pasti akan tercium media dan sampai pada bapaknya. Hanya

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Bab 35

    "Ayo!" Emeril berdiri di samping Nadine yang masih menenggelamkan kepala pada bantal kursi. Gadis itu sedikit mengangkat wajah, melihat Emeril sebentar sebelum kembali menelukupkannya ke tempat yang sama."Bukannnya kamu mau ke kantor polisi?" ujar Emeril lagi."Bagaimana kita bisa melewati mereka?" tanya Kemala, ia sudah mengintipnya sekali dari gorden. Bukannya pergi, jumlah mereka malah semakin banyak, menyusul berdatangan."Aku punya jalan lain," ujar Emeril lagi. Kemala hampir tidak percaya. Bisa saja pria itu hanya bercanda. "Aku tidak sedang membuat lelucon. Rumah ini punya jalan rahasia."Mata Kemala menyelidik, sekali lagi ia enggan percaya, tapi perasaannya untuk segera menemui Nadine tidak bisa ditahan. "Awas kalau kamu mengerjaiku!" Kedua bola mata itu hampir keluar, mengancam.Emeril berjalan lebih dulu diikuti Kemala. Ia keluar dari pintu samping yang langsung ke kamar Kemala. Mengendap untuk tidak terlihat. Setahu gadis itu di belakang rumah Emeril dibatasai dinding tem

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Bab 34

    Nadine terduduk di sebuah kursi, di depannya terdapat seorang pria yang sejak tadi menatapnya setelah mengajukan beberapa pertanyaan. Ia mencatat dan merekam secara detail semua penjelasan yang Nadine utarakan. Gadis itu tidak banyak bicara, ia masih syok dengan kejadian yang seperti mimpi, jelas tidak pernah terpikirkan olehnya akan duduk di kursi ini dengan status tersangka pencurian. Dia memang bukan wanita baik-baik, tapi tidak pernah sekali pun dalam hatinya terbersit untuk mengambil harta milik orang lain."Bersama siapa Anda datang, semalam?" tanya penyidik yang bertugas. Nadine yang menunduk sejak tadi memikirkan perihal orang yang menjebaknya, perlahan mengangkat wajah. Ia harus berpikir untuk menjawab pertanyaan penyidik itu, karena dirinya memang tidak mengenal pria yang ditemuinya semalam. Nadine hanya datang untuk menemaninya makan malam, pria itu mengaku bernama Abram, pengusaha kaya yang katanya memiliki kantor di mana-mana sampai peloksok Indonesia."Namanya Abram," ja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status