Setelah panjang lebar dokter berdiskusi tentang kondisi Allina kepada Romeo. Allina pun dipindahkan ke ruang rawat inap.
Romeo menatap lekat Allina yang lemah tak berdaya. “Sayang, kenapa kamu tidak mengatakan bahwa kamu sedang hamil?" tanya Romeo dengan lembut.
Mata Romeo berkaca-kaca. Dia begitu sedih kehilangan buah hatinya dengan Allina. Namun, dia pun lebih sedih melihat kondisi istrinya. Mungkin, yang dirasakan Allina tidak hanya sakit fisik melainkan hatinya juga. Karena janin yang berada di dalam rahimnya telah tiada.
“Aku pun baru menyadari tadi sore, ketika melihat aplikasi kalender menstrulasi. Ternyata aku baru sadar bahwa aku sudah dua bulan tidak haid. Mungkin, karena sangking sibuk di butik," jawab Allina dengan lirih.
Dalam hati Allina menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa dia bisa sebodoh itu. Bahkan, dia sampai tidak tahu bahwa dirinya sedang mengandung.
Romeo menggenggam tangan Allina dan mencium punggung ta
“Masuklah!” ajak Sarah kepada Romeo, Vino dan Rico.Mereka bertiga pun masuk ke dalam apartemen Rindu. Di sana terlihat Rindu yang sedang duduk sembari menghisap rokok dan di tangan satunya lagi memegang gelas kaki yang berisi wine."Mau berdiri saja atau--"Rindu melepaskan gaun tidur yang terbuat dari satin dan kemudian memperlihatkan tubuhnya kepada ketiga pria tampan yang sedang berdiri di hadapannya.“Semakin lama kamu semakin murahan saja Rindu? Di mana harga dirimu sebagai seorang perempuan?" tanya Romeo dengan nada meremehkan.Tanpa rasa malu. Sarah pun menghisap kembali rokok yang berada di tangan kanannya tanpa mengenakan busana.“Ada apa kamu menemuiku, Romeo. Apa kamu ingin bercinta denganku?” tanya Sarah sembari memberikan tatapan menggoda“Aku tidak akan pernah sudi tidur dengan wanita murahan sepertimu. Sarah, kali ini aku sedang tidak main-main. Jangan pernah ganggu Allina lagi
Sudah 3 hari Allina di rawat inap di rumah sakit. Hari ini, dokter sudah memperbolehkan dia untuk pulang. Suami dan sahabat pun sudah datang untuk menjemputnya."Akhirnya, kamu pulang, Allina," ungkap Anggun sembari memeluk sahabatnya itu."Iya Anggun. Akhirnya, kita bisa meet up bareng lagi."Romeo sudah mengurus adminitrasi dan barang Allina pun sudah di simpan di bagasi mobil.Rico, Vino dan Romeo sedang berbincang dan bercanda di tangga depan lobby rumah sakit. Sedangkan, Anggun dan Vita menunggu di bawah tangga lobby rumah sakit menemani Allina yang duduk di kursi roda.Anggun pun tersenyum ketika melihat mobil Jemputan datang. Namun, kenapa mobil itu berhenti beberapa meter dari jarak mereka berdiri? mereka bertiga terbelalak ketika mobil tersebut melaju dengan sangat cepat.Anggun tidak sempat memberitahu para suami. Dia berusaha menolong Allina. Dia mendorong kursi roda Allina sehingga dia bisa selamat.Brak!
Semua sahabat dekat sedang resah gelisah menunggu kabar dari Rico, karena ingin tahu keadaan Anggun. Tak lama Vino pun datang. Dia baru selesai melaporkan dan mengurus kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh Rindu. Sebenarnya, target utama Rindu adalah Allina. Namun, karena pertolongan Anggun, Allina selamat sedangkan dia dalam keadaan kritis.Allina sedang menangis histeris karena kondisi Anggun yang sangat mengkhawatirkan. Dia merasa bersalah kepada sahabatnya itu. Jika bukan karena menolongnya pasti Anggun masih sehat dan segar bugar. Namun sekarang Anggun koma dan masih dalam keadaan kritis.“Sudah, Sayang!” bujuk Romeo kepada istrinya yang terus menangis dan menyalahkan dirinya sendiri. Dia terus memeluknya dan menenangkan Allina. &l
Nisa begitu terperangah mendengar kabar bahwa Anggun di tabrak seseorang dan sedang dalam keadaan kritis. Dia pun meminta izin kepada Alresca untuk melihat kondisi Anggun. Alresca pun mengizinkannya, karena dia tidak sanggup melihat Anggun dalam kondisi kritis seperti itu. Dia takut jika rencananya untuk mendapatkan Anggun akan terungkap oleh Rico dan yang lainnya. Namun, dari lubuk hati yang terdalam, dia mendo'akan wanita yang sangat dia cintai itu agar segera sadar dan pulih seperti sedia kala. Percuma saja dia hidup, jika Anggun pergi dari dunia ini.Nisa pun telah tiba di rumah sakit dengan penampilan baru dan tidak seorang pun yang mengenalinya selain Alresca. Rico melihat ada seorang wanita berdiri di pintu ruang ICCU sedang melihat istrinya melalui jendela besar yang langsung menghubungkan dengan tempat istrinya di rawat.
Rico pun duduk di samping Anggun dan kemudian memegang tangan istrinya itu. "Sayang, ini aku, Rico. Aku kembali untukmu. Tolong kembalilah kepada kami orang-orang yang sangat mencintaimu."Rico masih dengan tangisan deras yang berada di matanya. "Anggun, jika kamu pergi, bagaimana denganku? Aku hidup karenamu dan hanya untukmu. Tolong! jangan biarkan perjuanganku sia-sia, aku sangat mencintaimu, sayang. Aku sangat merindukanmu."Rico hanya terus memandang sang istri sembari menangis. Dia tidak mengira bahwa Anggun akan seperti ini. “Sayang, ayo bangun!” pinta Rico dengan air mata yang berderai sembari mencium tangan lembut sang istri dengan penuh cinta.“Istri kamu akan sembuh!” Suara dari balik punggung membuat
Rico menarik napas dalam-dalam pada saat akan memasuki ruangan Anggun. Badannya serasa melayang tak bertenaga. Langkah demi langkah, begitu perlahan menyiapkan hati.Rico sekarang sudah di ruangan tempat istrinya berada. Tubuhnya seakan mati rasa. Dia melangkahkan kakinya mendekat ke arah tubuh yang tak bergerak. Di depannya terlihat jasad yang di tutupi oleh selimbut rumah sakit yang berwarna putih.“Ya, Tuhan. Aku harap ini hanya mimpi,” ucapnya dengan begitu lirih.Tiba-tiba dadanya terasa sesak ketika menyadari bahwa jenazah yang meninggal itu adalah Anggun wanita yang sangat dicintainya. Dia menjepit bibirnya yang bergetar karena menahan tangis. Dia tak kuasa, jika harus melihat jenazah sang istri yang tertutup di dalam selimbut di tempat tidur pasien.
Kini di dalam ruangan VVIP itu hanya ada Rico dan Anggun. Rico tidak menyangka bisa bersenda gurau lagi dengan Anggun, tertawa bersama, dan yang terpenting dia bisa berkumpul kembali dengan anak dan istrinya dengan keadaan sehat walafiat.“Apakah kamu tahu? Menurutku, ini adalah ujian terbesar dalam hidup. Aku harus melihatmu tertabrak mobil, kemudian beberapa hari melihatmu koma, dan melihat si kembar lahir dengan terpaksa. Aku sudah khawatir jika aku akan kehilanganmu selamanya. Namun, di balik musibah ini aku lebih yakin dengan kekuatan do’a. Tidak ada yang mustahil untuk Tuhan.Sepasang suami istri itu pun saling beradu pandang satu sama lain. Terpancar kerinduan dikeduanya. "Aku sangat mencintaimu, Anggun. Jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi. Boleh menolong orang lain. Namun, jangan mempertaruhkan nyawamu. Ingat, sekarang kita memiliki 3 malaikat yang harus kita jaga."Anggun pun tersenyum lembut dan memandang wajah sang suami. "A
Rico melakukan apa yang dikatakan suster kepadanya agar asi bisa keluar dengan deras. Dari mulai mengompres dengan air hangat, melakukan pijatan tidak hanya di area dada tetapi di seluruh tubuh agar istrinya itu rileks, dan kemudian yang terakhir adalah menstimulasinya dengan cara menghisap seperti bayi. Rico pun melakukan dengan sangat lembut dan hati-hati dia tidak mau menyakiti sang istri. Namun, hal yang dilakukan oleh Rico malah membuat Anggun frustasi. Wanita itu merasakan bahwa ini bukan menstimulasi asi tapi menstimulasi yang membuat gairahnya bangkit.Anggun mulai mengeluarkan desahan dari bibir ranumnya dan itu membuat Rico terkejut.“Kenapa? apa aku menyakitimu?” tanya Rico khawatir.“Ya, apa yang kamu lakukan membuatku sakit kepala,” sahut Anggun yang gairahnya semakin bergelora.“Baiklah, aku panggilkan suster dulu!” jawab Rico sembari beranjak dari duduknya.Namun, Anggun menahan tangan Rico k