"Mobil aku?" "Betul, Nona. Mulai hari ini, saya akan menjadi supir Anda." terang pria itu. Sofia melirik jam tanganya, "Ayo, Pak! Kita bisa terlambat!" Wanita gendut itu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang. Layaknya orang kaya, ia tidak perlu cape-cape mengendarai mobilnya. Namun, wanita mandiri yang sudah terbiasa mengendarai mobil sendiri itu sebenarnya merasa risih jika harus ditemani oleh supir. Tapi, mau bagaimana lagi, ia tidak ingin membantah keinginan Reyfaldi.Hari itu, ia menjalani aktivitasnya seperti biasa. Kedatanganya di kantor sudah disambut oleh tumpukan dokumen yang tersusun rapi di atas meja kerjanya. "Hallo Sofia." sapa Renata. "Oia .... hari ini akan ada karyawan baru untuk menggantikanmu. Tolong nanti dibantu ya!" ucapnya lagi. Mendengar itu, Sofia merasa lega. Akhirnya, ia bisa lebih fokus untuk menjalankan rencananya bersama Reyfaldi. "Baik, Bu!" jawab Sofia. Tak lama kemudian, datang sesosok wanita muda berpakaian hitam putih menyapanya. Dik
Mobil hitam itu, kini terparkir dia area parkir halaman rumah Reyfaldi. Sofia, turun dan berjalan menuju ruang televisi diikuti langkah kaki pria tampan itu. Wanita itu duduk di Sofa empuk sembari membuka jinjingan paper bag nya. Melihat Sofia duduk disana, pria yang masih memakai setelan jas itu ikut duduk di sebelahnya. "Apakah kamu menyukainya?" tanya pria itu. "Seharusnya, kamu tidak perlu repot-repot membelikan aku ponsel canggih seri terbaru seperti ini. Bagiku, sudah bisa menerima pesan dan melakukan panggilan juga sudah cukup." "Oia, mobil yang tadi pagi dikendarai oleh pak Eko, itu mobil siapa ya?" tanya wanita itu. "Mobilmu!" Netra wanita itu membulat dengan sempurna. "Hah? Apa aku tidak salah dengar?" "Semoga kamu menyukainya!" tutur pria tampan itu. "Padahal, kamu tidak perlu memberikan semua ini untukku, aku bukanlah calon istrimu yang sesungguhnya. Kita melakukanya atas dasar perjanjian semata!" Pria itu tersenyum tipis, "Semua yang saya berikan untukmu, tidak pe
Pria tampan itu memberanikan dirinya mengecup bibir Sofia yang mungil namun sedikit berisi. Wanita itu membalikan tubuhnya, menaiki anak tangga yang ada di dasar kolam setelah Reyfaldi melepaskan lingkaran tangan di pinggangnya. "Sofia ...!" panggil pria itu. Ia, samasekali tak mengindahkan panggilan pria itu. Ia terus berjalan masuk ke dalam rumah, tanpa mau menoleh sedikitpun pada pria yang sedaritadi berdiri di dalam kolam menatap ke arahnya. Pria itu terdiam, duduk dan menunduk di pinggiran kolam, seraya berpikir tentang apa yang baru saja dilakukannya. "Apa yang sudah ia lakukan? Berani-beraninya ia menciumku!" umpat Sofia.Sofia mengisi bathubnya menggunakan air hangat dan meneteskan beberapa essential oil pada air buthubnya. Ia melepaskan seluruh pakaiannya yang sudah basah. Kemudian, merendam tubuhnya di dalam bathub itu. "Ah, nikmat sekali harumnya!" gumamnya ketika menghirup wangi aromaterapi yang ia tetesakan pada air itu. Wanita itu memejamkan matanya. Namun, kejadia
"Ya, Tuhan ...! Dia tampan sekali" batin Sofia. Tak hentinya ia menatap wajah tampan yang tertidur pulas di atas pangkuanya itu. Hingga, ia melupakan film yang sedang diputar di layar televisinya. Setelah sekitar satu jam, pria itu tertidur di pangkuan Sofia. Ia terbangun. Kemudian, membalikan badanya ke sisi berlawanan, menghadap perut wanita itu sembari tangan satunya melingkar ke belakang pinggangnya. Perasaan wanita itu menjadi tak menentu, ia benar-benar tak bisa menghindar atau berontak. Ia pun sebenarnya sangat menikmati momen itu. Namun, terkadang logika dan hatinya tidak sejalan. "Aku-- ingin ke toilet!" ucap wanita itu. Pria itu malah mempererat lingkaran tanganya di pinggang wanita itu. Sofia, yang sudah tidak bisa menahan panggilan alam itu, memindahkan kepala pria itu bersama bantalnya ke atas sofa secara perlahan. "Sofia ...! Mau kemana? Suara berat namun lembut itu memanggilnya. "Aku mau ke toilet!" ucap wanita itu seraya berlari masuk ke dalam kamarnya. Setelah
"Kakek?"Kakek tua yang duduk di kursi roda itu menatap Sofia dengan tatapan datar, tidak ada gurat senyum sedikitpun di wajahnya. "Ayo, kita dekati kakek! Penglihatanya kurang begitu jelas jika jaraknya jauh seperti ini." Reyfaldi merangkul Sofia dengan mesra, berjalan menghampiri kakek Edward. "Oh, Reyfaldi?!" sahut kakek. "Kek--, kenalkan, ini calon istri Rey." ucap pria tampan itu. Edward menatap Sofia lalu tersenyum, "Sofia...? akhirnya, Rey menemukanmu!" ucapnya dengan nada berat dan sedikit bergetar.Sofia membalas senyum Edward. Kemudian, bersalaman menempelkan punggung tangan Edward ke keningnya. Namun, wanita itu merasa ada sesuatu yang janggal dengan ucapan Edward."Mengapa ia berkata akhirnya menemukanku?" tanya wanita itu dalam hati. "Ayo kita menuju ruang makan!" ajak kakek Edward.Reyfaldi langsung menggantikan suster menggenggam gagang kursi roda, mendorongnya hingga ke ruang makan. Di ruangan itu sudah tersaji menu makan yang cukup lengkap dan mewah di atas meja.
Tarik menarik bantal Sofa itu pun dimenangkan oleh Sofia. Lalu, ia memukulkanya dengan pelan ke punggung Reyfaldi. Suasana di ruang keluarga itu pun terasa mencair seketika. Kakek tua itu terus saja tertawa melihat tingkah cucunya itu. Sedangkan Reyfaldi, wajahnya kian memerah menahan malu. "Jika Rey tau kakek akan membocorkan rahasia ini pada Sofia, mungkin Rey tidak akan membawa Sofia kemari." keluh pria berwajah tampan itu. "Lagi pula, mengapa masih harus dirahasiakan? Toh kalian juga akan menikah. Sebaiknya, antara suami istri itu tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi. Bukankah begitu?" bantah kakek tua itu. Reyfaldi memang mempunyai kedekatan yang cukup erat dengan sang kakek. Ia menjadikan kakeknya layaknya sahabatnya sendiri. Tempat berbagi kisah suka dan duka. Ia juga bercerita banyak hal pada sang kakek. Bahkan ia bisa sukses seperti sekarang ini berkat bimbingan dan nasihat dari sang kakek. Malam itu, mereka menghabiskan waktu dengan berbincang dan bercanda. Hingga, t
Pria tampan itu menatap Sofia dan mencoba menggenggam tangannya. Namun, wanita itu menghempaskan genggamannya. "Sudah aku katakan, jangan membuat aku salah paham!" protes wanita itu. Sofia merasa pria itu telah mempermainkan perasaanya. Padahal, hampir saja ia mempercayai dan menaruh hati padanya. Namun, sekarang ia sangat meyakini bahwa tidak mungkin ada pria yang dapat mencintainya dengan tulus. Apalagi dengan bentuk tubuh yang ia miliki saat ini. Jangankan pria tampan dan kaya raya seperti Reyfaldi, pria yang hidupnya bertumpu pada Sofia pun bisa dengan tega menyakiti dan mencampakannya begitu saja. Yang terpenting saat ini adalah, ia berhasil mejalankan misinya tanpa harus terjebak perasaan dengan pria tampan itu. "Maaf, aku tidak bermaksud--." "Sudahlah tidak perlu dibahas, lebih baik saat ini kita fokus pada misi kita. kamu berhasil mendapatkan perusahaan Kakek, dan aku bisa balas dendam pada Alvian. Setelah misi kita berhasil, kita bisa segera mengakhiri hubungan ini secepa
Di tempat lain, Reyfaldi memeriksa cctv rumahnya dan melihat wanita itu berjalan keluar rumah mengenakan setelan jogging. Setelah tiga jam Reyfaldi menunggunya. Wanita itu tak kunjung tiba di rumahnya. Kini, Perasaanya sudah mulai tidak enak. Ia menebak, pasti ada sesuatu yang tidak beres dialami oleh wanita itu. Karena biasanya, berjogging di sekitaran komplek tidak akan lebih dari dua jam. Pria itu sangat panik. Ia juga memarahi penjaga rumah yang membiarkan wanita itu pergi tanpa mengkonfirmasi kebenaranya pada Reyfaldi. Pria itu segera masuk ke dalam mobilnya dan pergi mencari Sofia. Ia berputar menyisir area jalan sekitaran komplek yang luas itu. Setelah berjarak sekitar 2 kilo meter dari rumahnya. Ia merlihat beberapa orang berkumpul di pinggir jalan. Reyfaldi menghentikan mobilnya karena merasa sangat penasaran dengan sekumpulan orang-orang itu. Dari dalam mobil, pria itu memicingkan matanya menatap sepatu berwarna pink yang sudah sangat tidak asing di matanya. Sedangkan ba