Share

Bab 5

Author: Julliana
Saat tim penyelamat akhirnya tiba, Adriano muncul dari dalam gedung yang terbakar dengan penuh luka dan berlumuran darah sambil menggendong Lily yang tak sadarkan diri. Dia meletakkan Lily dengan hati-hati di atas tandu. Sampai ketika memastikan bahwa Lily masih hidup dan tidak dalam bahaya, dia pun terjatuh pingsan.

Begitu tubuhnya terjatuh, luka di punggung Adriano pun sepenuhnya terlihat.

Luka itu begitu mengenaskan. Bahkan Stacey yang sebelumnya mengira dirinya sudah tidak akan lagi bersedih karena pria itu, matanya tetap saja memerah. Bukan karena iba, melainkan karena kenangan-kenangan lama yang kembali menyeruak.

Dulu, Adriano mendekatinya begitu lama. Stacey sebenarnya bukan wanita berhati baja, hanya saja saat itu, hatinya masih belum bisa melepaskan Edward. Oleh karena itulah, dia tidak pernah benar-benar membalas semua ketulusan Adriano.

Sampai akhirnya, saat dirinya tiba-tiba pingsan dan dibawa ke rumah sakit, barulah dia tahu kalau dirinya mengidap gagal ginjal.

Dengan air mata bercucuran, dia menelepon kedua orang tuanya, memohon agar mereka mau melakukan tes kecocokan donor. Akan tetapi, Ayah dan Ibu Stacey menolaknya tanpa ragu. Mereka bilang masih harus menemani Lily pergi berlibur, bahkan berkata gagal ginjal itu tidak akan langsung membunuhnya. Kalaupun sampai mati, cukup beri tahu mereka setelahnya saja.

Orang tua kandungnya langsung menutup telepon dengan kejam.

Saat Stacey benar-benar kehabisan jalan, Adriano yang diam-diam melakukan tes kecocokan dan kemudian diam-diam naik ke meja operasi.

Setelah operasi selesai, barulah Stacey tahu bahwa ginjal yang dia terima berasal dari Adriano. Dia menangis berjam-jam di sisi ranjangnya. Ketika Adriano akhirnya membuka mata, hal pertama yang dilihatnya adalah Stacey yang berlinang air mata. Dia langsung memeluknya erat dan menenangkannya.

"Sayang, jangan menangis. Aku melakukan ini dengan suka rela." Namun, justru karena kalimat itulah Stacey menangis lebih keras lagi.

Saat itu, dia berpikir, mungkin sudah saatnya dia melepaskan penantian yang tak kunjung berbalas dan mulai melihat pria yang selama ini ada di sisinya. Namun ketika dia akhirnya hanyut dalam kelembutan Adriano, mencintainya sepenuh hati, dia malah menyadari bahwa semua itu hanyalah sebuah kebohongan.

Sekarang kalau dipikir-pikir lagi, Adriano memang selalu menjadi seseorang yang rela berkorban demi cinta. Hanya saja, sejak awal hingga akhir, satu-satunya orang yang layak dia korbankan segalanya ... tetap saja Lily.

Adriano mengalami cedera parah kali ini dan harus dirawat lama di rumah sakit.

Dulu, setiap kali dia terluka sedikit saja, Stacey akan menangis tanpa henti karena khawatir. Namun kali ini, bahkan untuk sekadar membahas soal menjenguknya di rumah sakit pun dia tidak pernah menyinggungnya. Ketika asisten Adriano datang menyampaikan bahwa Adriano ingin menemuinya, Stacey pun pura-pura tidak mendengar dan tetap sibuk dengan urusannya sendiri.

Hingga malam itu, saat dia sedang terlelap, tiba-tiba tubuhnya terasa berat. Stacey yang merasa kaget, langsung membuka mata dan mendapati dirinya sedang dipeluk erat oleh Adriano.

Adriano masih mengenakan pakaian rumah sakit. Jelas sekali, dia kabur dari rumah sakit. Dahinya masih dibalut perban, luka-lukanya pun belum pulih sepenuhnya. Namun saat ini, dia malah memeluk Stacey begitu erat tanpa berkata sepatah pun.

Stacey berusaha mendorongnya beberapa kali. Setelah berhasil menjauh, dia akhirnya bertanya, "Kenapa kamu balik ke sini?"

"Aku kangen kamu," jawabnya pelan sambil menyandarkan kepala ke lekuk leher Stacey. Setelah meluapkan rindu, dia terdiam sesaat sebelum melanjutkan dengan nada sedih, "Kamu nggak dengar pesan-pesan yang aku titipkan lewat asistenku? Kamu nggak mau jenguk aku selama ini ... apa karena waktu itu aku malah lari menyelamatkan Lily?"

"Maaf, aku salah. Aku seharusnya nggak meninggalkanmu dan pergi mencari orang lain. Tapi dia itu adikmu dan waktu itu kondisinya darurat, makanya aku ke sana."

"Tapi aku bersumpah, sedari awal, satu-satunya orang yang kucintai itu cuma kamu. Perhatianku ke Lily waktu itu murni karena dia adikmu. Aku nggak punya maksud lain!"

"Stacey, jangan marah lagi, ya?"

Adriano mengatakannya dengan tulus. Kalau saja Stacey tidak tahu siapa sebenarnya yang dicintai Adriano, mungkin dia akan percaya kata-kata itu.

Adriano kembali dalam keadaan panik seperti ini bukan karena peduli pada perasaannya. Tapi karena takut Stacey akan menyadari perasaannya pada Lily, takut pernikahan mereka terganggu, dan takut keinginan Lily tidak bisa terwujud.

Sebenarnya, Adriano sama sekali tidak perlu terus berpura-pura seperti ini. Dia bisa benar-benar tenang, karena sebentar lagi ....

Sebentar lagi, semua orang itu tidak akan punya hubungan apa pun dengannya.

Stacey akan lenyap sepenuhnya dari dunia mereka dan hidup bahagia bersama keluarga yang dia pilih sendiri. Meskipun semua itu palsu, pada kenyataannya, keluarga aslinya juga tidak pernah memberinya cinta sedikit pun. Kalau begitu, apa gunanya peduli apakah itu nyata atau tidak?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 23

    Sementara itu, Adriano yang dulunya tidak tahan melihat Lily tersakiti sedikit pun, kali ini hanya menatapnya dingin dan tidak membelanya sama sekali.Lily benar-benar tidak bisa mengerti. Hanya karena bertemu Stacey sekali saja, kenapa semua orang langsung berubah? Namun sebelum dia sempat mencari jawabannya, kapal sudah benar-benar meninggalkan Pulau Pertemuan.Di sisi lain, setelah para pengacau itu diusir dari pulau, para penjaga juga kembali naik ke kapal patroli kecil mereka dan meninggalkan tempat itu.Setelah kerumunan itu bubar, Edward yang datang sendiri menggunakan perahu kecil akhirnya menampakkan diri. "Stacey, bolehkah aku naik ke atas?"Devon langsung mengenali pria itu. Beberapa waktu yang lalu, Edward memang pernah datang sekali. Meskipun saat itu Stacey tidak terlalu menggubrisnya, sikap Stacey jelas lebih baik terhadapnya dibandingkan dengan orang-orang yang baru saja mereka usir tadi.Oleh sebab itu, Devon langsung meningkatkan kewaspadaannya.Akhir-akhir ini terlal

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 22

    Setelah selesai berbicara dengan Adriano, barulah Stacey mengalihkan pandangannya ke arah tiga orang dari Keluarga Henderson. Dia beberapa kali membuka mulut, tetapi ragu untuk berbicara, sampai akhirnya hanya bisa menghela napas.Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia tidak sanggup mengucapkan kata-kata kejam kepada orang tua yang telah melahirkannya, dan jujur saja, dia juga tidak ingin lagi berdebat dengan mereka.Lagi pula, mereka bertiga hanya akan mendengar apa yang ingin mereka dengar. Berdebat hanya akan membuang tenaga dan sia-sia."Ayah, Ibu ... ini terakhir kalinya aku memanggil kalian begitu. Lagian, kalian juga nggak pernah benar-benar menganggapku sebagai anak. Mulai sekarang, anggap saja kalian memang hanya pernah punya satu anak perempuan, Lily."Nada bicaranya sangat tenang. Kata-katanya untuk memutus hubungan dengan mereka, diucapkannya seolah-olah hanya sekadar sapaan biasa. Namun justru karena ketenangan itu, Hector

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 21

    Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Stacey, semua orang seketika terdiam dan tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Adriano bahkan menatapnya dengan mata membelalak, lalu refleks melepas pegangan tangannya dari lengan Villy. Kemudian, dia berjalan terhuyung beberapa langkah ke depan dan mencoba meraih tangan Stacey.Akan tetapi, tangan itu langsung ditepis oleh Gaston. Dengan raut wajah yang muram dan alis berkerut tajam, dia menepisnya keras-keras. "Kalau ada yang mau dibicarakan, silakan bicara baik-baik. Jangan main pegang seenaknya."Gaston benar-benar tidak punya simpati sedikit pun terhadap orang-orang ini. Setelah melahirkan anak, lalu ditelantarkan dan pilih kasih sampai separah itu. Sekarang masih berani menyebut diri mereka sebagai orang tua Stacey?Sejak awal pertemuan mereka, apa ada sepatah kata baik pun yang keluar dari mulut mereka?Terutama pria bernama Adriano ini ... berlagak seperti pria yang mencintai Stacey, tapi bahkan kondisi keluarganya saja t

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 20

    Adriano merasa dadanya dipenuhi kekesalan dan perasaan kecewa. Awalnya, dia sengaja membawa Hector, Villy, dan Lily ke sini dengan harapan pertemuan ini bisa menjadi momen untuk sedikit bernostalgia.Dia tahu, hubungan mereka dulu memang tidak begitu dekat, tapi bagaimanapun juga mereka tetaplah keluarga. Di antara orang tua dan anak, mana mungkin ada dendam yang tidak bisa diselesaikan? Bukankah semuanya bisa selesai jika dibicarakan baik-baik?Oleh karena itu, di perjalanan tadi, dia sudah mengingatkan mereka agar jangan bersikap terlalu agresif dan bicarakan semua dengan tenang. Saat itu Hector, Villy, dan Lily pun mengangguk setuju. Dia benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung membuat keributan seperti ini.Namun, kalau mau jujur pada diri sendiri, Adriano tahu sebagian besar kesalahan ini juga ada padanya. Dia menahan perasaan sesak yang menghimpit dadanya dan mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum akhirnya membuka suara."Stacey, lama nggak bertemu."Adriano

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 19

    Adriano bahkan belum sempat menghentikan mereka. Lily yang datang bersama kedua orang tuanya juga ikut berkata dengan nada menjijikkan, "Kak, aku tahu kamu marah sama aku. Tapi walau kamu lagi ngambek, tetap saja nggak boleh nggak peduli sama Ayah dan Ibu. Selama ini mereka sudah setengah mati cari kamu, ayo cepat pulang sama kami!"Melihat orang-orang yang mengaku sebagai keluarga Stacey itu datang dan bicara seenaknya, Devon yang biasanya tenang pun tidak tahan lagi. Dia mengejek, "Dari mana datangnya anjing-anjing ini, baru nongol saja langsung menggonggong sembarangan?"Kemudian, dia bergeser sedikit untuk menghalangi pandangan Adriano sepenuhnya. Sebelum mereka sempat marah besar, Devon menambahkan dengan sinis, "Ini pulau milik Stacey. Kalian masuk ke pulau ini tanpa izin. Ini bukan di negara asal kalian. Hati-hati, bisa-bisa besok sarapan kalian malah di dalam perut hiu."Pandangan tajamnya menyapu mereka satu per satu. Keempat orang di luar langsung tertegun, tetapi perasaan te

  • Waktu Adalah Obat Terbaik   Bab 18

    Saat Adriano datang mencarinya, dia tidak datang sendirian. Ada Hector, Villy, dan Lily yang ikut bersamanya.Selama beberapa tahun terakhir, kondisi Keluarga Henderson memang tidak terlalu baik. Edward telah memulai usahanya sendiri dan begitu usahanya sukses, hal pertama yang dilakukannya adalah menjadi pesaing langsung Keluarga Henderson di pasar.Awalnya, mereka ingin mempertahankan posisi mereka dengan cara menjalin ikatan pernikahan. Namun Lily yang sejak kecil dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang sangat keras kepala. Setelah dibatalkan pertunangannya oleh Edward, dia hanya bisa mengamuk di rumah setiap hari. Hector dan Villy yang amat menyayanginya, tidak sampai hati memaksanya menikah lagi demi kepentingan keluarga.Sebaliknya, putri sulung mereka malah mengalami dua kali pertunangan yang gagal. Hingga akhirnya, dia bahkan menghapus identitasnya dan menghilang tanpa jejak. Mereka bahkan tidak tahu harus ke mana mencarinya.Kalau bukan karena Adriano mengatakan bahwa dia telah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status