Home / Romansa / Wanita Incaran CEO Arogan / BAB 5 ~ CALON KLIEN

Share

BAB 5 ~ CALON KLIEN

Author: R_niThio
last update Last Updated: 2023-01-18 15:00:38

Isi kepala Debby sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang menyenangkan jika pekerjaan kali ini berhasil. Pundi-pundi uangnya akan semakin menggelembung meskipun itu bukan satu-satunya tujuan ia bekerja. Keluarganya bukannya kurang mampu meski bukan pula keluarga kaya raya yang kekayaannya hingga tujuh turunan tak akan habis-habis.

                                                                                                                          

Namun, ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri dengan menggeluti pekerjaannya saat ini. Belum lagi jika klien merasa puas dengan hasil kerjanya. Bertemu dengan orang-orang baru juga akan semakin memperluas jaringan relasi yang sudah dimilikinya hingga kini. Daftar portofolionya pun akan semakin panjang dengan beragam hasil dan klien, dari yang skala kecil hingga skala besar.

Keberhasilan yang sudah ia raih hingga saat ini memang sedikit banyak telah sukses membungkam protes keras yang dilontarkan sang mami ketika pertama kali ia memutuskan untuk menjadi pekerja lepas. Meskipun demikian, ia tetap tidak bisa bernapas lega. Ia menyadari kalau di waktu-waktu yang akan datang akan selalu ada protes-protes lain yang dilayangkan oleh sang mami.

Sudah sejak lama ia berhenti berharap untuk mendapatkan dukungan dan apresiasi dari wanita yang sudah melahirkan dirinya. Setiap kali mengingat hal tersebut selalu meninggalkan perih di hati, baik dahulu maupun sekarang. Kalau sudah begitu, ia hanya bisa mengingat kata-kata sang sahabat di suatu waktu di masa lampau sebagai pelipur lara.

“Jangan berkecil hati, Deb! Masih ada orang lain yang menghargai kerja kerasmu. Contohnya klien-klienmu itu,” ucap Fanny dengan tampang serius kala itu. Sayangnya, momen serius itu langsung buyar begitu Fanny mengedipkan salah satu mata sipitnya sembari berujar, “Dan juga aku tentunya.”

Ingatan tentang tingkah Fanny kala itu selalu sukses mengembalikan suasana hati dan senyum di wajah Debby. “Kamu benar, Fan! Tidak ada yang lebih membahagiakan selain mendapat apresiasi dari klien. Yah, semoga kali ini juga tidak berakhir mengecewakan! Ayo semangat lagi, Debby!” ucap wanita berparas oriental itu seraya memukulkan kedua telapak tangannya dengan cukup keras.

Kali ini, calon klien barunya meminta bertemu di kantor mereka, sebuah perusahaan kosmetik yang memproduksi aneka wewangian. Setelah memastikan kembali alamat dan rute yang harus ditempuh, Debby segera meluncur di jalanan ibu kota yang padat merayap. Selama kurang lebih satu jam menembus kemacetan, akhirnya Debby tiba di perusahaan yang ingin menggunakan jasanya. Ia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu lima belas menit sebelum waktu yang telah dijanjikan.

Debby segera melepas kacamata hitam yang dikenakannya selama berkendara dan meletakkannya di atas dasbor. Ia melihat penampilan wajah dan rambutnya melalui cermin yang terdapat pada sun visor. Rambut burgundinya yang lurus dibiarkan tergerai menyapu bahu dan punggung sementara wajahnya yang bulat telur hanya memakai riasan tipis natural. Ia selalu tampil profesional, apalagi pada kesempatan pertama pertemuan mereka. Saat penampilannya dirasa sudah rapi, Debby segera bergegas keluar dari mobil SUV cokelat gelap kesayangannya. Tak lupa diraihnya tas laptop multifungsi warna abu-abu tua dari kursi penumpang di sampingnya yang selama ini menemaninya bekerja.

Setelah mengunci pintu mobil, Debby menatap sebentar ke arah pintu ganda berbahan kaca bening gedung kantor di hadapannya. Tangan kanannya menyelipkan kunci kontak ke dalam salah satu kantong tas laptop, lalu terangkat ke atas untuk menaungi mata sipitnya saat wanita itu mendongak. Bangunan modern dari beton dengan aksen kaca di beberapa bagian menjulang tinggi di atas kepalanya. Lalu diliriknya sekali lagi jam tangan di pergelangan tangan kirinya.

“Hmm, masih sepuluh menit lagi,” cetus Debby.

Dengan langkah mantap, Debby memasuki area lobi gedung yang langsung disambut hawa sejuk dari pendingin ruangan dan aroma buah-buahan segar yang memenuhi seluruh ruangan. Sesaat, Debby menghidu udara. Pandangannya pun langsung tertuju pada meja resepsionis yang berseberangan dengan pintu masuk gedung. Dengan senyum ramah, Debby menghampiri salah satu dari mereka. Suara ketukan sepatu berhak tujuh sentimeter yang beradu dengan lantai marmer putih dan suara gemerincing pelan dari gelang kakinya ikut mengiringi langkah kaki jenjang Debby.

“Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?” Belum sempat Debby berucap, seorang wanita berparas cantik dengan penampilan rapi jali yang dihampiri Debby berdiri dan menyapa terlebih dahulu.

“Selamat siang. Saya Debbora Anastasia. Saya punya janji temu dengan Bapak Anggoro pukul sebelas siang,” jawab Debby lugas.

“Baik. Mohon tunggu sebentar.” Debby sempat melirik papan nama yang tersemat di dada sebelah kiri yang bertuliskan Sonia sebelum wanita itu kembali duduk untuk menelepon seseorang.

Sambil menunggu, Debby mengedarkan pandangan sekilas ke seluruh ruangan. Nama perusahaan terpampang jelas dalam huruf-huruf berukuran besar dengan warna merah dan hitam di belakang meja resepsionis. Sementara di sudut kiri, di samping meja, terdapat tanaman hijau dengan pot besar berwarna putih.

Di sisi kanan pintu masuk, terdapat ruang tunggu dengan satu set sofa tamu berwarna hitam dikombinasi merah pada sandaran punggungnya. Pada salah satu sofa, duduk dengan anteng, seseorang yang tengah memainkan gadget di tangan. Sementara di sudut sofa, berdiri dengan tenang, tanaman hijau yang sama dengan yang ada di dekat meja resepsionis, tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Sedangkan di sisi lain pintu masuk, ada bangku panjang berwarna hitam dengan bantalan sofa berwarna merah. Tanaman hijau yang sama mengapit bangku panjang itu di sisi kanan dan kiri.

“Hmm, tempatnya terlihat nyaman,” simpul Debby dalam hati.

Dari tempatnya berdiri, ia juga bisa melihat lorong di sisi kanan dan kiri ruangan. Kedua lorong sama-sama memiliki pintu lift meskipun jumlahnya berbeda. Di lorong sebelah kiri, hanya terdapat satu lift. Sementara di lorong yang lain, terdapat tiga lift dan sebuah tangga di ujungnya. Lorong dengan satu lift terlihat lengang sementara lorong yang lain tampak beberapa orang tengah menanti di depan pintu lift. Beberapa orang yang lain tengah naik dan turun tangga di ujung lorong.

Setelah memindai ruangan, Debby kembali memandang Sonia yang masih menelepon. Tak dihiraukannya lagi beberapa orang yang lalu-lalang di sekitarnya. Karena masih menunggu, diambilnya ponsel dari dalam tas untuk melihat notifikasi pesan masuk. Saat keluar dari mobil tadi, Debby sudah mengaktifkan mode getar pada ponselnya. Ternyata terdapat dua pesan masuk dari Fanny melalui aplikasi percakapan yang mengajaknya untuk makan siang bersama.

“Maaf,” sapa Sonia mengalihkan perhatian Debby dari ponselnya. “Bapak Anggoro akan menemui Anda di lantai sepuluh. Mohon tinggalkan kartu tanda pengenal Anda di sini.”

Debby lalu mengeluarkan KTP dari dalam dompet dan mengulurkannya pada Sonia. Sebagai gantinya, Sonia memberikan kartu tanda pengenal tamu bertali pada Debby. “Silakan gunakan salah satu lift di sebelah sana,” tunjuk Sonia dengan tangan kanannya ke arah lorong sebelah kanan Debby. “Di lantai sepuluh nanti, sekretaris Bapak Anggoro akan menunjukkan ruang pertemuan Anda. Meja sekretaris Bapak Anggoro ada di sisi kiri lift, letaknya paling ujung,” lanjut Sonia.

“Baik. Terima kasih,” balas Debby sambil meraih kartu tanda pengenal tamu dan mengalungkannya di leher.

Tak banyak informasi yang Debby peroleh terkait jajaran petinggi perusahaan yang sedang ia kunjungi ini. Namun, hal tersebut tak menjadi masalah bagi Debby, toh ia tidak akan berurusan dengan para petinggi perusahaan. Orang yang akan ia temui saat ini pun terkesan ramah jika menilik dari suara yang ia dengar ketika mereka berkomunikasi via telepon. Debby sudah tak sabar untuk bertemu dengan calon kliennya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Incaran CEO Arogan   SALAM DARI AUTHOR

    Yeay!!! 🎉🎉Cerita “Wanita Incaran CEO Arogan” akhirnya sampai di penghujung juga. Ini merupakan cerita pertama saya dalam bentuk novel. Gak nyangka bakal bisa sepanjang ini, bahkan sampai dua season. Biasanya pendek-pendek. 😄Perjalanan yang panjang dan gak selalu mulus, tapi menyenangkan 😄. Sudah sama aja kayak lika-liku kisah cintanya William dan Debby yang gak selalu mulus tapi happy ending ... eaakkk ....Saya pribadi sangat menikmati proses penulisan kisah cinta William dan Debby ini. Meskipun sudah dibuat outline-nya, beberapa kali muncul ide secara tiba-tiba di tengah-tengah saya tengah mengetik yang belum terpikirkan sebelumnya saat membuat outline. Adegan-adegan tersebut memang diperlukan, tapi waktu bikin outline masih belum ada bayangan nanti adegannya bakal seperti apa. Ups, buka kartu deh! 🤭😁Tak lupa saya ucapkan terima kasih buat para pembaca yang baik hati, yang sudah bersedia mampir ke lapak saya, dan terutama yang sudah memberikan gem buat William dan Debby. Ter

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 199 ~ TAK BISA HIDUP TANPAMU

    “Sssh! Jangan nangis, Sayang.” William buru-buru menenangkan si sulung. Ini bukan kali pertama si sulung merengek minta adik bayi di perut maminya perempuan. “Laki-laki apa perempuan sama aja, Sayang. Di mata Papi sama Mami, kalian semua anak-anak kesayangan Papi sama Mami. Gak ada yang dibeda-bedain.” William juga meminta anak lelakinya untuk mendekat.“Cici juga harus sayang sama dedek bayi yang masih ada di perut Mami, sama seperti Cici sayang sama Dedek Ello. Cici sayang ‘kan sama Dedek Ello?”“Sayang, Pi.”“Nah, kalau gitu, jangan bilang kayak tadi lagi, ya. Kalau gak, Dedek bayinya nanti sedih, lo. Apa Cici senang kalau Shelin bilang gak suka atau gak mau temanan lagi sama Cici di sekolah?”“Nggak senang. Tapi kalau dedek bayinya kayak Dedek Ello, nanti aku nggak punya teman di rumah, Pi,” rengek Grace lagi dengan bibir mungilnya maju beberapa senti.

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 198 ~ PROTES SI SULUNG

    Warning!!! Episode ini mengandung adegan dewasa yang mungkin tidak cocok atau membuat tidak nyaman bagi sebagian pembaca.Harap kebijakannya dalam membaca episode ini.*****Bukannya berhenti, sang istri justru berpindah ke titik sensitif lainnya.“Baby, please,” desis William lagi dengan gelisah.Tangannya kini mencengkeram pergelangan sang istri. “Koko gak mau sampai lepas kendali.”“Ssst! Kalau gitu, jangan ditahan-tahan, Ko. Aku sengaja kok mau kasih kompensasi buat Koko,” terang Debby sambil tangannya memainkan salah satu kepik tak bersayap milik William. “Jadi, Koko rileks aja. Serahkan semuanya sama aku. Aku bakal kasih servis yang memuaskan malam ini.”“Tunggu, tunggu! Kompensasi buat apa?” tanya William di antara giginya yang kembali bera

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 197 ~ SIKSAAN MENYENANGKAN

    William menunggu sejenak hingga anak perempuannya memusatkan perhatian padanya.“Ya, Pi,” sahut Grace.“Cici bantuin Papi sama Mami jagain Dedek Ello sementara waktu, ya.”“Siap, Pi,” sahut Grace dengan antusias. Kepalanya manggut-manggut dengan cepat.“Anak pintar,” puji William sambil mengacungkan ibu jari. “Ya sudah, kalian bobo sekarang. Papi sama Mami sayang kalian. Peluk cium buat kalian berdua. Selamat bobo dan mimpi indah, malaikat-malaikat kecil kesayangannya Papi sama Mami.”“Oh, Tuhan! Aku sudah kangen sama anak-anak, Ko,” ucap Debby begitu panggilan video terputus.“Bukan cuma kamu aja, Baby,” timpal William. Sesaat, ia jadi teringat ketika siang tadi, ia dan sang istri mengantar anak-anak ke rumah ka

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 196 ~ MALAIKAT KECIL

    “Happy wedding anniversary, Baby!” ucap William dengan sangat mesra. Lelaki itu mencium punggung tangan sang istri dengan sangat lembut.Mereka baru saja selesai makan malam romantis yang sengaja disiapkan oleh William. Sayangnya, kebahagiaan William bercampur dengan rasa jengkel setiap kali ada pria yang memandang istrinya hingga dua kali. Tak ingin membagi pesona sang istri dengan orang lain, William pun buru-buru mengajak wanita itu untuk kembali ke kamar suite yang khusus dipesan untuk momen istimewa ini.William tak bosan-bosannya memandangi sang istri. Hingga detik ini, ia masih dan selalu saja terpukau dengan sosok sang istri yang tak banyak berubah selain bertambah cantik sejak ia menikahinya, apalagi malam ini. Berbalut busana malam warna merah menyala dengan bahu terbuka dan belahan gaun setinggi setengah paha yang menampilkan lekuk tubuh di tempat-tempat yang tep

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 195 ~ CELETUKAN ASAL BIKIN KAGET

    “Koko kenapa? Masuk angin?” tanya Debby dengan panik. Wanita itu tahu-tahu sudah ada di sampingnya. Satu tangan memijat-mijat tengkuknya sementara tangan yang lain meraba keningnya.Perutnya kembali bergolak. Namun, William mencoba mengabaikannya. Tak berani membuka mulut, lelaki itu hanya bisa menggeleng sembari menghentikan apa pun niat Debby saat ini dengan isyarat tangan.Ketika Debby menyingkir, William sedikit merasa lega. Ia menghirup napas dalam-dalam sambil bertumpu pada dinding. William mengerutkan kening dengan perasaan tak enak.Setelah perutnya berhenti bergolak, William melangkah ke wastafel. Ia menatap sekilas pantulan dirinya di cermin, lalu membasuh wajahnya. Saat menegakkan tubuh, sang istri kembali muncul di sisinya dengan membawa botol minyak kayu putih.“Gak perlu, Baby. Koko gak apa-apa kok,&rdquo

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 194 ~ GANGGUAN PENCIUMAN

    “I love you too, Baby. My Love. My Wife. Now and forever,” sahut William dengan senyum mesra terpampang di wajah. Lelaki itu pun balas mencium Debby di beberapa titik di wajah.Setelah mendapatkan ciuman di kening, kedua pipi, dan bibir, Debby lantas menghirup napas dalam-dalam sambil memejamkan mata sejenak. Saat membuka mata, ada kebulatan tekad dan keberanian yang bersemayam di hati.“Aku percaya sama Koko. Kalau sikap Koko kayak gitu, mana mungkin aku tega membuat Koko berharap lama-lama. Aku nggak bakal minta Koko buat nunda kehamilan. Kalau Tuhan kasih kepercayaan itu sama kita sekarang, aku bakal menerima dan menjalaninya.”“Oh, Baby! Kamu serius? Kamu benar gak apa-apa?”Debby mengiyakan dengan mantap. Kepalanya ikut mengangguk untuk meyakinkan suaminya.&ldqu

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 193 ~ MAKIN CINTA

    Seringai jahil sang suami semakin lebar saja. Lelaki itu kemudian bertanya, “Apa kamu sadar, Baby, kalau nanti ada yang kebakaran lagi seperti dulu, sekarang sudah gak perlu bingung-bingung lagi buat cari pemadamnya?”“Ish! Koko ini, lo!” pekik Debby. Tangannya pun langsung mencubit daging terdekat.William sontak mengaduh kesakitan dan menggosok-gosok dada kirinya. “Astaga, Baby! Jarimu pedas juga, ya.”“Hmm! Siapa suruh godain terus?” rajuk Debby. Namun, sesaat kemudian Debby kembali berujar, “Tapi sori, ya, Ko, aku baru bisa kasih semalam.”“Hush! Kamu ini omong apaan sih! Setelah pemberkatan di gereja dan resepsi dengan segitu banyak tamu, kita kan sama-sama kecapaian, Baby. Kamu jangan omong gitu, ah. Meskipun Koko pengin, Koko juga gak mau ma

  • Wanita Incaran CEO Arogan   BAB 192 ~ OBROLAN PAGI HARI

    Warning!!! Episode ini mengandung adegan dewasa yang mungkin tidak cocok atau membuat tidak nyaman bagi sebagian pembaca.Harap kebijakannya dalam membaca episode ini.*****Selagi Debby menerka-nerka siapa sosok yang dengan lancang berani memanggil-manggil nama suaminya, tiba-tiba suara William yang terdengar parau menembus gendang telinga Debby. “Lepaskan, Baby. Lepaskan.”“Ko Billy!” jerit Debby putus asa. ‘Ah! Kenapa suara yang keluar sama dengan yang tadi? Apa tadi itu suaraku sendiri?’“Ya, Baby, ya. Ayo, jangan ditahan lagi. Koko pengin lihat kamu, Baby,” ucap William terus menyemangati.Tak ingin mengecewakan lelaki itu, Debby berusaha menuruti kata-katanya. Dengan sedikit takut, dorongan yang semula ia tahan-tahan kini ia biarkan lepas mengalir begitu sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status