Rexa usai rapat, dia bergegas ingin ke taman lagi mencari Trixa, bayi mungil nan cantik yang buat dia jatuh hati.
"Selanjutnya kita mau kemana, Bos?" tanya Gerald yang mengikuti langkah Reza keluar dari ruang rapat."Aku mau ke taman, melihat bayi tadi," sahut Rexa mempercepat langkahnya.
"Lah, emang dia siapa? itu anak orang loh, takutnya orang tuanya nanti salah paham dengan Bos," kata Gerald.
"Gak ah, aku ingin ketemu." Rexa tetap ngotot, dia menyeberang jalan dengan berlari kecil.Gerald hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh bosnya itu. Rex baru kali ini menyenangi anak, sebelumnya ia tak pernah tertarik pada anak kecil.
Rexa langsung ke arah toilet umum di taman itu. Dia menemui penjaga toilet yang menemani anak bayi itu.
"Bu, bayi tadi itu mana?" tanyanya."Udah pulang, Pak."
"Ha? tah
Tiga hari telah berlalu, seperti biasa Yatri sibuk di toko kuenya mengawasi para karyawannya, tanpa campur tangan Yatri, kue yang di buat oleh karyawannya kadang tak sesuai rasa yang diinginkan pelanggan.Bunyi bel pelanggan tiba-tiba berbunyi, dari luar ada sosok perempuan yang seumur dirinya masuk ke dalam toko sembari membawa kertas-kertas."Yat, liat deh, ini apaan," kata Lina pada Yatri seraya memperlihatkan kertas berjenis brosur itu.Yatri membacanya seksama, fotonya pun ikut terpampang di brosur itu, kata-kata ancaman yang mewakili Rexa diluapkan didalamnya."Ternyata dia masih menginginkan anak ini, bukankah dia bisa membuat anak dengan istri barunya," ucap Yatri kesal."Lalu? kamu mau bagaimana? ini juga bentuk sayembara loh, Yatri. Yang melihat kamu tentu akan memberitahu padanya, demi uang," tambah Lina.Yatri menyimpan brosur itu ke dalam lac
Rexa menjalar lidahnya ke leher Yatri, mengisap hingga memberikan ta.da kissmark di leher jenjang itu. Leher Yatri salah satu bagian tubuh favorit Reza, aroma tubuh istrinya tak pernah berubah, selalu saja menggairahkan. Suara Yatri terdengar mendesis, dia mulai sadarkan diri, merasa ada yang menyentuh area-area sensitifnya, hangat, dan lembut. Dia merasa sangat di sayang. Yatri mengira inilah sebuah mimpi indahnya bersama Rexa. Kedua tangannya pun ikut meraba punggung pria itu. Rexa bertahan menuruni gunung kembar yang masih terisiASI Yatri. Memainkannya penuh kelembutan, sementara suara desahan Yatri mulai rutin keluar dari mulut mungilnya. "Kamu berikan ASI untuk anak kita, ya," bisik Rexa yang sedikit meminumnya. Mendengar itu, Yatri membuka matanya, dia mengerjap, melihat disekelilingnya, kamar yang begitu mewah, ada sosok pria yang menindih tubuhnya tak henti memberi ra
Rexa bahagia mendapat respon dari Yatri. Dia mengusap kepala Yatri yang bermain cerdas di bawah sana. Perempuan yang ia nikahi setahun lalu itu masih memiliki permainan ranjang yang baik."Aku semua yang ada pada dirimu, sayang.." lirih Rexa.
Pagi hari Rexa mendapatkan info dari orang-orang suruhannya tentang alamat beserta toko kue milik Yatri. Semua itu sudah ada di genggaman Rexa, usai rapat ia akan ke tempat Yatri untuk melihat Trixa untuk pertama kalinya. Namun di luar sekertaris Risa mengetuk pintu. Kata perempuan berdarah Manado itu ada tamu yang ingin menemui Rexa. Ternyata itu Bu Anne yang ingin membuat Rexa berhenti menemui Yatri. "Rexa, jika kamu memiliki waktu luang, tolong antar Mami ke Singapura untuk berobat," pinta Bu Anne. Rexa menutup laptopnya yang menyimpan foto-foto Yatri."Mami akan di temani oleh Risa dan Hani, maaf, Rexa banyak urusan," sahut Rexa. "Mami maunya di temani juga sama kamu, anak macam apa sih kamu,ini?" Rexa menghela nafas berat, dia paling tidak suka di paksa dalam hal apapun tapi ini menyangkut kesehatan maminya tentu dia harus mengalah kali ini.
Beberapa menit kemudian, Uwa Nawi telah datang membawa Trixa. Dari jauh mata Rexa tak berkedip melihat Uwa Nawi menggendong bayi mungil yang tak asing baginya. Sementara Uwa Nawi imut terhenyak melihat kehadiran Rexa bersama Yatri. Langkahnya sempat terhenti namun lirikan mata Yatri meyakinkan dia dari jauh.Semakin dekat, Rexa semakin melihat jelas wajah putri kecilnya. Betapa terkejutnya dia setelah melihat Trixa adalah bayi yang ia temukan di taman. Bayi yang membuatnya jatuh hati seketika setelah melihat senyumannya. Bayi yang sempat ia cari-cari karena mengingatkannya dengan anak yang di kandung oleh Yatri."Ternyata anak itu anakku, Trixa .." lirih Rexa.Yatri mengambil alih menggendong Trixa dari Uwa Nawi. Sekejap Uwa Nawi melempar senyum ke Rexa.Rexa perlahan mendekati Yatri, mengusap kepala Trixa untuk kedua kalinya. Matanya berkaca-kaca, wajah anak yang selama ini ia gambarkan di siluet saja, kini t
Randy keluar dari mobilnya, melihat Bu Wanda sedang menunggu di teras rumah, ibunya itu terlihat memasang wajah yang sedang marah. Sebagai anak yang paling lembut bersikap, Randy hanya mengukir senyum untuk ia layangkan ke ibunya. "Udah malam, Bu. Kok masih di luar saja?" "Ibu dari tadi menunggu mu, kamu dari mana? selama ini selain mengurus bisnismu, apa lagi yang kau urus?" tanya Bu Wanda menyerang Randy dengan berbagai pertanyaan yang sulit membuat Randy jujur. Randy memeluk ibunya, menenangkan hati yang sedang di balut amarah itu. "Jangan marah, Bu. Apapun yang di lakukan Randy itu semata hal baik," ujarnya. Bu Wanda melepas diri dari pelukan anaknya. Amarahnya tak terbendung lagi. "Kamu pikir Ibu tidak tahu apa yang kamu lakukan di luar sana? Ada hubungan apa kamu dengan mantan istri Rexa itu?" Randy yang tak mau berdebat
Rexa meresapi imajinasi birahinya. Yang selama ini selalu ia tahan-tahan pada perempuan lain, hanya Yatri seorang yang mampu menjadikannya pria sejati lagi. "Sayang, ayo kita lakukan lagi, menyatukan cinta kita," ucap Rexa. Tanpa sadar, di balik telepon, Yatri menganggukkan kepalanya. Hatinya menggiring alam bawah sadarnya untuk saling bersahutan. Lakon visual itu mereka ingin lakukan lagi, bahkan Yatri yang memulai lebih dulu menggebu menelpon Rexa. Sebagai pria yang sangat mencintai wanitanya, dia mengusap kening Yatri pada layar. Berharap rasa itu kembali tumbuh. Malam itu suasana panas pada kamar masing-masing membawa kepuasan tersendiri pada mereka berdua. Permainan yang memuaskan dari jauh telah mereka jadikan ladang menumbuhkan benih cinta yang hampir terkikis. Karena kelelahan, Yatri tertidur tanpa mematikan ponselnya, Rexa melihat itu tersenyum, tingkah laku istrinya tak pernah berubah, selalu saja konyol dan membu
Saat itu Randy ke rumah Uwa Nawi, di teras rumah, ada Yatri yang siap-siap menuju toko kuenya. Dengan berlari kecil, dia menghampiri Yatri. Wajah sumringah ia menghiasi wajahnya."Randy," sapa Yatri yang terkejut."Iya, maaf ya, aku pagi-pagi udah bertamu saja," ucap Randy yang sedikit terlihat pucat.Yatri menggelengkan kepala, dia memaklumi cara Randy ingin menggaet hatinya lebih lagi."Kamu mau ke toko?""Iya, mau antar?" tanya Yatri memberi peluang besar pada saudara tiri Rexa itu.Dengan senyuman yang lepas, Randy berkata, " Tentu."Uwa Nawi yang mengintip di balik gorden hanya bisa mengusap dada. Dia tahu hati keponakannya itu hanya terpaksa menerima Randy, selain berutang Budi, itu cara Yatri pula agar bisa melupakan Rexa secepatnya.Di dalam mobil, Yatri hanya membisu, tatapannya kosong ke arah luar jendela. Dia m