Rexa hidup kian tak beraturan, dia menjadi pria yang setiap malamnya bersahabat dengan alkohol. Bahkan, wanita silih berganti menemani hari-harinya. Bu Anne dan Hani sampa kualahan menangani sikap Rexa yang dingun namun begitu liar.
Pria yang merasakan depresi berat karena di tinggal wanita yang di cintainya. Bahkan, perusahaanya pun mengalam kemorosotan, Gerald sekuat kemampuannya menjadi pengganti demi Rexa yang sudah ia anggap seperti kakak.Bu Anne menanti kepulangan Rexa yang seringkali pulang saat di waktu subuh. Bahkan, kadang membawa perempuan untuk menginap bersamanya. Buat Hani kian patah hati. Tak berharap banyak lagi pada Rexa.Deru mobil Rexa terdengar juga, para bodyguard membopong Tuannya keluar mobil. Rexa mabuk lagi, mulutnya hanya menyebut nama Yatri seorang."Rexa! Mau sampai kapan kamu begini, nak?" keluh Bu Wanda.
"Yatri.." lirih Rexa.
Bu Wanda geram, sangat tidak
Pagi telah tiba, Rexa merasa menyentuh seseorang di sampingnya. Meraba lagi agar meyakinkan, betul, ada seseorang di sampingnya, Rexa membuka mata, sontak dia terperanjat dari tempat tidur, melihat Hani tertidur di sampingnya, tak mengenakan baju. Rexa meraba bagian bawahnya, alat vitalnya masih tetap bersih, pertanda dia tak melakukan itu pada Hani. Tetapi gadis itu sudah bertelanjang bulat bersamanya, benarkah tak terjadi lakon buruk itu? "Ahk!" Rexa kesal. Selama ini, dia tidak pernah bercinta dengan perempuan mana pun, semenjak kepergian Yatri, dia hanya menjadikan wanita malam teman minum disaat butuh. Tak pernah sekalipun memakainya untuk melampiaskan nafsu syahwatnya. "Aku tidak melakukan itu, aku yakin." Rexa melihat Hani yang masih tertidur lelap, dia mulai menyimpan kebencian pada gadis lugu yang sangat di sayangi ibunya itu. "Hani, bangun! Aku bilang bangun!" Rexa membentak.
Lima bulan kemudian, Yatri sedang membuat Roti panggang pesanan guru Difa. Toko kue Yatri lumayan di kenal, dan berjubel para pelanggan yang mengantri menanti pesanan mereka. Yatri pun telah mempekerjakan empat karyawan.Sementara sore itu Uwa Nawi membawa Trixa jalan-jalan berkeliling taman dengan memakai kereta bayi. Di taman itu ada banyak orang yang lalu-lalang. Tiba-tiba Uwa Nawi kebelet ingin buang air kecil, bergegas ia mencari toilet terdekat. Menitipkan sejenak Trixa ke penjaga toilet.Namun di taman itu pula ada sosok pria yang juga memasuki toilet, namun matanya malah menyorot bayi mungil di kereta bayi itu. Perlahan ia mendekati Trixa, senyum gadis mungil itu berbinar melihat sosok pria tampan yang menyapanya."Hei, anak cantik, kamu kayak boneka," ucap pria itu yang tak lain adalah Rexa.Trixa kegirangan, meracau dengan bahasa bayinya. Rexa mengusap kepala Trixa dengan lembut, teringat den
Rexa usai rapat, dia bergegas ingin ke taman lagi mencari Trixa, bayi mungil nan cantik yang buat dia jatuh hati. "Selanjutnya kita mau kemana, Bos?" tanya Gerald yang mengikuti langkah Reza keluar dari ruang rapat. "Aku mau ke taman, melihat bayi tadi," sahut Rexa mempercepat langkahnya. "Lah, emang dia siapa? itu anak orang loh, takutnya orang tuanya nanti salah paham dengan Bos," kata Gerald. "Gak ah, aku ingin ketemu." Rexa tetap ngotot, dia menyeberang jalan dengan berlari kecil. Gerald hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh bosnya itu. Rex baru kali ini menyenangi anak, sebelumnya ia tak pernah tertarik pada anak kecil. Rexa langsung ke arah toilet umum di taman itu. Dia menemui penjaga toilet yang menemani anak bayi itu. "Bu, bayi tadi itu mana?" tanyanya. "Udah pulang, Pak." "Ha? tah
Tiga hari telah berlalu, seperti biasa Yatri sibuk di toko kuenya mengawasi para karyawannya, tanpa campur tangan Yatri, kue yang di buat oleh karyawannya kadang tak sesuai rasa yang diinginkan pelanggan.Bunyi bel pelanggan tiba-tiba berbunyi, dari luar ada sosok perempuan yang seumur dirinya masuk ke dalam toko sembari membawa kertas-kertas."Yat, liat deh, ini apaan," kata Lina pada Yatri seraya memperlihatkan kertas berjenis brosur itu.Yatri membacanya seksama, fotonya pun ikut terpampang di brosur itu, kata-kata ancaman yang mewakili Rexa diluapkan didalamnya."Ternyata dia masih menginginkan anak ini, bukankah dia bisa membuat anak dengan istri barunya," ucap Yatri kesal."Lalu? kamu mau bagaimana? ini juga bentuk sayembara loh, Yatri. Yang melihat kamu tentu akan memberitahu padanya, demi uang," tambah Lina.Yatri menyimpan brosur itu ke dalam lac
Rexa menjalar lidahnya ke leher Yatri, mengisap hingga memberikan ta.da kissmark di leher jenjang itu. Leher Yatri salah satu bagian tubuh favorit Reza, aroma tubuh istrinya tak pernah berubah, selalu saja menggairahkan. Suara Yatri terdengar mendesis, dia mulai sadarkan diri, merasa ada yang menyentuh area-area sensitifnya, hangat, dan lembut. Dia merasa sangat di sayang. Yatri mengira inilah sebuah mimpi indahnya bersama Rexa. Kedua tangannya pun ikut meraba punggung pria itu. Rexa bertahan menuruni gunung kembar yang masih terisiASI Yatri. Memainkannya penuh kelembutan, sementara suara desahan Yatri mulai rutin keluar dari mulut mungilnya. "Kamu berikan ASI untuk anak kita, ya," bisik Rexa yang sedikit meminumnya. Mendengar itu, Yatri membuka matanya, dia mengerjap, melihat disekelilingnya, kamar yang begitu mewah, ada sosok pria yang menindih tubuhnya tak henti memberi ra
Rexa bahagia mendapat respon dari Yatri. Dia mengusap kepala Yatri yang bermain cerdas di bawah sana. Perempuan yang ia nikahi setahun lalu itu masih memiliki permainan ranjang yang baik."Aku semua yang ada pada dirimu, sayang.." lirih Rexa.
Pagi hari Rexa mendapatkan info dari orang-orang suruhannya tentang alamat beserta toko kue milik Yatri. Semua itu sudah ada di genggaman Rexa, usai rapat ia akan ke tempat Yatri untuk melihat Trixa untuk pertama kalinya. Namun di luar sekertaris Risa mengetuk pintu. Kata perempuan berdarah Manado itu ada tamu yang ingin menemui Rexa. Ternyata itu Bu Anne yang ingin membuat Rexa berhenti menemui Yatri. "Rexa, jika kamu memiliki waktu luang, tolong antar Mami ke Singapura untuk berobat," pinta Bu Anne. Rexa menutup laptopnya yang menyimpan foto-foto Yatri."Mami akan di temani oleh Risa dan Hani, maaf, Rexa banyak urusan," sahut Rexa. "Mami maunya di temani juga sama kamu, anak macam apa sih kamu,ini?" Rexa menghela nafas berat, dia paling tidak suka di paksa dalam hal apapun tapi ini menyangkut kesehatan maminya tentu dia harus mengalah kali ini.
Beberapa menit kemudian, Uwa Nawi telah datang membawa Trixa. Dari jauh mata Rexa tak berkedip melihat Uwa Nawi menggendong bayi mungil yang tak asing baginya. Sementara Uwa Nawi imut terhenyak melihat kehadiran Rexa bersama Yatri. Langkahnya sempat terhenti namun lirikan mata Yatri meyakinkan dia dari jauh.Semakin dekat, Rexa semakin melihat jelas wajah putri kecilnya. Betapa terkejutnya dia setelah melihat Trixa adalah bayi yang ia temukan di taman. Bayi yang membuatnya jatuh hati seketika setelah melihat senyumannya. Bayi yang sempat ia cari-cari karena mengingatkannya dengan anak yang di kandung oleh Yatri."Ternyata anak itu anakku, Trixa .." lirih Rexa.Yatri mengambil alih menggendong Trixa dari Uwa Nawi. Sekejap Uwa Nawi melempar senyum ke Rexa.Rexa perlahan mendekati Yatri, mengusap kepala Trixa untuk kedua kalinya. Matanya berkaca-kaca, wajah anak yang selama ini ia gambarkan di siluet saja, kini t