Home / Rumah Tangga / Wanita Buruk Rupa Itu Ternyata Istri CEO / Bab 2 - Apa Kamu Mau Menikah Denganku?

Share

Bab 2 - Apa Kamu Mau Menikah Denganku?

last update Last Updated: 2023-08-02 15:56:59

Saat mendengar penolakan Naila. Mirna naik pitam. Tanpa banyak kata dia melayangkan tamparan kuat di pipi Naila.

"Ahk!"

Naila tersentak. Rasa sakit dan panas yang menerpa pipi kanannya tiba-tiba, Naila mengusap pelan pipinya. Lalu menatap sendu, wanita yang dulu pernah memberinya kasih sayang. Secara bersamaan air mata mengalir perlahan dari pelupuk matanya.

"Jangan membantah kamu! Aku ini Mamamu! Umur kamu sudah tak muda lagi. Seharusnya kamu bersyukur, aku mencarikan kamu jodoh!" Dengan dada yang naik dan turun Mirna menjeda kalimatnya. "Apa kamu pernah berpikir, Naila? Tidak ada laki-laki yang mau dengan wanita cacat sepertimu! Apa kamu tuli?! Hampir setiap hari para tetangga selalu menggunjingmu. Kamu membuatku malu, Naila!" Mirna kembali melanjutkan.

Naila terisak pelan. Apa sebegitu berartikah pernikahan? Sempat terbersit dibenaknya untuk tidak menikah. Namun, menurut pandangan orang-orang, wanita yang belum menikah saat di umur kepala tiga adalah sebuah aib.

Saat mendengar isakan tangis Naila, Mirna kembali berseru,"Aku tidak mau tahu, kamu harus menerima perjodohan ini!" Lalu melangkah pergi, meninggalkan Naila yang masih berlinangan air mata.

*

*

*

Jarum jam bergerak cepat menuju angka lima. Di sebuah rumah berlapis kayu, tepatnya di ruang paling ujung, Naila memekik kesakitan tiba-tiba saat baru saja keluar kamar mandi. Tangannya ditarik tiba-tiba oleh seseorang dari belakang, hingga ia terjembap ke atas lantai kini.

"Ahk, sakit ...."

Naila mendongakkan wajah. Melihat adik tirinya, memandanginya dengan sorot mata menyala-nyala.

"Ada apa, Rani? Aku salah apa?" tanya Naila sambil berusaha bangkit berdiri.

"Kamu masih bertanya?! Aku baru saja sampai di rumah. Mataku sakit melihat wajah buruk rupamu itu! Mati saja kamu, Nai!" seru Rani, berapi-api.

Naila menggeleng pelan. Tak habis pikir dengan pikiran Rani. Dia juga tak mau memiliki wajah yang tak menarik. Namun, apa boleh buat. Takdir berkata lain. Naila harus menahan rasa sakit dan malu karena kekurangannya ini.

"Apa kamu sudah gila, Rani? Aku juga tidak mau memiliki wajah seperti ini ta—"

"Diam kamu!" Rani langsung menyela.

"Ada apa ini?"

Saat mendengar kegaduhan di ruang belakang, Mirna bergegas keluar kamar, melihat Naila dan Rani tengah berseteru.

Naila dan Rani serempak menoleh.

"Ma, mengapa wanita ini belum pindah rumah! Maksudku, kenapa dia tidak Ikut suaminya atau apa! Aku malas melihat wajahnya itu, yang selalu membuatku mual dan mau muntah!" Rani berseru hingga bola matanya hampir saja keluar dari tempatnya.

Mata Naila membulat, mendengar perkataan Rani barusan.

Sementara Mirna, senyum sinis terpatri jelas di wajahnya seketika.

"Kamu tenang saja, Rani. Sebentar lagi juga dia akan dibawa suaminya dan tidak tinggal di sini." Dagu Mirna terangkat sedikit.

"Maksud Mama, buruk rupa ini akan dilamar?" tanya Rani.

"Iya! Mama sudah menjodohkannya dengan pemuda yang tinggal di ujung desa."

Rani tersenyum sumringah setelahnya.

"Tidak Ma, bukankah sudah aku katakan tadi. Aku tidak mau!" Sekali lagi Naila menolak. Dia tidak mau menikah dengan seseorang tanpa dasar cinta.

"Diam!" Mirna kembali melayangkan pukulan di pipi kanan Naila.

Naila tersentak kembali. Cairan bening meluruh perlahan dari bola matanya.

"Jangan membantah, Naila! Mengapa kamu keras kepala sekali hah!" Mirna berkata dengan napas memburu.

Naila enggan menanggapi. Dia terisak pelan sambil memegang pipinya yang terasa panas sekarang.

"Sudahlah, Ma. Nanti penyakit Mama kumat lagi. Sekarang Mama beristirahat saja," kata Rani seketika sambil mengelus pelan punggung Mirna.

"Nanti sore, pemuda itu akan datang. Bersikaplah manis. Jangan sampai dia berubah pikiran!" Mirna tak menanggapi Rani. Dia malah menatap tajam Naila.

Naila tergugu. Bibirnya kelu dan sangat sulit untuk digerakkan sekarang.

"Ayo Ma, kita ke kamar."

Rani mengajak mamanya masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Naila mematung di tempat. Dari sudut matanya masih mengalir pelan air mata. Naila dilema. Apa harus menerima perjodohan tersebut.

Dahulu Naila memiliki mimpi menikah bersama pria yang dia cintai. Namun, saat tertimpa musibah, impian Naila lenyap seketika.

*

*

*

Waktu menunjukkan pukul empat sore. Di atas pencakar langit, mentari mulai redup. Semilir angin yang menerpa padi-padi di hamparan sawah. Membuat para penduduk desa menghentikan aktivitasnya, dan memilih menikmati suasana sore hari di sekitar mereka.

Sedari tadi Naila begitu gelisah, menunggu kedatangan calon suaminya di ruang tamu bersama Mirna. Kebaya putih sederhana sudah terbalut rapi di tubuh kurusnya itu. Tadi, Mirna memaksanya memakai pakaian tersebut.

Naila melirik Mamanya sekilas, tengah duduk manis di hadapannya, sedangkan Rani memilih bersantai di kamar. Naila sempat bertanya pada Mirna tadi, siapa yang mau menikahinya. Tetapi, Mirna tak berniat sekalipun memberitahunya. Naila hanya bisa pasrah dan menerka-nerka.

Saat mendengar bunyi ketukan pintu dari luar seketika, Naila menggerakkan kepala ke daun pintu. Sementara Mirna berjalan cepat menuju ambang pintu dan memutar gagang besi tersebut.

"Ya ampun, kamu sudah datang, ayo mari, masuklah!" Dengan semangat Mirna mempersilakan Ali untuk masuk.

Beberapa jam sebelumnya, Mirna mendapat saran dari tetangga sebelah rumahnya, untuk menjodohkan Naila dengan Ali. Tanpa pikir panjang, dia pun pergi ke rumah Ali tadi siang dan meminta Ali meminang anak tirinya itu. Ali pun menerima tawaran tersebut, setelah dibujuk rayu olehnya.

Ali mengangguk dan melangkah masuk ke dalam.

Naila terkejut ketika melihat ternyata pemuda tadi pagi yang akan menjadi suaminya kelak. Naila langsung menundukkan pandangan. Dia diterpa dilema sekarang.

"Ayo, duduklah Ali, hehe maaf ya, aku terlalu kasar denganmu tadi pagi," kata Mirna, menyuruh Ali untuk duduk di hadapan Naila.

Sekali lagi anggukan pelan sebagai balasan Ali. Pria itu langsung menjatuhkan bokongnya di atas kursi kayu lalu menatap datar ke arah Naila.

"Apa kamu datang sendiri, Ali?" Mirna heran karena tak melihat sanak saudara ataupun orangtua Ali datang bersamanya.

"Iya, aku datang sendiri. Orangtuaku tak sempat datang. Oh ya, sebelum itu aku ingin berbicara empat mata dengan Naila," sahut Ali, cepat. Tanpa mengalihkan pandangan dari Naila sedikitpun.

Naila bergeming di tempat.

"Apakah harus? Aku kan Mamanya, jadi lebih baik aku juga ikut mendengarkan." Mirna ingin mendengar apa yang disampaikan Ali. Namun, Ali melayangkan tatapan dingin padanya, memberi kode bahwa dia hanya ingin berbicara dengan Naila saja.

"Baiklah. Aku akan pergi ke ruang sebelah sebentar, hehe." Mirna terkekeh hambar setelahnya. Lalu meninggalkan Ali dan Naila di ruang tamu.

Suasana mendadak senyap di ruangan. Baik Ali dan Naila sama-sama terdiam dan bergelut dengan batinnya masing-masing.

"Naila?" Ali membuka suara seketika.

"Iya." Naila reflek mengangkat wajahnya dan pandangannya langsung bertemu dengan Ali. "Maaf, aku tak bermaksud," katanya sambil memalingkan muka ke samping. Dia malu karena wajahnya membuatnya tak percaya diri.

"Tak apa, Nai. Tatap saja mataku."

Mendengar suara Ali yang menenangkan jiwanya. Naila memberanikan diri menatap ke depan. Penampilan Ali tampak terlihat lebih rapi, tak seperti tadi pagi.

"Aku sering berbelanja ke warungmu, Nai. Kamu pasti sudah tahu namaku Ali dan nama panjangku Ali Taamir. Besok kita akan menikah. Apa kamu bersedia menikah dengan pria miskin sepertiku?" tanya Ali, sambil menatap datar Naila.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Buruk Rupa Itu Ternyata Istri CEO   Bab 124 (AA) - Membuktikan Padamu

    "Jangan pergi! Jangan mengucapkan kata-kata pergi, Anna!" Adnan memeluk erat Anna dari belakang. Mendengar kata pergi yang terucap dari bibir Anna, membuatnya resah. Adnan tak akan mau hal itu terjadi.Anna membalik cepat. Lalu menatap tajam. Tampaknya kekesalan Anna belum mereda. "Iya, kalau kamu tidak membuktikan perkataanmu, maka aku akan pergi!"Adnan langsung mendekap tubuh Anna dengan sangat erat. "Tidak, tidak Sayang, percayalah padaku, aku akan membuktikannya, kamu lihat saja nanti," ucapnya sambil berkali-kali melabuhkan kecupan di kening Anna."Iya, awas saja kamu berulah, bukan hanya Damar yang akan aku remukkan, tubuhmu pun aku akan hancurkan dengan teflon!" kata Anna, ketus.Adnan malah terkekeh-kekeh. Teringat dengan malam di mana Anna memukul-mukul sang wanita malam dengan teflon. "Iya, iya Sayang, itu kan kalau berulah, aku akan membuktikannya padamu, lihat saja nanti."Anna mendengus lantas melirik tajam Adnan. Namun, di mata Adnan, wajah Anna nampak menggemaskan."Say

  • Wanita Buruk Rupa Itu Ternyata Istri CEO   Bab 123 (AA) - Aku Mencintaimu

    Mata Anna melebar kala Adnan menangkup kedua pipinya dan membungkamnya dengan sebuah kecupan. Dia hendak memberontak. Namun, tubuhnya mendadak lumpuh. Anna tak mengerti dengan situasi saat ini. Tadi, Adnan memarahinya. Tetapi, sekarang malah menciumnya. Dengan mata masih terbuka, Anna dapat merasakan Adnan menjelajahi isi mulutnya dengan melilitkan lidahnya perlahan-lahan. Dalam hitungan detik, Adnan menurunkan tangan lalu mendekap tubuh Anna. Anna terdiam, sambil mendongak, menatap Adnan dengan air mata masih mengalir pelan di pipi. "Siapa nama pria yang menyentuhmu, Anna? Apa kamu sangat mencintainya?" Kali ini suara Adnan terdengar lebih lembut, sinar matanya pun tak berapi-api seperti tadi.Anna hendak memberitahu namun sebenarnya dia pun tidak tahu siapa nama asli pria tersebut. "Apa nama samarannya Mr. D?" tanya Adnan lagi sambil menempelkan keningnya ke kening Anna.Dahi Anna langsung mengerut kuat. "Bagaimana kamu bisa tahu nama samarannya? Iya, aku sangat mencintainya, di

  • Wanita Buruk Rupa Itu Ternyata Istri CEO   Bab 122 (AA) - Murka

    Lima menit sebelumnya, Adnan mendapat panggilan dari Bruno, sang sekretaris, bahwa akan diadakan rapat di restaurant. Adnan pun bergegas turun ke bawah, melihat sosok yang amat dia kenali bersama seorang pria. Saat ini, Adnan dapat merasakan dadanya terbakar membara, menahan cemburu, melihat tangan Anna disentuh oleh seorang pria. 'Siapa pria itu? Apa dia yang menyentuh tubuh Anna!' Tanpa pikir panjang, Adnan melangkah cepat hendak melihat apa yang dilakukan Anna. Dengan jarak aman, Adnan melirik-lirik ke depan. Memandang Anna dan sosok itu berjalan cepat ke bangunan di samping. Adnan terpaksa bersembunyi di balik pilar sambil sesekali menyembulkan kepala hendak mengintip.'Apa yang mereka bicarakan?'Di ujung sana, Adnan dapat melihat Anna dan pria tersebut terlibat pembicaraan serius. Adnan menajamkan pendengaran tapi karena suara kendaraan di jalan raya, menghalanginya. 'Sial, hampir saja!'Dengan buru-buru Adnan menggerakkan kepala kala matanya sedikit lagi bertemu dengan mata

  • Wanita Buruk Rupa Itu Ternyata Istri CEO   Bab 121 (AA) - Cemburu

    Anna begitu ketakutan, melihat ayahya berdiri dengan raut wajah merah padam. Sementara Adnan mundur beberapa langkah kala mendengar Anna memanggil pria paruh baya di belakang dengan sebutan ayah. Anna berdiri sambil mengusap pelan bibirnya sesaat."Mengapa Ayah ada di sini?"Sebuah pertanyaan bodoh meluncur bebas dari bibir Anna tiba-tiba. Wanita itu lupa bila ayahnya terkadang akan datang ke apartment sekadar menengok keadaannya. "Kamu belum menjawab pertanyaan ayah barusan! Siapa yang hamil dan siapa pria ini hah!" tanya Ramdan sambil melirik Anna dan Adnan secara bergantian.Anna tak langsung menjawab tengah mencari kata-kata untuk bisa berkilah. Akan tetapi, belum sempat dia menanggapi, Adnan terlebih dahulu membuka suara hingga membuat mata Anna terbelalak."Saya suami Anna, Pak. Tadi saya hanya memberi pendapat saja jika Anna siapa tahu saja sedang hamil," jelas Adnan, dengan raut wajah datar. "Apa?!"Ramdan amat terkejut. Kedua tungkai kakinya mulai lemah. Lantas dengan perl

  • Wanita Buruk Rupa Itu Ternyata Istri CEO   Bab 120 (AA) - Kedatangan Seseorang Tak Terduga

    Adnan semakin mendekat hingga membuat Anna panik setengah mati. Bagaimana tidak, tatapan pria itu seakan ingin memangsanya. Tanpa sadar Anna meneguk ludah berulang kali kala melihat otot-otot perut Adnan terlihat menggoda saat ini. 'Astaga, apa kamu sudah gila, sadarlah dia pria brengsek yang suka celap-celup!' Anna menggeleng cepat, mengusir pikiran nakalnya sesaat. Lalu, menyilangkan tangan di depan dada berusaha menyembunyikan buah dadanya yang tak mengenakan dalaman sama sekali. "Hei, pria mesum! Berhenti atau aku akan menendang burungmu itu!" seru Anna tiba-tiba. Adnan mengindahkan perkataan Anna, malah menyeringai tajam. "Jangan sok jual mahal, Anna. Kamu yang membuat aku seperti ini. Lagipula aku ini suamimu, jadi wajar-wajar saja jika aku menyentuh tubuhmu.""Cih! Aku tak sudi tubuhku disentuh oleh pria mesum sepertimu, tubuhku hanya boleh disentuh oleh pria yang pertama kali menjamah tubuhku!" Perkataan Anna membuat dada Adnan bergemuruh. Langkahnya terhenti seketika. "

  • Wanita Buruk Rupa Itu Ternyata Istri CEO   Bab 119 (AA) - Seatap

    Anna membuka mata seketika saat tak dapat merasakan tamparan mendarat di pipinya barusan. Ia langsung melirik ke samping, melihat Naila malah berdiri tepat di hadapan Adnan. Adnan terlihat sangat terkejut dengan pergerakkan Naila yang menurutnya sangat cepat dan tidak dapat diprediksi itu. Dengan wajah menahan kesal, ia menatap Naila. "Kenapa kamu menamparku?" tanya Adnan sambil mengusap pipinya yang pedas. "Itu karena kamu sudah menyentuh tubuh temanku, Adnan!" seru Naila.Adnan ingin menyahut. Namun, tatapan tajam Ali yang berada di belakang, membuat Adnan bungkam. Ali baru saja tiba bersama Anya.Dalam hitungan detik, Naila mengalihkan pandangan kepada Anna lalu mendekat. Anna merasa bersalah, tatapan Naila menyiratkan kekecewaan. "Naila, maafkan aku karena tidak memberitahu kamu tentang permasalahanku, aku benar-benar minta maaf."Naila membuang napas kasar kemudian memegang kedua tangan Anna. "Kamu membuatku kecewa, Anna. Padahal kita bisa mencari bersama-sama solusinya, tapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status