Share

Bab 4

Author: Julliana
Proses pencabutan identitas berjalan sangat cepat. Setelah semuanya selesai, Stacey pun memesan taksi dan kembali sendirian ke vila.

Tak lama kemudian, Adriano juga datang membawa sekotak kue kacang merah. Wajahnya penuh rasa bersalah saat memandangnya.

"Stacey, sebentar lagi kamu akan jadi istriku. Saat itu, aku dan Lily juga akan jadi sekeluarga. Jadi aku lebih memperhatikannya belakangan ini. Kamu jangan salah paham, ya. Aku sudah mengejarmu bertahun-tahun. Kamu pasti tahu, di hatiku cuma ada kamu."

Stacey benar-benar tak habis pikir, bagaimana Adriano bisa begitu pandai bersandiwara?

Toko kue kacang merah itu terletak di bagian selatan kota dan butuh waktu lama untuk sampai ke sana. Rasanya yang khas dan pembeli yang selalu mengantre membuat toko itu terkenal. Konon, sekotak kue saja butuh tiga jam antrean.

Demi memenuhi keinginan Lily, Adriano rela menempuh setengah kota dan mengantre berjam-jam. Itulah yang orang-orang sebut sebagai cinta yang tulus. Namun, cinta itu bukan untuk Stacey, melainkan hanya untuk Lily.

Stacey kelelahan. Dia sudah tidak sanggup berpura-pura lagi. Dia menggeleng pelan dan untuk pertama kalinya, dia tidak menerima alasan yang diberikan Adriano.

"Aku nggak enak badan, mau istirahat dulu." Tanpa melihat reaksinya, Stacey langsung berbalik dan berjalan menuju kamarnya.

Adriano sempat terdiam. Dia bisa merasakan suasana hati Stacey sedang tidak baik, tetapi dia tidak berpikir terlalu jauh. Dalam benaknya, Stacey mungkin hanya masih marah karena tadi malam dia pergi demi Lily. Untuk menyenangkan hati Stacey, Adriano langsung membatalkan semua pekerjaannya dan menyeret Stacey keluar untuk kencan.

Mereka makan malam romantis, berjalan-jalan membeli barang-barang mewah, hingga akhirnya memesan tiket bioskop untuk menonton film bersama.

Begitu mereka duduk di kursi yang telah dipilih, beberapa gadis lain pun masuk ke dalam teater. Di tengah-tengah kerumunan itu, orang yang jadi pusat perhatian tak lain adalah Lily.

Adriano memang tidak menunjukkan perubahan ekspresi sedikit pun, tetapi Stacey dengan jelas bisa merasakan bahwa pria di sampingnya kini tak lagi sepenuhnya hadir di sisinya. Pikirannya telah melayang melihat kehadiran seseorang yang baru saja masuk.

Pandangan Adriano terus-menerus melirik ke arah Lily yang duduk tak jauh dari mereka. Film sudah berjalan setengah. Namun, melihat ekspresi kosong dan tatapannya yang tidak fokus itu, Stacey tahu jelas bahwa Adriano pasti tidak menyimak sedikit pun.

Hingga tiba-tiba, Stacey memanggil namanya, "Adriano."

Suara itu membuyarkan lamunannya. Dia tersentak dan menoleh, "Ada apa?"

"Aku agak nggak enak badan. Ayo pulang duluan, ya."

Nada bicaranya terdengar datar, seolah benar-benar hanya merasa tidak nyaman dan ingin pergi lebih awal. Adriano sempat melirik lagi ke arah Lily dan tampak berat untuk beranjak. Akan tetapi, akhirnya dia tetap bangkit dan mengikuti Stacey keluar.

Namun begitu mereka baru saja melangkah keluar dari studio, tiba-tiba terdengar keributan dari belakang. Suara teriakan dan langkah tergesa-gesa menyusul dari dalam. "Kebakaran! Bioskop kebakaran!"

Mendengar kata-kata itu, wajah Adriano seketika pucat. Tanpa berpikir panjang, dia refleks ingin berbalik arah dan menerobos masuk ke dalam. Namun sebelum sempat melangkah jauh, dia melihat sekelompok orang yang tadi masuk bersama Lily kini juga ikut berhamburan keluar.

Adriano langsung menghampiri mereka dan menanyakannya satu per satu. Suaranya terdengar panik dan cemas, "Mana Lily?!"

Mendengar pertanyaannya, beberapa orang itu saling berpandangan. Setelah dipikirkan dengan saksama, wajah mereka mendadak memucat, lalu menjawab dengan suara terbata-bata, "Lily ... sepertinya ... belum keluar ...."

Begitu mendengar ucapannya, amarah Adriano langsung membakar semua logika dan akal sehatnya. "Bukannya sudah kusuruh kalian jaga dia baik-baik?"

Tanpa menunggu jawaban, dia langsung berbalik dan hendak menerobos ke dalam gedung bioskop yang mulai dilahap api.

Namun belum sempat melangkah jauh, sopir pribadi buru-buru menahannya. "Pak Adriano! Api terlalu besar, Anda nggak boleh masuk! Tim penyelamat akan datang sebentar lagi ...."

Sebelum sopir itu menyelesaikan ucapannya, dia telah disela oleh suara Adriano yang marah besar, "Minggir!"

Setelah itu, dia menerobos arus massa dan berlari melawan arah kerumunan menuju bioskop.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 23

    Sementara itu, Adriano yang dulunya tidak tahan melihat Lily tersakiti sedikit pun, kali ini hanya menatapnya dingin dan tidak membelanya sama sekali.Lily benar-benar tidak bisa mengerti. Hanya karena bertemu Stacey sekali saja, kenapa semua orang langsung berubah? Namun sebelum dia sempat mencari jawabannya, kapal sudah benar-benar meninggalkan Pulau Pertemuan.Di sisi lain, setelah para pengacau itu diusir dari pulau, para penjaga juga kembali naik ke kapal patroli kecil mereka dan meninggalkan tempat itu.Setelah kerumunan itu bubar, Edward yang datang sendiri menggunakan perahu kecil akhirnya menampakkan diri. "Stacey, bolehkah aku naik ke atas?"Devon langsung mengenali pria itu. Beberapa waktu yang lalu, Edward memang pernah datang sekali. Meskipun saat itu Stacey tidak terlalu menggubrisnya, sikap Stacey jelas lebih baik terhadapnya dibandingkan dengan orang-orang yang baru saja mereka usir tadi.Oleh sebab itu, Devon langsung meningkatkan kewaspadaannya.Akhir-akhir ini terlal

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 22

    Setelah selesai berbicara dengan Adriano, barulah Stacey mengalihkan pandangannya ke arah tiga orang dari Keluarga Henderson. Dia beberapa kali membuka mulut, tetapi ragu untuk berbicara, sampai akhirnya hanya bisa menghela napas.Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam kepada orang tua yang telah melahirkannya, dan jujur saja, dia juga tidak ingin lagi berdebat dengan mereka.Lagi pula, mereka bertiga hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Berdebat hanya akan membuang tenaga dan sia-sia."Ayah, Ibu ... ini terakhir kalinya aku memanggil kalian begitu. Lagian, kalian juga nggak pernah benar-benar menganggapku sebagai anak. Mulai sekarang, anggap saja kalian memang hanya pernah punya satu anak perempuan, Lily."Nada bicaranya sangat tenang. Kata-katanya untuk memutus hubungan dengan mereka, diucapkannya seolah-olah hanya sekadar sapaan biasa. Namun justru karena ketenangan itu, Hector

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 21

    Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Stacey, semua orang seketika terdiam dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Adriano bahkan menatapnya dengan mata membelalak, lalu refleks melepas pegangan tangannya dari lengan Villy. Kemudian, dia berjalan terhuyung beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih tangan Stacey.Akan tetapi, tangan itu langsung ditepis oleh Gaston. Dengan raut wajah yang muram dan alis berkerut tajam, dia menepisnya keras-keras. "Kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicara baik-baik. Jangan main pegang seenaknya."Gaston benar-benar tidak punya simpati sedikit pun terhadap orang-orang ini. Setelah melahirkan anak, lalu ditelantarkan dan pilih kasih sampai separah itu. Sekarang masih berani menyebut diri mereka sebagai orang tua Stacey?Sejak awal pertemuan mereka, apa ada sepatah kata baik pun yang keluar dari mulut mereka?Terutama pria bernama Adriano ini ... berlagak seperti pria yang mencintai Stacey, tapi bahkan kondisi keluarganya saja t

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 20

    Adriano merasa dadanya dipenuhi kekesalan dan perasaan kecewa. Awalnya, dia sengaja membawa Hector, Villy, dan Lily ke sini dengan harapan pertemuan ini bisa menjadi momen untuk sedikit bernostalgia.Dia tahu, hubungan mereka dulu memang tidak begitu dekat, tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga. Di antara orang tua dan anak, mana mungkin ada dendam yang tidak bisa diselesaikan? Bukankah semuanya bisa selesai jika dibicarakan baik-baik?Oleh karena itu, di perjalanan tadi, dia sudah mengingatkan mereka agar jangan bersikap terlalu agresif dan bicarakan semua dengan tenang. Saat itu Hector, Villy, dan Lily pun mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung membuat keributan seperti ini.Namun, kalau mau jujur pada diri sendiri, Adriano tahu sebagian besar kesalahan ini juga ada padanya. Dia menahan perasaan sesak yang menghimpit dadanya dan mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya membuka suara."Stacey, lama nggak bertemu."Adriano

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 19

    Adriano bahkan belum sempat menghentikan mereka. Lily yang datang bersama kedua orang tuanya juga ikut berkata dengan nada menjijikkan, "Kak, aku tahu kamu marah sama aku. Tapi walau kamu lagi ngambek, tetap saja nggak boleh nggak peduli sama Ayah dan Ibu. Selama ini mereka sudah setengah mati cari kamu, ayo cepat pulang sama kami!"Melihat orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Stacey itu datang dan bicara seenaknya, Devon yang biasanya tenang pun tidak tahan lagi. Dia mengejek, "Dari mana datangnya anjing-anjing ini, baru nongol saja langsung menggonggong sembarangan?"Kemudian, dia bergeser sedikit untuk menghalangi pandangan Adriano sepenuhnya. Sebelum mereka sempat marah besar, Devon menambahkan dengan sinis, "Ini pulau milik Stacey. Kalian masuk ke pulau ini tanpa izin. Ini bukan di negara asal kalian. Hati-hati, bisa-bisa besok sarapan kalian malah di dalam perut hiu."Pandangan tajamnya menyapu mereka satu per satu. Keempat orang di luar langsung tertegun, tetapi perasaan te

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 18

    Saat Adriano datang mencarinya, dia tidak datang sendirian. Ada Hector, Villy, dan Lily yang ikut bersamanya.Selama beberapa tahun terakhir, kondisi Keluarga Henderson memang tidak terlalu baik. Edward telah memulai usahanya sendiri dan begitu usahanya sukses, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi pesaing langsung Keluarga Henderson di pasar.Awalnya, mereka ingin mempertahankan posisi mereka dengan cara menjalin ikatan pernikahan. Namun Lily yang sejak kecil dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang sangat keras kepala. Setelah dibatalkan pertunangannya oleh Edward, dia hanya bisa mengamuk di rumah setiap hari. Hector dan Villy yang amat menyayanginya, tidak sampai hati memaksanya menikah lagi demi kepentingan keluarga.Sebaliknya, putri sulung mereka malah mengalami dua kali pertunangan yang gagal. Hingga akhirnya, dia bahkan menghapus identitasnya dan menghilang tanpa jejak. Mereka bahkan tidak tahu harus ke mana mencarinya.Kalau bukan karena Adriano mengatakan bahwa dia telah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status