Proyek kerjasama dengan perusahaan asing menggantung. Baik Pak Adit maupun Om Seno belum ada yang mengambil keputusan. Aku juga tak ingin ikut campur masalah proyek karena bukan ranah untuk ku sentuh. Sudah beberapa hari belum mendengar kabar dari Om Seno. Apakah terjadi sesuatu? Ingin datang menjenguknya tapi Om Seno melarang katanya nanti dijemput kalo mau datang. Aku juga cerita pada Ibu masalah Om Seno, Ibu tidak berhenti istighfar. Sepertinya beliau sangat mengkhawatirkan kehidupan adik kandungnya itu. Bagaimanapun sesama saudara pasti ikut merasa prihatin. Kebetulan hari ini libur kerja, bertepatan hari Minggu. Aku luangkan waktu belanja ke pasar. Awalnya Ibu yang ingin belanja tapi aku cegah, biar Ibu di rumah saja memasak. Pulang dari pasar, setiba didepan rumah sudah terparkir sebuah mobil mewah. Aku mengerutkan dahi, siapa yang datang. Gegas aku masuk kedalam rumah. "Assalamualaikum!" salamku. "Wa'alaikumussalam, nah itu dia Ayu sudah pulang," ucap Ibu sambil menyambut
"Halo, Ayu kalian dimana sekarang? Om cari ke rumah kata tetangga sudah pindah?" tanya Om Seno via telepon. Kami memang sudah pindah sejak kedatangan orang tua Adit. Bahkan nomer HP Pak Adit juga sudah diblokir agar dia tidak mencari. Aku tidak ingin lagi berhubungan dengannya atau keluarganya. "Om, Ayu dan Ibu udah pindah. Ntar Ayu share lokasinya ya!" jawabku. "Oke, Om perlu bertemu! Ada yang ingin Om bicarakan pada kalian, oke kalo gitu Om tutup dulu ya!" Tut! Telepon terputus. *** POV author Sementara itu, keadaan Adit begitu bingung. Dia sangat kehilangan Ayu dan sudah berusaha menelpon tapi tidak diangkat tepatnya sudah diblokir. Adit bahkan mendatangi rumah Ayu, tapi kosong. Ayu dan Ibunya sudah pindah. "Ayu, kemana kamu pergi? Kenapa kamu nggak bilang apa-apa padaku, apa yang terjadi?" gumam Adit frustasi. Hingga dua hari Adit tidak semangat, bahkan untuk makan juga malas. Ria sebagai Mama pun merasakan kesedihan Adit. Tapi, hatinya sudah terlanjur membenci Ayu. "Wan
Beberapa hari setelah aku share lokasi rumah pada Om Seno, dia menepati janji datang. Seperti dulu Om Seno tetap datang sendiri, karena kami sudah paham watak anak istrinya. "Assalamualaikum!" ucapan salam di luar. "Wa'alaikumussalam, masuk Seno!" jawab Ibu menyambut. Ibu mengajak adik kandungnya ke dalam, Om Seno masuk dengan menjinjing barang lalu duduk di kursi. Kali ini rumah yang kami sewakan ada perabot juga, lengkap dengan kursi di ruang tamu. Om Seno memperhatikan keadaan rumah dengan menatap kesana kemari. "Mbak, kenapa kalian pindah kesini? Apa nggak nyaman rumah yang kemarin?" tanyanya setelah puas memandangi. Aku keluar membawa nampan berisi minum dan cemilan. "Minum Om!" tawarku meletakkan suguhan di meja. Om Seno mengangguk dan minum. "Bukan nggak nyaman tapi Ayu yang minta pindah!" jawab Ibu. Om Seno beralih padaku seraya menyipitkan matanya. "Memang kenapa, Yu?" Aku menghela napas, kemudian perlahan menceritakan hal tentang kedatangan orang tua Pak Adit yang me
"Maaf, saya mengadakan rapat hari ini untuk membahas tentang pengangkatan direktur keuangan baru. Perkenalkan dia adalah direktur keuangan baru mulai hari ini, Ayu perkenalkan dirimu!" pinta Om Seno. "Baik, terima kasih pada Tuan Brotoseno selaku direksi dan pemilik grup Atmajaya yang sudah mengangkat saya sebagai direktur keuangan di perusahaan ini. Nama saya Ayu, dulu saya juga pernah menjabat sebagai manajer di perusahaan lain. Setelah menikah saya resign dari pekerjaan. Kini, saya mencoba peluang lagi untuk kembali mengasah kemampuan saya. Harap semua membantu saya dalam pekerjaan ini di kemudian hari," ucapku panjang lebar memperkenalkan diri. Semua yang hadir bertepuk tangan, aku memandangi mereka dengan senyum hangat, berharap bisa menjadi lebih akrab. Sebelum memasuki perusahaan, aku meminta Om Seno tidak mengatakan kalo aku keponakan beliau agar masalah perusahaan tidak bertambah. Om Seno pun menyetujui demi kebaikan bersama. Rapat dilanjutkan setelah Om Seno menyuruhku du
"Om, Ayu sudah memeriksa anggaran perusahaan yang bocor. Ternyata semua bermuara ke bagian personalia dan pemasaran," kataku saat mendatangi kantor Om Seno. Sengaja Om Seno satu hari ini berada di perusahaan untuk melihat hasil kerjaku dan juga mengawasi bagian lain. Om Seno juga berencana ingin merombak ulang pegawai tiap bagian. "Oh, jadi akar masalahnya di situ. Kenapa para direktur nggak ada yang melapor?" ucap Om Seno geram. "Ayu akan selidiki dulu Om, menurut Olivia manajer personalia dan pemasaran itu kabarnya anak buah Tante Fitri. Jadi, mungkin selain mereka ada pihak lain yang terlibat," balasku menerangkan. Om Seno mengangguk dan bergumam, "Pantas saja si Fitri punya banyak uang untuk memberi lelaki preman itu." "Apa Om sudah menyelidiki lelaki itu?" tanyaku. "Blom, kita urus dulu masalah perusahaan sebelum lebih parah." Sesaat kami berdua terdiam, tiba-tiba aku menemukan ide. "Om, Ayu ada ide! Bagaimana kalo Ayu ___" Aku berbisik di telinga Om Seno agar tidak seoran
Om Seno masuk ke kantor saat aku sedang mengecek data pemasaran. Aku coba untuk bertanya mengenai target pasar apa yang di kerjakan perusahaan. "Om, mengenai soal ini kerjasama dengan perusahaan atau pasar mana saja yang sedang berjalan?" tanyaku sambil menyerahkan data ke tangan Om Seno. Om Seno segera mengecek sebentar. Awalnya mengangguk kemudian mengerutkan dahi. "Data ini pasti salah! Ini sudah melebihi dari perkiraan," ucap Om Seno. "Ayu pikir pun begitu, Om. Karena nggak mungkin semua ini lewat tanpa sepengetahuan Om. Ayu sudah memeriksa kalo beberapa pasar itu hasil labanya bukan ke perusahaan tapi ke rekening seseorang. Ayu akan mendatangi pasar yang aneh itu, meminta informasi dari bos nya," jelas ku menerangkan. Pantas perusahaan rugi begitu banyak, ada seseorang yang jahil menggunakan barang atau produk perusahaan Om Seno untuk mengeruk kekayaan sendiri. Mengatasnamakan produk dari grup Atmajaya tapi hasil laba masuk ke rekeningnya sendiri. Ini tak bisa dibiarkan karen
Hari ini mulailah dijalankan rencana. Sejak kedatangan Om Seno ke rumah malam itu, kami menyusun sebuah rencana untuk menangkap semua dalang kejahatan di perusahaan. Om Seno mengatakan agar saat menangkap tersangka, Tante Fitri jangan sampai ditangkap dulu. Nanti ada bagian sendiri buatnya, karena Om Seno masih ingin mengungkap siapa lelaki preman yang sudah diberinya uang itu. Yang paling penting perusahaan bisa distabilkan dan dibenahi dulu. Aku berangkat ke kantor seperti biasa, Om Seno yang menjemput. Setibanya di perusahaan sudah banyak para staf dan karyawan yang berdatangan. Pukul sembilan pagi, Om Seno kembali mengadakan rapat. Setelah semua orang berkumpul dan duduk tenang, Om Seno pun mulai buka suara. "Pasti kalian semua bertanya-tanya ada apa dengan rapat yang tidak biasa ini. Saya cuma ingin memberitahu bahwa perusahaan ini sudah rutin mengadakan acara dan pesta penghargaan pada staf dan karyawan yang berprestasi setiap tahun. Jadi, esok hari perusahaan akan mengadaka
Malamnya, aku mengajak Ibu untuk menghadiri pesta perusahaan. Itu juga permintaan Om Seno, dengan memakai gamis pemberian Om Seno dulu Ibu terlihat anggun. Om Seno datang menjemput kami lalu bersama-bersama hadir ke pesta. Sampai disana sudah banyak yang datang. Memakai baju ala-ala ke pesta semua terlihat gembira. Begitu kami memasuki aula, semua menyambut hormat dan kami duduk di kursi utama. Acara dimulai, sebelum Om Seno memberi kata sambutan menyingkir kebelakang untuk menelepon. Tak lama terlihat hadir banyak pria yang memakai jaket. Dari perawakannya aku tau mereka polisi yang menyamar agar tak terjadi kegaduhan dan pelaku kabur. Beberapa polisi terlihat berbaur agar tak kentara dengan pura-pura ikut menikmati pesta ini. Aku celingukan mencari para pelaku, syukurlah akhirnya mereka datang semua. Acara pun dimulai, Om Seno naik ke panggung dan memberi kata sambutan. "Terima kasih pada kalian yang sudah mau hadir, malam ini saya akan umumkan siapa aja dari para pegawai dan ka