Share

Chapter 7

last update Last Updated: 2025-01-13 18:09:47

"Aish! Kenapa dia begitu mengkhawatirkan!" Emeril memukul lemah kemudinya. Ia yang datang untuk menemui nenek memutar setir mobilnya lagi. "Seharusnya aku tidak ikut campur 'kan? Biarkan saja dia!" Emeril memindahkan gigi mobil dan menginjak gas lebih dalam untuk menyusul mobil Nadine.

"Aku hanya ingin melihatnya saja, setelah itu pergi!" Pria itu hanya berbicara sendiri. Lalu, melesat menyusul mereka.

__________

Mobil Nadine sampai di sebuah Bar. Kemala melihat lorong tempatnya mauk begitu redup, padahal di luar masih terang. Ia masih mengikuti Nadine masuk ke dalam. Di sana ada beberapa pria yang tengah duduk dengan wanitanya. Perpakaian seksi mirip seperti dirinya.

"Titip dia, sebentar," ucap Nadine pada bartender.

"Oke." Seorang pria tersenyum pada Kemala. Gadis itu sangat canggung dan mencoba menarik kursi untuk tempatnya duduk.

"Minumlah!" Pria itu menyodorkannya minuman.

Kemala bisa mencium bau alkohol dari air di gelas itu. Ia segera menggeleng cepat.

Tubuh Kemala bergetar, selain kedinginan ia pun ketakutan. Tempat seperti ini benar-benar asing untuknya. Mata gadis itu melirik sekitar. Wanita-wanita seksi itu terlihat menemani pria-pria di sana, menyuguhkan minuman dan tertawa, duduk rapat dan sesekali meraba tubuh si pria, bahkan tidak sedikit yang menciumi wanitanya. Tubuh Kemala semakin bergetar, pikirannya kalut, dan kepalanya terasa berputar.

"Apa yang sedang kulakukan di sini!" Kemala mencerca dirinya sendiri. "Bapak pasti akan sangat kecewa dengan kelakuanku!"

Kemala turun dari kursi tempat duduknya sekarang. Ia berjalan cepat sembari menunduk untuk keluar.

Brugh! Tubuhnya menabrak seseorang, cardigan yang ia gunakan terjatuh. "Maaf." Kemala tidak ingin menegakkan wajahnya, dalam pikirannya ia harus segera pergi dari sana.

"Hei, kenapa terburu-buru gadis cantik?" Pria itu menarik tangan Kemala.

"Lepaskan aku!" ujar Kemala.

"Tidak perlu jual mahal seperti itu, Nona. Aku bisa membayarmu lebih." Tangan pria itu menggerayang menyentuh pundak Kemala yang polos.

"Lepaskan aku!" Kemala menepisnya dan mundur.

"Hei! Berani sekali kamu!" Mata pria itu melotor marah, Kemala bisa melihat itu. "Jangan coba-coba menolakku dan berbuat kebodohan!" Pria itu kembali menarik tangan Kemala. Kemala berusaha melepaskannya, tapi cengkraman pria itu sangat kencang.

"Lepaskan dia!" Emeril datang tepat waktu.

"Siapa kamu?"

"Aku prianya!"

Kemala melihat pria di sampingnya, si bebek jantan yang menyebalkan. 'Bagaimana mungkin dia bisa berada di tempat seperti ini? Apa dia sama saja dengan pria-pria itu?' batin Kemala.

Tanpa kata lagi, Emeril langsung meraih tangan Kemala, menariknya cepat keluar hingga gadis itu terseret. Ia yang menggunakan sepatu berhak tinggi kesulitan untuk berjalan. Di bawah sana, Nadine melihat pertengkaran ketiganya, dan dia hanya diam.

"Lepaskan aku!"

Kemala menarik kuat tangannya yang dicengkram Emeril. "Aw!" Ia memekik sakit kakinya yang lecet, lalu membukanya, dan menjinjingnya begitu saja.

"Terimakasih atas bantuanmu!" ujar Kemala berjalan polos tanpa alas kaki. Emeril melihat gadis itu. "Hah!" Ia menghembuskan napasnya lagi.

"Gunakan ini! Kamu akan diteriaki orang gila, jika berjalan dengan pakaian seperti itu tanpa alas kaki." Emeril menyusul Kemala dan memberikan jas nya.

"Tidak perlu!" tolak Kemala.

"Pakai saja dan berikan pada nenek! Kamu harus punya alasan untuk bertemu dengannya dan mengatakan kebaikanku hari ini!"

Kemala terdiam saat mendengarnya, tapi lelaki itu langsung pergi tanpa menoleh lagi.

"Kesambet apa dia?" umpat Kemala. "Tapi, lumayan. Setidaknya aku tidak terlalu malu dengan pakaian seperti ini.

Kemala menaiki angkutan umum menuju apartemen. Langit sudah mulai gelap, tapi ia masih belum mendapatkan uang itu. Kepala Kemala kembali terasa sakit.

"Apa yang harus aku lakukan?" Gadis itu berdiri termenung di parkiran motornya. Ia benar-benar bingung. "Kenapa aku tidak bisa bertahan sebentar saja di sana?" Ia menyalahkan dirinya sendiri. Bingung dengan sikap apa yang harus diambilnya.

"Kemala!"

Kepala gadis itu langsung terangkat, ia melihat ibunya berdiri di hadapannya kini. Plak! Satu tamparan mendarat di pipinya. Kemala menunduk merasakan panas di area sana.

"Apa hanya ini yang bisa kamu lakukan, Kemala?"

"Bapak, sakit, Bu. Kemala membutuhkan uang untuk biaya rumah sakit."

"Tapi, bukan berarti dengan cara seperti ini, Kemala! Pakai otakmu!"

"Kemala tidak tahu harus melakukan apa yang bisa menghasilkan uang banyak dalam waktu cepat."

"Aku akan membayar biaya rumah sakit pria merepotkan itu. Pulang dan ganti pakaianmu!" Kumari memberikan segepok uang.

"Ini terlalu banyak, Bu." Baru kali ini Kemala memegang uang sebanyak itu.

"Anggap saja ini adalah uang bayaranmu! Jangan pernah datang lagi dan menggangguku bersama Nadine. Pergilah sejauh mungkin yang kamu bisa dari kami!" Kumari langsung pergi setelah berbicara.

Gadis itu mengambil pakaiannya di dalam jok motor, ikut ke kamar mandi untuk sekedar berganti pakaian dan menitipkan pakain Nadine ke penjaga apartemen. Ia berjalan gontai meninggalkan bangunan mewah bertingkat itu. Diperlakukan begitu oleh wanita yang ia anggap ibunya terasa begitu perih, namun setidaknya ia sudah mendapatkan uangnya untuk membayar Rumah Sakit dan menyelamatkan bapaknya.

Kemala bergegas kembali ke Rumah Sakit, ia harus segera membayar semua adminidtrasi perawatan bapaknya. Gadis itu langsung menuju meja resepsionis dan menanyakan jumlah uang yang harus ia bayarkan.

"Sebentar. Saya siapakan dulu." Suster yang kebagian piket malam menyerahkan beberapa lembar kertas sebagai rincian pembayaran. Uang yang didapatkan Kemala dari ibunya masih banyak bersisa. Ia menyimpannya hati-hati, barangkali ada biaya tambahan yang harus dibayarkan lagi.

"Mang Dayat? Bagaimana keadaan bapak?" Kemala menghampiri sahabat setia bapaknya yang masih duduk di sana.

"Amang masih belum bisa melihatnya, Neng."

"Kita tunggu sebentar lagi. Kemala sudah membayar semua biayanya."

"Syukurlah kalau begitu." Mang Dayat memilih untuk tidak banyak bertanya tentang uang itu, mereka berdua masih duduk menunggu di sana, di hadapan sebuah ruangan di mana Pak Jaka di rawat dan mendapatkan tindakan medis.

Tiga puluh menit menunggu keduanya akhirnya diperbolehkan untuk menemui Pak Jaka. Kemala berdiri paling depan saat ia mendorong pintu, wajahnya bapaknya tersenyum kecil menyambut.

"Bapak!" Kemala menghambur.

"Nak," ucapnya lemah mengelus lembut rambut putrinya yang menyelusup di sana. "Dayat." Bapak menyapa sahabatnya. Mang Dayat menyeka air mata sembari memegangi kaki lelaki itu.

"Terimakasih, bapak sudah bertahan dan bangun lagi," lirih Kemala yang tidak bisa menahan air matanya.

"Apa bapak telah membuatmu sangat takut?"

Kemala mengangkat kepalanya, cemberut dan merajuk, "Bukan lagi membuat takut, tapi hampir jantungan!"

"Kamu terlalu penakut," ejeknya. Meski baru saja lolos dari kematian, lelaki itu masih saja bisa mengajak putrinya bercanda. "Besok pagi kita akan pulang."

"Tidak!" Geleng Kemala cepat.

"Kita harus pulang sebelum diusir, Kemala. Darimana kita punya uang untuk membayar Rumah Sakit ini?" Pak Jaka berbisik.

"Tidak ada yang akan berani mengusir kita, Bapak harus dirawat di rumah sakit ini sampai sembuh."

"Darimana kamu mendapatkan uang itu, apakah dari ibumu?"

"Dari mana lagi? Tenang saja, Kemala akan membayarnya, Pak."

"Husst! Itu urusanku dengan ibumu. Fokus saja dengan kuliahmu! Aku sudah habis uang membiayai sekolahmu itu, cepatlah lulus!"

"Ish! Baru juga sembuh!" Kemala memenyengkan bibirnya.

Mang Dayat pamit pulang, Kemala tidur di ruangan itu bersama bapaknya malam ini. Ia memeluk tangannya dan tidak ingin sebentar saja untuk melepaskannya. Obat pelipur laranya hari ini, dia bisa bersama bapaknya lagi. Semua kesulitan dan kesedihan bisa ia lewati, tapi tidak untuk kehilangan pria yang paling dicintainya itu.

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 30

    Berhari-hari semuanya terasa sepi, Kemala hanya keluar saat pagi, membuat sarapan dan merapikan rumah Emeril, tanpa kata apalagi lelucon. Pria itu hanya memperhatikan dalam diam, ia pun tidak banyak menegur dan membiarkan Kemala seperti itu. Siang hari hingga malam Kemala punya waktu bebas, ia lepas dari tugasnya sebagai pembantu di rumah pemuda kaya itu. Kemala memanfaatkan waktu senggangnya untuk belajar menghadapi sidang dan mencari informasi lowongan di beberapa media sosial, tentu saja ia harus memiliki pekerjaan setelah satu bulan berada di kamar yang ia tempati sekarang. Selain itu, rasa ingin berbakti pada bapaknya kian hari kian besar.[Aku akan datang sekarang!]Pagi ini, Emeril terlihat rusuh saat keluar dari kamar. Ia tampak serius dan sama sekali tidak mencicipi sarapannya seperti biasa. Kemala memperhatikannya dari dapur. Laki-laki itu langsung mengenakan kaos kaki dan sepatu."Tunggu!" Kemala bergegas mengejar, memberikan kotak makan.Emeril tidak menyahut ia hanya mene

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 29

    "Di mana kamu tinggal?" Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Herman itu sedikit menoleh pada Nadine yang setengah sadar akan keadaannya sendiri. "Aku tidak punya tempat tinggal," jawab Nadine singkat. Kepalanya serasa mau pecah saat sedikit saja terjadi benturan karena kondisi jalan yang tidak rata. Untung saja Herman datang tepat waktu, dia yang mengaku sebagai paman Nadine itu menawarkan diri untuk mengemudi. Tentu saja mobil Nadine karena dia datang menggunakan kendaraan umum."Tinggal bersama paman saja, Nadine," ucapnya kemudian.Nadine enggan menanggapi, mulutnya terasa penuh. Sebuah cairan terasa mendesak naik ke atas. Gadis itu memukul pintu mobil, ia meminta untuk berhenti. Tangan kirinya sudah memegangi mulutnya sendiri."Iya, iya, sebentar!" Herman segera menepikan mobil yang dikendarainya. Nadine membukanya tanpa isyarat, menerobos begitu saja dan memuntahkan semuanya di trotoar. Ia bahkan tidak bisa bergeser sedikit saja ke rerumputan. Orang-orang yang sedang berjala

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 28

    Nadine memutar setir mobil sembari membantingnya ke arah kiri. Ia sangat terlihat kacau sekarang, otaknya terasa mendidih dengan amarah dan kebencian. Terasa sebuah api meletup-letup di dalam dadanya, ia ingin meluapkan semua itu, namun entah dengan cara apa. Nadine hanya tahu kalau dirinya saat ini tengah terluka, sangat dalam, hingga tidak bisa mengungkapkan bagaimana rasanya. Tangannya yang memegang kemudi tampak bergetar, lajunya pun tidak terarah, matanya pudar dan terhalang air mata. Gadis itu merasa sendiri, entah kemana ia harus pergi.Tiiiiid! Sebuah mobil menyalakan klakson dengan nyaring. Nadine tidak peduli, ia tetap melajukan mobilnya ugal-ugalan tanpa arah. Banyak mobil yang memilih menghindar, ada juga yang menyalip dan meninggalkannya jauh. "Hentikkan mobilmu!" pekik seseorang dari kendaraan lain. Sayang, Nadine bahkan tidak ingin meliriknya. Ia tidak peduli pada siapapun, bahkan pada dirinya sendiri. Ia merasa mati bahkan sebelum menemui ajalnya sendiri.Mata Nadine

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 27

    "Kamu yakin nggak mau ke Rumah Sakit?" tanya Emeril. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi pada gadis ayamnya itu. 'Apa mungkin dia masih trauma?' batin pria itu bahkan bertanya-tanya. Ia pun terus memperhatikan Kemala dari kaca spion. Kemala hanya menggeleng pelan. Sejak diselamatkan dari penculikan itu, Kemala bungkam, ia tidak sebawel biasanya apalagi sampai rewel. Wajahnya masih menoleh pada kaca luar, padahal di sana sepi dan gelap."Bagaimana, Pak. Kita akan kemana?" tanya Jeri_orang kepercayaan Emeril sekaligus satu-satunya sahabat pria itu.Emeril melirik, pembicaraan mereka rupanya tidak didengar oleh Kemala. "Eheum!" Pria itu pura-pura berdehem. "Aku akan mengantarmu pulang, Kemala," ucap Emeril. Kemala menyeka air matanya yang sulit berhenti. Lalu, ia berbalik dan merespon Emeril yang kebingungan. "Turunkan saja aku di tempat yang terang dan ramai," jawab Kemala. Ini sudah pukul 04.00 pagi, matahari sebentar lagi akan terbit, Kemala pikir tidak masalah, ia hanya tinggal menun

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 26

    [Kenapa kamu menggangguku di tengah malam seperti ini, Nadine?] Kumari mengangkat panggilan dari Nadine dengan malas. Ia hampir enggan membuka mata. Wanita itu tidak tahu kalau rahasia besar yang telah di sembunyikannya sudah terbongkar. [Kemala diculik, Bu,] jawab Nadine cepat.[Apa?! Apa maksdumu?] Wanita itu langsung terperanjat dari tidurnya, ia menarik kimono yang terjepit kakinya sendiri. "Ish!" Kumari bahkan hampir tersungkur. [Bagaimana kejadiannya, Nadine. Di mana kamu sekarang?][Kemala bertengkar dengan Bapak. Kemala pergi dan tidak pulang. Aku mencarinya dan mengajak dia pulang. Tapi, di perjalanan 3 orang pria menghadang kami, mereka membawa pergi Kemala, Bu. Aku sedang mengikuti mobil itu.][Kirimkan alamatmu sekarang!] perintah Kumari.[Iya, Bu.]Kumari langsung berganti pakaian. Ia bahkn menghubungi tangan kanannya. Sayangnya, panggilan itu tidak juga mendapat jawaban. "Kemana dia!" Wanita itu menyimpan kasar ponselnya di atas dasbord. Ia segera mengemudi dan mengikut

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 25

    Langit sudah menjadi sangat gelap sekarang, Kemala termenung di samping motornya. Ia tidak punya tempat untuk kembali. Ke apartemen ibunya terasa tak mungkin, gadis itu tidak ingin menemui wanita yang telah melahirkannya sekarang. Jika, malam kemarin ia masih bisa pergi ke rumah Emeril, saat ini situasinya pun tidak mendukung.[Kamu tidak perlu datang lagi ke rumahku!] Pesan singkat pria itu membuat Kemala semakin terpuruk. Ia masih menggenggam ponselnya dengan tangan yang bergetar. Bingung dan tak tahu arah, sedangkan malam terus beranjak naik. Entah kesalahan apa yang dibuatnya pada Emeril, sepertinya ia tidak suka saat Kemala datang bersama Abian ke rumahnya tadi siang.Kemala tidak terbiasa berada di luar semalam ini. Sangat jarang dan bahkan tidak sama sekali. Hanya setelah keputusannya mencari sang ibu membuatnya kini berakhir pada penyesalan yang begitu dalam. Tapi, siapa yang sangka akan seperti ini. Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya, rindu pada sang ibu akan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status