Share

Pengakuan

Author: Harumi Aina
last update Last Updated: 2023-01-07 22:28:08

Bab 5 : Pengakuan 

"Sudah dapat blom, Ky?" tanya mertua berjalan mendekat. 

Mas Lucky menggeleng frustasi, lalu mertua menatap ibu tajam. "Pasti ibu Ayu yang mengambilnya!" 

Spontan ibu terkejut bila kejadian kemarin terulang kembali. "Tunggu, sebenarnya apa yang kalian cari sampai menuduh ibuku?" kataku berpura-pura marah. 

"Mas kehilangan barang di mobil dan itu sangat penting buat Mas," jawab Mas Lucky berang. 

"Mas, apa kamu nggak lihat kalo ibu aja susah berjalan bagaimana mungkin bisa mengambil barang di mobil. Lagian kunci mobil 'kan Mas yang simpan. Sebenarnya barang apa sih?" Aku terus merongrong agar Mas Lucky mau bicara.

Mas Lucky tetap tidak mau jawab, aku akan menjebaknya. "Apa barang itu untuk Maya?" tanyaku ketus. 

"Bu-bukan! Ya udah kalo kamu nggak tau," ujar Mas Lucky. 

"Tunggu, Ky! Sebaiknya kita geledah kamar ibu Ayu," seru mertua sukses membuat mata ibu membulat sempurna. Sedangkan Bi Inem yang berdiri di sudut dapur mulai gemetar. 

"Mas, jangan sampai kamu masuk kamar ibu dan mengacak-acak. Kali ini Ayu nggak akan biarkan kejadian kemarin terulang lagi," ujarku mengingatkan. 

"Ayu, ingat ini rumah Mama dan Mama berhak untuk menggeledah isi kamar siapa aja yang sudah mencuri," timpal Mertua ngotot. 

"Baiklah, tapi dengan syarat Ayu ikut ke dalam dan apabila nggak terbukti ibu mengambilnya maka Mas harus bilang itu barang apa dan untuk siapa," tantangku pada Mas Lucky. 

Mas Lucky melirik mamanya seperti meminta pendapat. Mertua memutar bola matanya malas dan terserah. Dengan menggaruk kepalanya, Mas Lucky pun mengangguk. 

Mertua dan Mas Lucky berjalan ke arah kamar ibu, secepatnya Bi Inem mendekatiku. "Non, gimana?" tanyanya cemas. 

Aku memberi isyarat pada Bi Inem supaya diam dulu lalu menyusul mereka ke kamar ibu. Begitu masuk, mereka menggeledah dari lemari, tas hingga kolong tempat tidur. Akan tetapi, semua bersih dan tidak ada barang yang dicari Mas Lucky. 

Aku hanya memperhatikan dengan bersedekap tangan. Bibirku menyunggingkan senyum sinis, carilah sampai dapat kalian tidak akan menemukannya, kekehku dalam hati. 

Setelah puas dan putus asa lalu mereka keluar. "Gimana, Mas? Ada?" tanyaku dengan senyum simpul. 

Mas Lucky menggeleng sedangkan mertua menjadi malu. Sebelum mereka melangkah, Mas Lucky melirik pintu kamar Bi Inem dan bermaksud akan masuk menggeledahnya juga. Tapi, mertua segera mencegah. 

"Nggak usah masuk kamar, Bi Inem Ky! Dia nggak bakal berani melakukan itu, orang kampung seperti dia juga gak tau cara membuka mobil," seru mertua. 

Mas Lucky pun mengurungkan niat dan melanjutkan langkah pergi kembali ke depan. Akhirnya bisa bernafas lega dan saat memandang Bi Inem seluruh tubuhnya sudah gemetar. Aku pun mendekati dan menenangkannya. 

"Sudah, Bi! Aman, mereka nggak jadi masuk ke kamar Bibi," kataku sambil mengelus bahunya. 

"Iya, Non! Syukurlah, Bibi tadi sudah sesak nafas takut kalo mereka menemukannya di kamar Bibi," sahut Bibi menghembuskan napas pelan. 

"Bibi bantu ibu dulu ke kamar mandi, Ayu mau bicara dengan Mas Lucky," kataku lalu mencari suamiku itu. 

Di depan rumah, dibantu mertua Mas Lucky masih sibuk mencari ke dalam mobil hingga tidak sadar padaku yang sudah lama berdiri mengamati mereka. 

"Mas, kamu belum bilang itu barang apa dan untuk siapa?" desakku ingin Mas Lucky jujur. 

Mas Lucky menyembulkan kepalanya diantara jendela. "Sebuah cincin berlian, Yu! Untuk Maya," jawabnya tanpa sadar karena terlalu sibuk. 

Mataku membulat sempurna, ternyata benar itu semua dibeli untuk Maya. "Apa kamu bilang, Mas? Cincin berlian untuk Maya?" tanyaku pura-pura kaget. 

Mas Lucky menghentikan aktivitasnya karena mendengar aku kaget. Lalu menatapku yang sudah terisak dan sengaja aku mengeluarkan air mata biar beneran menangis sedih. 

"Tega, kamu Mas! Jadi, selama ini kamu udah selingkuh dengan Maya. Bahkan ingin melamarnya," isakku sambil menghapus air mata. 

"Nggak usah cengeng, Yu! Kalo benar kenapa? Toh, kamu juga masih istri Lucky. Seharusnya kamu bersyukur nggak diceraikan Lucky dan balik jadi gembel," pekik Mertua sinis. 

Aku tak menanggapi perkataan mertua, lalu mendekati Mas Lucky. Menampar pipinya karena kesal, walaupun sebenarnya aku berpura-pura tapi rasa sakit itu masih tetap ada. 

"Ayu, apa yang kamu lakukan? Mengapa kamu menampar Lucky?" teriak Mertua lalu mendorongku hingga jatuh. 

Mas Lucky hanya diam melihat tanpa berbuat apapun. Mungkin dia merasa bersalah sudah ketahuan selingkuh dan ingin melamar Maya tanpa memberitahuku. Hingga aku bangun sendiri, Mas Lucky masih tak bergeming. 

"Mas, benar kamu menyukai Maya dan ingin menikahinya?" tanyaku meminta kejujurannya. 

Mas Lucky mengangguk. "Tapi kenapa? Apa Mas nggak mencintaiku lagi?" 

"Benar, Mas Lucky nggak mencintaimu lagi. Dia hanya mencintaiku!" tiba-tiba Maya muncul menjawab. 

Kedatangannya yang mendadak membuatku dan Mas Lucky terkejut. Suamiku malah seperti orang bloon tidak tau menjawab apa. Mertua lalu mencairkan suasana dengan merangkul Maya dan sok beramah tamah. 

"Eh, Maya dengan siapa kemari?" tanya Mertua senang. 

"Sendiri, Tante! Tadi Maya menelepon Mas Lucky nggak diangkat makanya kemari karena penasaran. Rupanya kalian lagi ribut," ujar Maya sambil melirikku dan Mas Lucky. 

"Iya, ini Lucky kehilangan cincin berlian yang dibeli untukmu. Sudah kami cari kemana-mana tapi nggak ketemu juga," ucap Mertua mengeluh. 

"Oww, Mas Lucky mau memberi Maya cincin berlian? Wah, kamu baik banget sayang!" Maya refleks memeluk Mas Lucky di depanku. 

Kini sudah tidak ada lagi yang ditutupi mereka dariku. Maya malah terang-terangan mengakui hubungannya dengan Mas Lucky. Akan tetapi, Mas Lucky belum juga menjawab pertanyaanku tadi. Bila dia tidak mencintaiku lagi maka aku akan pergi dari sini. 

Karena kecewa aku pun masuk ke dalam rumah, Mas Lucky mengejarku tapi dicekal Maya. Hatiku sakit dan tidak bisa terus berpura-pura lagi. Sampai di dapur kulihat ibu sedang makan ditemani Bi Inem. 

Ibu tersenyum melihatku dan aku terpaksa membalas senyum ibu. Jangan sampai ibu tau kalo Mas Lucky sudah selingkuh, aku akan merasa baik-baik saja selama mereka tidak menyakiti ibu. 

Bi Inem pamit untuk mengerjakan tugas lain saat aku datang. Kini gantian aku yang menemani ibu makan. "Ayu, tadi masalah apa lagi sampai geledah kamar?" tanya ibu. 

"Mas Lucky kehilangan barang, tapi ibu nggak usah khawatir barang itu nggak ada di kamar ibu," jawabku meminum air di gelas. 

Tenggorokanku terasa cekak saat sedih tadi. Memikirkan nasib rumah tangga yang diujung tanduk. Walaupun Mas Lucky belum menjawab tapi aku tau kalo cinta itu tidak ada lagi di hatinya. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus pergi dari sini? 

Kalo aku pergi, ibu akan mengajakku balik kampung. Lalu apa kata orang-orang di sana nanti, aku pasti malu. Tapi, kalo tetap bertahan pun hatiku akan terus terluka. Tidak mungkin aku kuat melihat kemesraan Maya dan suamiku. Apalagi suamiku tidak mungkin bisa berlaku adil, seperti sekarang ini saja perhatiannya sudah lebih condong ke Maya. 

"Ayu, kenapa melamun Nak?" tanya Ibu. 

"Nggak apa-apa, Bu! Oh, ya Ayu ingin tau pendapat Ibu kalo sekiranya Mas Lucky menikah lagi apa Ibu bisa menerimanya?" tanyaku hati-hati. 

Ya, aku harus tanya mulai perlahan agar ibu tak terkejut nanti. Pertanyaanku barusan sukses membuat ibu menghentikan makannya. Ibu menatapku dalam seperti ingin menyelidiki. 

"Kenapa kamu tanya seperti itu, Yu? Apa karena masalah tadi itu?" 

Aku menggeleng dan bingung bagaimana harus cerita pada ibu. "Ibu nggak bisa memaksa, kamu mau bagaimana pun Ibu akan akan dukung. Yang penting Ibu bisa selalu dekatmu, Yu!" 

Aku bangun berjalan lalu memeluk Ibu. "Maafkan Ayu, Bu! Kalo suatu saat nanti kita nggak berada di rumah ini lagi?" 

"Maksud kamu?" tanya Ibu tak mengerti. 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Idaman CEO   Saling mengancam

    Aku tersenyum mencoba bersikap ramah. "Tante Fitri, ada apa pagi-pagi kesini?" tanyaku. "Halah, nggak usah pura-pura kamu Ayu! Kamu pasti sudah merayu suamiku agar memberikan perusahaan ini padamu kan!" kata Tante Fitri dengan keras. Tanpa tendealing, Tante Fitri langsung mengamuk. Aku yang merasa malu dilihat banyak orang pun mengajak Tante masuk ke kantor untuk berbicara baik-baik. "Tante, bisa kita bicara di kantor? Agar nggak mengganggu yang lain bekerja," ajak ku sambil melangkah. Akan tetapi, langkahku di cekal. "Kenapa? Kamu malu kalo yang lain tau bahwa sebenarnya kamu orang miskin yang sudah merayu suami orang, hah!" hardiknya. Mendengar suara Tante Fitri mulai banyak pasang mata yang melihatnya. Aku bukannya malu terhadap diriku tapi malu dengan kelakuan Tante Fitri. Bisa saja aku memanggil satpam untuk menyeretnya keluar tapi selama masih berhubungan dengan Om Seno, aku pun harus sabar. Setidaknya menjaga image baik Om Seno didepan orang. "Terserah Tante mau bilang ap

  • Wanita Idaman CEO   Ulah Tante Fitri

    "Diam kamu! Marissa bukan anakku, apa kamu pikir aku akan menyerahkan perusahaan pada kalian yang hanya gila harta dan suka menghamburkan uang. Dan kamu Fitri, sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini di perusahaan?" selidik Om Seno marah. "Apa maksud Papa?" tanya Tante Fitri heran sekaligus terkejut. Wajahnya seperti ketakutan. Kami semua memandang pertengkaran Om Seno dan istrinya. Karena malu jadi tontonan, akhirnya Om Seno pamit pada kami. "Maaf semuanya, saya pulang duluan ya!" Dengan gusar Om Seno melangkah pergi sambil mendorong paksa Marissa dan Tante Fitri naik mobil. Ibu cuma menggeleng kasihan melihatnya. Sedangkan orang tua Mas Adit ikut heran, aku menowel tangan Mas Adit agar membawa orang tuanya pulang. Mas Adit mengerti lalu mengajak Om dan Tante pergi. Kami berjalan bersama menuju parkir, setelah para tetua masuk mobil tinggal aku dan Mas Adit di luar. Kekasih hatiku itu menggenggam erat tanganku. "Ayu, nanti sampai rumah telepon Mas ya, Yang! Kamu masih ingatk

  • Wanita Idaman CEO   Dilamar

    "Ayu, walaupun begitu kami nggak akan melarang karena demi kebahagiaan Adit kami hanya bisa mendukung dan mendoakannya. Kami nggak akan mengganggu hubungan kalian lagi dan merestuinya. Bukankah begitu, Pa?" tanya Tante Ria pada suaminya. "Benar, apa yang diucapkan istri saya. Sebenarnya kami ingin menguji sampai mana kesetiaan kalian dalam hubungan ini. Kami juga ingin mencari menantu yang mencintai Adit tulus tanpa status dan embel kekayaan. Sekarang kami bisa melihat bahwa kamulah calon menantu yang tepat untuk Adit." Om Ridho akhirnya buka suara. Aku berjalan mendekati keduanya dan membantu agar mereka bangun. "Om dan Tante, Ayu sudah maafkan kalian! Ayu juga minta maaf kalo masih ada kekurangan!" "Nggak Ayu, kamu sudah sempurna! Adit sudah menjelaskan pada kami bahwa kamu sosok istri yang diinginkannya. Tante mohon beri Adit kesempatan ya! Besok, kami akan balik keluar negeri. Tolong jaga Adit untuk kami," pinta Tante Ria memohon. Karena terharu aku refleks memeluk Tante Ria.

  • Wanita Idaman CEO   Permintaan maaf Adit dan orang tuanya

    "Ayu! Tunggu!" panggil Pak Adit. Kami bertiga berhenti melangkah dan menoleh kebelakang. Terlihat Pak Adit mengejar sampai tersengal-sengal. Begitu sudah mendekat beliau berhenti, aku menunggu apa yang akan dikatakannya. "Ayu, maafkanlah orang tua saya atas perbuatannya. Sungguh saya nggak mengira mereka akan melakukan hal memalukan itu," ucap Pak Adit sedih. Aku masih diam, memberi kesempatan Pak Adit untuk mendengar penjelasannya. Sengaja ingin berlama-lama menatap wajahnya. Bagaimanapun aku juga merindukannya. Tiba-tiba tanpa aku duga, Pak Adit berlutut. Matanya berembun menatap dalam padaku. Aku dan Ibu juga mister Nicholas menjadi terkejut, tak menyangka Bos besar seperti Pak Adit mau berlutut di depanku hanya ingin permintaan maaf dariku. "Pak Adit bangun! Jangan begini, nggak enak dilihat orang," kataku akan berniat membuatnya bangun tapi Pak Adit tak bergeming. "Nggak, Ayu! Sebelum kamu memaafkan orang tua saya, maka saya akan terus berlutut," kata Pak Adit menyedihkan.

  • Wanita Idaman CEO   Menghancurkan mimpi Marissa

    Mencari keberadaan Om Seno dan keluarganya. Saat ada yang mengangkat tangan, aku segera menoleh. "Sini, Ayu!" panggil Om Seno. Semua mata memandang ke arahku saat mendengar Om Seno memanggil. Marissa dan Tante Fitri cemberut tak senang. Sedangkan Pak Adit sampai tak berkedip, Tante Ria dan suaminya melongo. Aku dan Ibu berjalan dengan anggun menuju meja dimana dua keluarga saling bertemu itu. Hingga tiba, Om Seno bangun lalu memperkenalkan diriku pada calon besan. "Pak Ridho dan Bu Ria, kenalkan ini keponakan saya dan Ibunya," ucap Om Seno menunjuk. Kulihat Tante Ria dan suaminya menganga tak percaya. Aku tersenyum mengangguk dan membatin, ini belum seberapa Tante Ria. Nanti kalian akan lebih terkejut lagi. "Jadi, Ayu keponakan anda ternyata Pak Broto?" tanya Tante Ria masih tak percaya. "Benar, saya dan Ibunya sudah lama berpisah jadi baru ini bertemu. Bagaimana, cantik kan keponakan saya!" puji Om Seno sengaja membuat Marissa cemburu. "Papa apa-apaan sih! Sudah tentu cantik a

  • Wanita Idaman CEO   Mr. Nicholas

    Sudah beberapa hari sejak diriku menggantikan posisi Om Seno, sejak itu pula kesibukanku menjadi direksi. Aku mencoba untuk berbaur dan mengenal semua staf dan karyawan. Sejauh ini mereka menghormati diriku selaku Bos grup Atmajaya. Om Seno masih malang melintang di perusahaan untuk membantuku sampai aku bisa mandiri. Bahkan aku masih mempersilahkan Om Seno duduk di kursi kebesarannya dan aku duduk di hadapannya. Awalnya Om Seno menolak tapi aku minta hanya sampai aku bisa berdikari. Seperti hari ini, aku dan Om Seno asyik mempelajari tentang kerjasama dengan perusahaan lain. Tiba-tiba aku teringat proyek dengan perusahaan asing itu. "Om, gimana proyek dengan perusahaan asing itu? Apa mau kita saja yang mengerjakan?" tanyaku. "Kemarin Pak Adit nggak jadi ambil kah?" Aku menggeleng tak tau. "Kemarin Pak Adit bilang proyek itu diserahkan pada Om aja. Tapi entah sekarang gimana, Ayu kurang tau." "Kalo gitu, Om telepon dulu!" ucap Om Seno lalu mengambil ponsel dan menelepon. Aku me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status