Yatri mengantarkan kopi itu ke Rexa, pelan ia layangkan ketukan di pintu ruang kerja Rexa.
"Pak ini kopinya," ucap Yatri di balik pintu."Hm, taruh di meja," sahut Rexa tanpa menoleh. Dia masih saja sibuk memperhatikan layar laptopnya. Yatri lebih memilih berdiri di sampingnya, menunggu perintah selanjutnya dari suami kontraknya itu."Ada yang ingin kau katakan?" tanya Reza dengan raut wajah dingin. Yatri menelan saliva paniknya. Dia bahkan belum menyusun kalimat strategi untuk meminta janji Rexa tentang pengurangan hukumannya."Jika tidak ada yang jngin kau katakan, diamlah di sofa sana, aku risih jika ada yang berdiri di sampingku," kata Rexa menyuruh Yatri duduk di sofa.Lagi-lagi Yatri hanya bisa menurut saja. Bersuami dengan pria yang memilki kekuasaan memang ada sedikit penekanan batin, itu yang di rasakan oleh Yatri. Dia hanya sibuk membaca koran-koran sembari melirik ke Rexa.Rexa masih sibuk melihat semDua minggu telah berlalu, Yatri menjalani hukumannya dengan baik, menahan rindu berat pada kedua anaknya. Tetapi dia masih bisa menelpon Difa dan Kesang secara diam-diam lewat telpon genggam milik Bu Yat. Sementara Rexa sibuk mengurus pekerjaannya, kadang dia harus keluar kota untuk menyelesaikan urusan karyawan yang di ketahui korupsi.Yatri duduk di sebuah kursi balkon, tempat itu favorit di rumah Rexa, dia bisa menikmati pemandangan Kota dari atas sana."Oek!" Yatri mengeluarkan suara mual.Dia berlari ke kamar mandi kamar, mengeluarkan semua isi lambungnya, tubuhnya melemah, pusing berkunang-kunang. Suara mual itu dimdengar oleh Bu Yat yang pada saat itu lewat di depan kamar Yatri. Istri Pak Budi itu segera menghampiri majikannya."Non Yatri kenapa?" tanya Bu Yat."Tolong bantu aku ke tempat tidur, Bu. Aku rasa oleng," pinta Yatri menggapai.tangan Bu Yat.Bu Yat membopong Yatri
Rexa duduk sembari berehem, dia mengalihkan pandangan dari bibir yang sempat ia cium tadi. Rasanya ia melumat habis lagi sisa sari buah cherry itu dari bibir Yatri. Tetapi di detik kemudian, tangan Yatri malah mengusapnya dengan tissue buat Reza kecewa berat. Dia mengelengkan kepalanya mengenyahkan otak mesum setiap kali di dekat Yatri, janda yang ia nikahi memang selalu menggoda di matanya. "Apa yang ingin kau lakukan sekarang?" tanya Rexa. "Aku mau nonton tv," sahut Yartri. Rexa melihat di sekeliling kamar Yatri, ternyata dia lupa menyuruh Pak Budi memasang tv di kamar Yatri, bila harus keluar ke ruang tengah snagat kasihan pada fisik ibu hamil muda itu. "Tunggu sebentar, aku akan minta pak Budi memasangkan tv di kamar ini, smeua tersambung dengan wifi, kamu bebas nntin apa saja, film porno juga bisa," kata Reza dengan wajah dinginnya. Yatri memasang wajah kecut. Dia tahu, itu hanya alasan mesum Rexa a
Setiba di rumah Bu Wanda mencari kedua anaknya yang sedang asyik bermain game di kamar. Setelah mengetahui kehamilan istti Rexa, dia begitu resah dengan nasib mereka yang akan jatuh miskin oleh rencana Rexa yang akan mengusir mereka bila menguasai rumah dan perusahaan kakeknya."Teruslah kalian seperti ini, dalam beberapa bulan lagi kita akan jadi gembel!" Bu Wanda teriak pada kedua anaknya.Randy dan Roy terkejut, keduanya segera mematikan ponsel mereka."Roy, kenapa kamu tidak ke kantor?" tanya ibunya."Aku tidak enak badan, Bu. Lagi pula seminggu yang lalu aku full ke kantor, jadi wajarlah aku ingin bersantai dulu," sahut Roy yang memegang posisi manager di kantor Pak Yahya."Seharusnya kalian gencar menarik perhatian Kakek, mana bisa kalian di percaya mengelola perusahaan kalau tingkah kalian seperti ini?"Randy dan Roy terdiam, mereka tak ada kalimat untuk mengelik ucapan ibunya."K
Pagi-pagi sekali, Yatri bangun lalu belari ke kamar mandi, dia mengeluarkan semua isi lambungnya lagi, rupanya 'morning sicknes' akan rutin menemani masa ngidamnya.Rexa yang mendengar suara mual Yatri, berlari ke kamar mandi pula, meski agak jijik dengan kotoran yang seperti itu, tetapi dia berusaha menahan diri demi menemani proses Yatri di saat berjuang mengandung anaknya. Rexa menyeka rambut Yatri, memijit-mijit lehernya, mengusap minyak angin yang tadi malam di belikan oleh Bu Yat."Kamu kuat ya," kata Rexa tak tega. "Kita le rumah sakit," lanjut Rexa."Ti-tidak usah, ini su-sudah biasa kalau ngidam," sahut Yatri gagap.Setelah merasa lebih enakan, Yatri di gendong Rexa ke tempat tidur lagi. Dia membaringkan istrinya dengan penuh kelembutan. Yatri pucat, darah seakan tak mengaliri area wajahnya, tentu Rexa panik. Dia menelpon Derald agar memamggil dokter Hari ke rumah lagi memeriksa Yatri."Kamu kenapa tidak mau k
Dokter Hari keluar dari kamar mereka, Rexa teramat kesal melihat keramahan Yatri pada dokter yang juga dari kalangan konglomerat itu. "Hem, kau sepertinya sudah sehat," ketus Rexa. "Iya, Pak. Saya sudah agak baikan," sahut Yatri yang sudah pulih. Rexa menatap nanar ke Yatri, dia benci bila mata perempuan yang ia jadikan istri itu malah mengangumi ketampanan orang lain. Bagi Rexa, Yatri sudah sah menjadi istrinya, memiliki hak sepenuhnya pada perempuan itu. Dengan hati yang berkecamuk, dia menjatuhkan tubuhnya di samping Yatri, merogoh sendiri ke dalam celananya lalu memainkan kemaluannya. Yatri terkejut melihat aksi mesum Rexa yang tiba-tiba, dia mengalihkan pandangan seolah-olah tak melihat kelakuan binal pria itu. Sementara tangan kanan suaminya mengocok pelan rudal yang ingin membuas di tempat hangat dan lembab. "Bukalah, celanaku, ma .." bisik Rexa. Yatri termangu, kata panggilan 'mama' terucap lagi da
Siang hari Yatri mendapat telpon dari Difa di ponsel Bu Yat. Anaknya memberitahu Bu Yat bahwa hari ini dia sudah bisa pulang ke rumah. Bu Yat akan menyampaikan itu, meski Difa agak kecewa karena tak dapat berbicara langsing dengan ibunya, namun ia berusaha mengerti bahwa ibunya sedang banyak urusan. Yatri yang selalu di awasi Rexa di dalam kamar tak bisa leluasa melakukan apapun, sudah sejam ia hanya menonton tv dan film yang Rxea sediakan untuk menghilangkan rasa bosannya. Rexa sedari tadi hanya bermain game, tak berniat melakukan apapun selain di kamar menjaga Yatri. 'Kapan ya, Pak Rexa keluar dari kamar ini, aku ingin sekali menelpon Difa dan Kesang,' keluh Yatri dalam hati. Rexa menangkap gelagat Yatri yang gelisah, juga sesekali melirik ke arahnya. "Kau kenapa? bosan?" tanya Rexa menebak. Yatri mengangguk, rasnaya dia ingin meminta ponselnya di kembalikan tapi wajah Rexa terlihat dingin buat nyalinya menciut.
Seminggu kemudian, Yatri sudah berpakaian rapi di teras rumah, hari ini dia di jadwalkan untuk ke dokter kandungan, Rexa sedang di perjalanan menjemputnya. Namun tiba-tiba ada mobil yang memasuki halaman rumah itu, bukan mobil Rexa, tetapi ada seorang pria dan ibu-ibu di dalamnya. Yatri mengamati hingga kedua orang itu keluar dari mobil. Dia Pak Dani dan Bu Wanda yang datang ingin bersilatuhrahmi pada menantunya. Melempar senyum tipis, keduanya melangkah ke arah Yatri. "Bagaimana kabarmu, menantu cantikku?" tanya Bu Wanda berusaha menghangatlan diri. Sejujurnya dia membenci Yatri, karena kehadiran Yatri dan bayi di kandungannya, dia tak akan dapat warisan dari Pak Yahya. "Alhamdulillah baik, Bu," sahut Yatri. "Silahkan masuk," ujar Yatri kembali. Pak Dani dan Bu Wanda masuk ke dalam rumah Rexa yang tak pernah di sambut ramah sebelumnya. Keduanya tahu akan bebas mengorek informasi pada Yatri karena Rexa se
Yatri dan Rexa di perjalanan menuju ke rumah sakit, di dalam mobil, keduanya masih membisu satu sama lain, sesekali sepasang mata mereka melirik diam-diam ka arah kaca spion tengah.Rexa yang mengingat pembelaan Yatri padanya, dia merasa utang budi pada istrinya itu."Terima kasih karena sudah membelaku tadi," ucap Rexa memecah kegamangan."Pak Rexa suamiku, meski hanya kontrak, tapi sebagai istri aku harus membela suamiku," kata Yatri.Rexa melipay bibir menahan senyum, kalimat Yatri membuatnya terenyuh lagi. Sosok suami memang di dewakan oleh istri yang baik, termasuk itu Yatri yang melakoninya."Setelah dari dokter, kamu mau kemana? kita free hari ini, bebas mau kemana sampai malam nanti," ujar Rexa memberi kebebasan Yatri untuk memilih. Tetapi Yatri berat bila harus mengutarakan keinginannya, biarlah pilihan itu di tentukan oleh Rexa sendiri, pikir Yatri."Terserah, Pak Resa saja, aku kurang tah