Pukul tujuh malam, Rexa sudah pulang ke rumah. Baru kali ini dia pulang secepat itu. Biasanya dia malah kelayapan minum bersama koleganya. Tapi karena kontrak hanya setahun, dia harus memanfaatkan waktu pada Yatri, dia harus segera menghamili Yatri agar janda beranka dua itu segera mengandung anaknya.
Rexa melihat Bu Yun sedang menyiapkan makan malam."Dia dimana Bu Yun?" tanya Rexa.
"Nona Yatri ada di kamarnya, Tuan," sahut Bu Yun."Panggil dia makan," titah Rexa.
Bu Yun segera ke atas menuju kamar Yatri. Rexa melonggarkan dasinya, melepas dua kancing kemejanya. Dia duduk menanti Isteri kontraknya itu tiba.Tidak lama berselang, ada Yatri sudah turun bersama Bu Yun, dia memakai gaun casual yang sudah disediakan Gerald dan Risa sesuai kemauan Rexa.Rexa tak menoleh padanya. Pria itu sudah bosan melihat wanita berpakaian seksi. Jadi penampilan Yatri hanya hiburannya saja melepas penat dari kantor.Suara Rexa mendengus, sementara Yatri mendesah. Tempo mainnya makin cepat. Hentakkan tubuh mereka yang bertabrakan menimbulkan bunyi yang mungkin saja terdengar oleh Bu Yat.Rexa mengganti posisi lagi. Dia menyeka rambut Yatri yang mulai basah oleh keringat. Posisi Yatri membelakanginya. Yatri bertumpu di kedua paha Rexa. Kedua tangan Yatri ia tarik ke ke belakang. Dari arah belakang, Rexa menghujam lagi tubuh Yatri.Desahan makin binal keluar dari mulut Yatri. Kenikmatan ini baru pertama kali ia rasakan. Bila di bandingkan dengan Galang, mantan suaminya itu hanyalah pemain pemula di banding Rexa yang menduduki rangking teratas sebagai pria terkuat.Rexa juga menikmatinya. Yatri memang janda, tapi barang yang di milikinya lebih berkualitas di banding gadis. Tetapi kenapa Galang masih saja selingkuh dari dia? pria tidak bersyukur, hardik Rexa.Posisi ketiga, Rexa menyuruh Yatri memegang kendali. Dengan caranya, Yatri memainkan
Pagi-pagi, Yatri terbangun, dia mengerjap. Pandangan buramnya di suguhkan dengah sosok Rexa di sampingnya. Sontak Yatri terperanjat, merasa lancang sudah tidur seenaknya dengan petinggi Global Indo itu. Ah, bagaimana kalau Pak Rexa tahu .batinnya.Yatri merasa dirinyalah yang tidur di samping Rexa tanpa sengaja. Untung saja, dia bangun lebih awal, jika tidak, tentu dia akan terkena pasal baru lagi.Yatri beranjak ke kamar mandi, di akan membantu Bu Yunli (Bu Yat) menyiapkan sarapan, meski status dirinya isteri kontrak di mata Pak Rexa, dia harus menjadikan dirinya sebagai isteri yang melayani suami, bagaimana pun dia sudah menjadi isteri sah secara islam, sangat berdosa bila tak melakukan kewajibannya sebagai isteri.Saat asyik mengumpalkan busa sabun di tubuhnya, tiba-tiba pintu kamar mandi itu terbuka, ternyata pintu itu lupa di kunci olehnya. Ada Rexa yang sudah berdiri di depan pintu memandang nakal tubuh Yatri yang polos hanya di lapisi bu
Rexa selesai sarapan, dia meraih jasnya si sofa. Di luar sudah ada Gerald yang menunggu. Yatri yang merasa sudah jadi istri ingin memberikan perlakuan hormat pada suami kontraknya itu."Pak Rexa," ujar Yatri yang menghentikan langkah Rexa."Apa?" tanya Rexa dengan raut wajah sedingin es.Yatri meraih tangan kanan Rexa untuk ia cium. Suatu bukti kepatuhannya pada suami. Seketika mimik dingin Rexa terenyuh. Baru kali ini dia di hormati dengan cara yang agung. Selama ini orang-orang yang menghormatinya hanya karena dia memiliki uang dan kekuasaan, tetapi cara Yatri memberikan kemuliaan yang berbeda. Sungguh, perempuan yang memiliki adab yang baik di rumah tangga."Maaf, Pak. Meski kita nikah kontrak, tapi saya harus menjadi istri yang baik selama satu tahun ini," ucap Yatri pelan. Rasanya campur aduk, takut dan gusar melihat tatapan nanar Rexa penuh misteri.Tanpa bergeming, Rexa melanjutkan langkahnya. Bibirnya ia lipat erat, tak in
Yatri sudah keluar dari klinik bersama Risa. Luka di punggungnya mulai memudar, Risa memaksa dirinya bersikap ramah mendampingi istri petinggi Global Indo."Terima kasih sudah menemaniku, kau boleh kembali ke kantor, aku akan ke rumah sakit dulu, ini sudah atas izin Pak Rexa," ujar Yatri. Dia tahu, di hati Risa tak ada keikhlasan membantunya. Percuma saja perempuan bertubuh seksi itu menemaninya, malah membuat Yatri tidak nyaman."Baiklah, aku akan kembali naik taksi, tapi bisakah perdebatan kita jangan kau beritahu Pak Rexa, aku bukan memohon, hanya saja kita lebih dewasa untuk menanggapi," kelik Risa, dia takut bila perdebatan mereka Yatri adukan ke Rexa.Yatri berlalu tak merespon Risa, masuj ke dalam mobil tanpa mengucap satu katah pun, Tetapi dia akan menutup mulut atas kelancangan Risa padanya, Yatri pikir ini hal yang sepele, tidak seharusnya dia mengadukan itu pada Rexa, lagi pula dia hanya seorang istri kontrak, tak memiliki wewe
Yatri keluar dari mobil, sambil menundukkan kepala, dia melangkah perlahan masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu ada Rexa dan Gerald menunggunya. Tatapan mata abu Rexa tajam bak sebilah pisau yang sudah terlihat nyali Yatri sebagai tangguh. Dia menuju ke arah Rexa, Yatri memilih duduk di lantai seraya memilin-milin ibu jarinya. "Kamu tahu kesalahan kamu?" tanya Gerald pelan. Yatri mengangguk, dia tidak berani mengangkat wajahnya pada Rexa.
"Yatri, pijitanmu kebih ke atas lagi," pinta Rexa. Mendengar itu Yatri memahami keinginan terpendam Rexa. "Pak Rexa, jika aku hamil nanti selain uang apa keuntunganku?" tanya Yatri. "Uang, uang, dan uang!" Rexa menjawab pelan. "Hanya itu, Pak?" "Kau mau apa? bukankah di kontrak memang hanya uang? oh, satu lagi kenikmatan saat di ranjang bersamaku," jawab Rexa. Yatri berdecik pelan. Tetapi dia tidak minafik juga, selama pisah dari Galang, dia sangat emmbutihkan nafkah batin, bila malam tiba, dia merasa sekujur tubuhnya merinding menginginkan belaian mesra dari seorang suami, baginya itu manusiawi, namun yang di dapatnya bukan suami sungguhan melainkan pria yang hanya ingin meminjam tubuhnya sebagai pencetak anak. "Kenapa berhenti memijit? kau ingin kena pasal baru?" tanya Rexa bernada kesal. Yatri bukan lagi memijit melainkan meraba lutut Rexa perlahan naik ke paha hingga selangkangan. Men
Yatri mengantarkan kopi itu ke Rexa, pelan ia layangkan ketukan di pintu ruang kerja Rexa. "Pak ini kopinya," ucap Yatri di balik pintu. "Hm, taruh di meja," sahut Rexa tanpa menoleh. Dia masih saja sibuk memperhatikan layar laptopnya. Yatri lebih memilih berdiri di sampingnya, menunggu perintah selanjutnya dari suami kontraknya itu. "Ada yang ingin kau katakan?" tanya Reza dengan raut wajah dingin. Yatri menelan saliva paniknya. Dia bahkan belum menyusun kalimat strategi untuk meminta janji Rexa tentang pengurangan hukumannya. "Jika tidak ada yang jngin kau katakan, diamlah di sofa sana, aku risih jika ada yang berdiri di sampingku," kata Rexa menyuruh Yatri duduk di sofa. Lagi-lagi Yatri hanya bisa menurut saja. Bersuami dengan pria yang memilki kekuasaan memang ada sedikit penekanan batin, itu yang di rasakan oleh Yatri. Dia hanya sibuk membaca koran-koran sembari melirik ke Rexa. Rexa masih sibuk melihat sem
Dua minggu telah berlalu, Yatri menjalani hukumannya dengan baik, menahan rindu berat pada kedua anaknya. Tetapi dia masih bisa menelpon Difa dan Kesang secara diam-diam lewat telpon genggam milik Bu Yat. Sementara Rexa sibuk mengurus pekerjaannya, kadang dia harus keluar kota untuk menyelesaikan urusan karyawan yang di ketahui korupsi.Yatri duduk di sebuah kursi balkon, tempat itu favorit di rumah Rexa, dia bisa menikmati pemandangan Kota dari atas sana."Oek!" Yatri mengeluarkan suara mual.Dia berlari ke kamar mandi kamar, mengeluarkan semua isi lambungnya, tubuhnya melemah, pusing berkunang-kunang. Suara mual itu dimdengar oleh Bu Yat yang pada saat itu lewat di depan kamar Yatri. Istri Pak Budi itu segera menghampiri majikannya."Non Yatri kenapa?" tanya Bu Yat."Tolong bantu aku ke tempat tidur, Bu. Aku rasa oleng," pinta Yatri menggapai.tangan Bu Yat.Bu Yat membopong Yatri