Setelah mendapat telepon dari Anggun perasaan Rico menjadi tenang. Dia pun bisa lebih fokus untuk bekerja. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama karena sang dosen killer tiba-tiba datang ke kantor Rico.
“Vino!” sapa Rico heran.
“Aku ada perlu denganmu, Rico,” jawab Vino dengan nada pelan tapi tegas.
“Silakan duduk!” Rico mempersilakan.
Vino pun duduk di sofa. Sebenarnya, dia tidak mau datang kepada Rico untuk meminta bantuan. Akan tetapi, dia terpaksa melakukan ini, karena hanya Rico yang bisa membantunya.
“Ada apa?” tanya Rico.
“Aku ingin kamu menbantuku untuk mendapatkan cinta Anggun,” tutur Vino to the point.
“Haaah,” desah Rico kasar. Rico tidak menyangka bahwa ada seorang pria yang meminta dirinya untuk mendekatkan dengan istrinya. Gila, ini gila gumam Rico dalam hati. “Jika aku tidak mau?” tanya Rico sinis.
Kepo = mau tahu banget
Kini Allina sudah berada di rumah Anggun yang seperti istana. Namun, ada yang janggal di rumah sebesar ini. Tidak ada foto keluarga, hanya ada foto Anggun dan Rico itu pun foto sendiri tidak berdampingan. Dan katanya, Rico sudah menikah, tapi tidak ada foto pernikahannya dengan istrinya.“Anggun, foto pernikahan babang Rico di pajang di mana bersama istrinya. Aku ingin melihatnya!” pinta Allina kepada Anggun.“Mereka menyimpannya di dalam kamar, tidak di ruang tamu atau ruang keluarga,” jawab Anggun. “Daripada kamu kepoin mereka mending kamu bantu aku memasak.”Allina pun membantu Anggun memasak. Namun, tiba-tiba terdengar suara seorang pria berteriak,” Anggun!”‘Kenapa suara mas Rico terdengar begitu marah?’ tanya Anggun dalam hati.Benar saja, Rico datang bersama dengan Nisa. Wajah suaminya itu tampak marah, d
Tok tok tok! Suara ketukan pintu terdengar.“Mas, apa yang kamu lakukan kepada, Anggun. Maafkan dia!” tutur Nisa ynag khawatir Jika Rico dan Anggun melakukan sesuatu.Anggun pun melepaskan bibirnya dari bibir Rico kemudian merapikan lagi pakaiannya yang berantakan. “Terserah, apa maumu, Mas!” teriak Anggun dengan tiba-tiba. Anggun kemudian keluar dari kamar dengan pura-pura emosi.Rico terheran-heran dengan sikap Anggun yang aneh. “Bukankah, baru saja kita sedang berciuman. Kenapa tiba-tiba dia marah kepadaku?”***Anggun melanjutkan aktivitas memasaknya ditemani Allina. Dia mempersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna. Allina memandang takjub kepada sahabatnya itu. Selain cantik, baik, pintar dia juga jago masak.Allina diminta oleh Anggun untuk menata hidangan makan malam tersebut. Makanan sudah tersaji, tinggal menung
“Hei, kamu!” panggil Nisa. “Siapa namamu?” tanya Nisa dengan nada angkuh kepada Allina.“Aku Allina, Tante. Ada yang bisa aku bantu?” tanya Allina.“What? Kamu panggil aku tante?” tanya Nisa dengan wajah tidak suka.“Iya, kenapa?” sahut Allina.“Aku mau tanya, siapa itu Romeo?”“Pacarnya, Anggun. Kenapa? Tante mau jadi pelakor? Tetapi sayang, selera Romeo tinggi. Dia tidak suka sama tante-tante.”“Kamu!” bentak Nisa kesal.Rico menjadi tambah kesal setelah Nisa bertanya tentang Romeo. Dia beranjak dari tempat duduknya dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba Rico terjatuh dan meringis kesakitan.“Mas Rico!” teriak semua wanita dengan bersamaan.Nisa berlari lebih dulu, kemudian menghalangi Anggun
“Terima kasih, dok!” ucap Anggun. Baiklah kalau begitu saya akan pergi ke kasir untuk membayar administrasi.“Tidak, usah. Fisik suami anda sehat dan kami dari rumah sakit tidak melakukan tindakan apapun. Bapak Rico ini hanya bermasalah di jiwanya saja.”Anggun mengerutkan keningnya. ‘Apakah, gara-gara kabar aku jadian dengan Romeo membuat Mas Rico kepikiran dan terpukul. Aku jadi merasa bersalah,’ tutur Anggun dalam hati dengan wajah sedih sembari melihat sang suami yang terdiam dengan tatapan mata kosong.“Dok, kalau begitu saya permisi mohon pamit dulu! Terima kasih banyak.”“Sayang, tolong minta nomor telepon dokter tersebut,” bisik Rico di telinga Anggun.“Dokter, boleh saya minta kartu nama anda!” pinta Anggun dengan wajah ramah dan sopan.“Iya, boleh!” Dokter pun memberikan kartu namanya kepada Anggun. ‘Cantik-cantik, tetapi sayang suaminya stress.’ Tutur sang dok
“Perutku, sakit sekali. Maukah, kamu membalur dengan minyak angin seperti tadi?” pinta Rico dengan wajah memelas.“Baiklah, aku ambil minyak angin terlebih dahulu.”Anggun pun mengambil minyak angin di mobilnya. Dan segera kembali ke kamar Rico. Dia pun membalur perut Rico dengan lembut. Setelah selesai, dia pun beranjak lagi untuk pergi ke kamarnya.“Kamu mau kemana?” tanya Rico manja.“Aku mau ke kamar, Mas. Aku lelah dan ngantuk sekali,” sahut Anggun mulai merasa kesal.“Mau dipeluk!” pinta Rico sembari membuka tangannya.“Heuh,” dia melihat ke arah Allina. Allina pun menyuruh Anggun segera memberikan apa yang diminta oleh Rico.Dan, Allina terkejut ketika melihat ke dinding tepat di depan tempat tidur Rico. Pasalnya ada foto pernikahan Rico dan Anggun terpampang d
Anggun tersenyum sendu. “Aku berusaha menahan agar tidak mencintainya karena mungkin aku akan mengajukan perceraian ketika keluar Adelard menerima Nisa. Kamu bangga ‘kan punya sahabat baik hati seperti aku,” tutur Anggun percaya diri.“Dih, malesin banget. Muji diri sendiri, harusnya aku yang bilang. Anggun, aku sangat bangga memiliki sahabat sepertimu yang baik hati.”Allina pun memeluk sahabatnya itu. Dia tidak percaya di balik wajah ceria yang Anggun tunjukkan kesetiap orang ternyata ada masalah yang sangat berat yang sedang dialami oleh sahabatnya itu.“Kamu, tidak usah sungkan jika ingin bercerita kepadaku. Aku janji akan merahasiakan ini semua dari orang lain. Lalu, bagaimana dengan Romeo. Apakah kamu mencintainya?”“Dulu aku mencintainya, bahkan aku tidak pernah berhubungan dengan seorang pria karena menunggunya. Namun, setelah memiliki suami, ra
“Angguuun …,” panggil Allina dengan nada sedih. “Kamu kenapa? Aku tidak apa-apa, Sayang. Percayalah!” Anggun berusaha meyakinkan sahabatnya itu. Walaupun, sebenarnya, dia merasakan sesak di dada pada saat membayangkan suaminya bercinta dengan wanita lain meskipun itu adalah istri siri sang suami. Rico pun telah selesai menuntaskan hasratnya. Mereka berdua terkulai lemas di tempat tidur. Dia pun kemudian memeluk Nisa dan berkata. “Terima kasih, Sayang. Anggun, aku mencintaimu.” Duar! Nisa bagai disambar petir dimalam hari dalam kondisi cuaca cerah tidak ada angin dan tidak ada hujan. Kalbunya bagai dihujam puluhan belati. Tubuhnya bagai disayat sembilu dan jiwanya bagai dibakar dibakar api yang panas membara. Nisa kemudian melihat lagi wajah Rico dan tampak, bahwa suaminya itu sudah tertidur pulas. Rasanya dia tidak rela jika pria yang sekarang menjadi suaminya itu menci
Kali ini Allina sudah tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya difitnah seperti itu. “Aku sebagai saksinya. Mak lampir itu mungkin tidak tahu jika aku berada di dalam kamar mandi sedari tadi. Dengarkan rekaman ini!” titah Allina sembari memberikan ponselnya.Hati Anggun terasa sakit, ketika dituduh oleh suaminya. Dia pun berlari ke kamarnya sembari menangis. Baru kali ini, Rico melihat Anggun menangis seperti itu karenanya. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya karena bingung sebenarnya siapa yang salah, dan siapa yang berbohong.“Tunggu apa lagi cepat dengarkan!” titah Allina sembari memeluk tangannya di depan dada.Rico pun mendengarkan rekaman tersebut, tubuhnya lemas seketika. Dia merasa sangat bersalah kepada Anggun karena telah menuduhnya tanpa bukti.“Sudah mendengarkannya? Sini ponselku!” ketus Allina kepada Rico.Awalnya Allina sangat kag