Share

Wanita Incaran Sang Billionaire
Wanita Incaran Sang Billionaire
Penulis: Strrose

1. Relova Luvena

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 12:41:04

Deep House Bar and Cassino Club, Chicago, US, 01.10 AM

Bunyi dentuman musik terdengar dengan nyaring disertai seruan orang-orang yang berada di lantai dansa. Seorang wanita cantik dengan cocktail dress pendek berwarna merah berkilau itu melangkah dengan percaya diri. Membuat orang-orang yang berada di depannya otomatis menyingkir, membuka jalan bagi sosok wanita yang menjadi primadona para pria di tempat itu.

Relova Luvena, wanita cantik yang menjadi perhatian semua pria ditempat itu kini berjalan menuju seorang wanita lain dengan mini dress berwarna hitam yang duduk di depan sebuah meja bar. Tangan wanita itu memutar gelas bening berisi cairan berwarna merah keunguan.

“Kamu terlambat” Ucap Emily, wanita yang mengenakan mini dress hitam dan duduk di depan meja bar itu adalah Emily Yonsen, sahabat seorang Relova Luvena.

“Bukannya bintang memang selalu muncul belakangan” Seru Lova membuat Emily mendengus keras, dia meneguk minuman beralkohol itu sambil menatap Lova dengan tatapan menilai

“Ngomong-ngomong, kenapa merah? Kau sengaja ingin membuat para lelaki di sini bertekuk lutut di depanmu yaa?” Seru Emily seraya meletakan gelas koktailnya

Lova tertawa renyah. Suara tawa itu membuatnya terlihat semakin menawan. Dibawah gemerlap lampu yang kelap-kelip Lova terlihat sangat bersinar terlebih dress yang gadis itu kenakan memang tersusun dari beberapa manik permata hingga menyebabkan kilauan pada tubuhnya.

Lova mendudukkan diri di kursi samping Emily. “Kamu pintar menebak Emi” ucap Lova membenarkan, Lova sengaja menggunakan dress merah untuk menarik perhatian para pria di tempat ini.

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa Lova tidak sembarangan menggoda pria. Ada kriteria khusus untuknya. Selain kaya tentu wajahnya harus tampan dan sesuai dengan standarnya.

“Halo Ben” Sapa Lova pada sang bartender yang meletakan gelas kaca di depannya.

“Hai, Angelic, seperti biasa?” Tanya Ben dengan senyuman, berapa kalipun Ben melihat Lova, pria gondrong itu selalu merasa terpesona. Lova selalu menarik di mata siapapun, wanita itu memiliki magnet yang sangat susah di tangkis.

“Yes, Please..” Seru Lova pelan nyaris mendesis

“Sialan, mulutmu itu bahaya sekali Angelic” Ucap Ben yang dibuat terbuai oleh ucapan Lova

Lova tertawa lalu memperhatikan Ben yang menuangkan minuman dengan kadar alkohol rendah pada gelas Lova.

“Silahkan”

“Thanks”

Lova menyesap minuman itu dengan mata hazelnya yang melirik Emily “What’s wrong?” Tanya Lova

Emily menggeleng singkat “Aku baru sadar jika dress kita dari brand yang sama” Ucap Emily sambil tersenyum tipis. Emily menatap Lova lalu beralih pada dirinya sendiri.

“From sugar?” tanya Emily

“Nope, aku membelinya sendiri” Sanggah Lova

“Hah.. kita benar-benar terlihat seperti bitches sekarang” Emily tersenyum geli “Eh salah, kita bukan bitches biasa. We’re queen bitches” Seru Emily lagi, membuat Lova tertawa. Inilah yang dia sukai dari Emily, wanita itu berbicara blak-blakan dan apa adanya. Tidak seperti orang-orang yang selalu berusaha menyanjungnya dan melontarkan pujian mulia untuknya.

Sebuah sentuhan di pundak Lova yang terbuka membuat wanita bersurai coklat itu tersadar, dia menoleh pada sang pemilik tangan yang menyentuh pundaknya.

“Angelic?” Ucap pria itu. Lova menatapnya sebentar lalu tersenyum lebar.

“Who are you, pretty boy?” Ucap Lova menggoda hingga membuat wajah pria itu memerah di buatnya, ternyata benar kata temannya, Angelic adalah orang yang sangat ramah.

“Aku Enid Malkin, bisa kau menemaniku malam ini?” tanya pria bernama Enid itu

“Umm maaf boy” Sesal Lova dengan berpura-pura. Enid tertawa kecil

“It’s oke. Bagaimana jika besok? Dinner?” tanyanya

“Emm..” Lova bergumam membuat Enid menahan gemas. Bagaimana bisa Lova terlihat lugu padahal saat ini mereka sedang berada di sebuah club malam. Sebuah tempat bagi orang yang telah dicap sebagai ‘orang-orang tidak benar’

“Aku akan bayar sesuai dengan keinginanmu” Ujar Enid lagi kekeh, pria itu tidak mungkin melepaskan kesempatan emas untuk bersama wanita primadona disana.

Lova terlihat berpikir lalu semenit kemudian senyum manis terukir di bibirnya disertai dengan anggukan pelan, demi tuhan Enid sangat menahan diri untuk tidak menyerang wanita itu sekarang.

“Kau yakin? Aku tidak mau membuatmu jatuh miskin” Gumam Lova lirih. Percayalah jika saat ini Emily sedang menahan mual melihat tingkah sahabatnya itu

Enid tertawa lalu mengelus rambut Lova, bahkan rambut wanita itu saja terasa sangat lembut ditangan Enid membuat pria itu memikirkan bagaimana dengan bagian lainnya. Apakah akan sama lembutnya?

“Enid kau keberatan?” Ucap Lova menyadarkan Enid dari lamunannya, pria itu memberikan senyuman tipis sebelum menjawab pertanyaan Lova

“Tenang saja, berapapun yang kau inginkan aku dapat memberikannya”

Lova mengangguk cepat, Enid menyodorkan sebuah ponsel ke arah Lova. Ponsel keluaran terbaru yang Lova perkirakan hampir menyentuh 30 juta itu diserahkan Enid ke genggaman Lova.

“Di ponsel itu hanya ada nomorku, aku tau kau tidak suka di jemput jadi aku akan mengirimkan alamat dinner kita ke ponsel itu”

“Oke” Lova berdiri dan mendekat ke arah Enid, wanita itu mengelus rahangnya membuat Enid meremang, mata pria itu menutup menikmati sentuhan Lova. Melihat itu Lova bersmirk dan mendekat, bibirnya nyaris menyentuh telinga pria itu sebelum berbisik “Thanks, Darling”

Lova menjauhkan tubuhnya dan melepaskan tangannya dari rahang Enid. Mata hijau pria itu terbuka dan bibirnya tersenyum lebar membuat tatapannya terlihat sayu.

“Aku menunggumu” Enid mengecup pipi Lova lalu kembali ke arah teman-temannya yang berada di meja lain. Mereka terlihat menyoraki Enid yang kembali dengan senyum lebar.

“EKHEM!” Lova menatap Emily yang berdehem keras, ia kembali mendudukan diri di tempat semula sambil tersenyum tipis

“Aku tidak mau membuatmu jatuh miskin…” Cicit Emily mengulang hal yang tadi Lova katakan. “Bahkan mengulangi ucapanmu saja sudah membuatku mual, Lo-”

“Pelan-pelan saat menyebut namaku” Peringat Lova. memotong ucapan Emily. Ditempat ini dirinya dikenal sebagai Angelic bukan Relova Luvena. Namun pengecualian untuk Emily yang memang mengenal Lova

“Oke.. oke” Cicit Emily

“Menurutmu bagaimana?” Lova bertanya sambil memutar ponsel pemberian Enid

“Maksudmu? Kau tidak mengenal Enid Malkin?” Tanya Emily tak percaya setelah menyadari maksud pertanyaan Lova.

“Kenal, tadi aku baru berkenalan dengannya” Seru Lova, wanita itu menyesap cocktailnya.

“Oh My Angel, kau tidak tau keluarga Malkin?” Lova menggeleng, Emily menghela nafas

“Dia itu putra kedua keluarga Malkin, sayangnya rumor bilang dia itu amat sangat playboy. By the way, Aku pernah melihatnya masuk ke dalam hotel dengan tiga wanita sekaligus”

“Wow, sampah masyarakat” Gumam Lova

“Hei, jika kau menyebutnya seperti itu lalu sebutan apa yang cocok untuk dirimu?”

“Bukankah aku sudah punya julukan, Angelic namanya jika kau lupa”

“Lalu… apakah Angelic kita ini akan kembali melancarkan aksinya pada Tuan muda Malkin?” Goda Emily

Lova tersenyum lebar, matanya tertutup membentuk bulan sabit. Emily menangkup wajah wanita itu dengan gemas membuat para kaum adam iri dengan Emily yang bisa menyentuh Lova seenaknya “Kenapa sih wajahmu ini terlihat bisa terlihat polos dan sangat cantik padahal otakmu penuh dengan rencana licik?!” Seru nya tak terima

“Mungkin karena itulah aku diciptakan Em, untuk membuktikan bahwa tidak semua yang terlihat polos dan cantik itu baik” Ucap Lova lugas, Emily menatap Lova dengan pandangan menerawang. Bahkan selama ini Emily sendiri tidak bisa mengerti jalan pikiran Lova.

“Aku benar-benar tidak bisa memahami mu Lova”

“Setidaknya aku bisa memahamimu Emily” Lova tersenyum sedangkan Emily mendengus.

Lova menatap ke arah meja tempat Enid berada bersamaan dengan itu juga pandangan Enid tertuju padanya. Lova tersenyum manis “Welcome, darling” gumam Lova.

Darling. Satu kata panggilan dari Lova yang menandakan bahwa permainannya akan dimulai bisa dipastikan setelah semuanya berakhir akan ada perasaan yang hancur ditangan cantiknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jamal Buraq
bagus se x ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (5) Happy End

    Kediaman Hilton yang luas dan elegan terlihat semakin hidup hari itu. Di ruang tengah yang mewah, suara tawa dan obrolan lembut bercampur dengan tangisan kecil bayi yang sesekali terdengar.“Akhirnya kalian datang juga. Lumia sudah menunggu” kata Dylan sambil mengarahkan pandangannya ke Matthias. “Dan siapa ini? Calon kakak besar yang gagah, ya?”Matthias tersenyum lebar, jelas sekali jika dia senang mendapat perhatian dan menjadi pusat perhatian “Uncle Dylan! Mana bayinya?” tanyanya tanpa basa-basi.Dylan tertawa kecil dan mengangguk. “Di sana, dengan Aunty. Tapi hati-hati, ya. Dia masih sangat kecil.”Matthias mengangguk penuh semangat. Dengan panduan Lova, ia berjalan ke arah sofa besar tempat Lumia duduk. Wanita muda itu terlihat anggun meskipun kelelahan, mengenakan gaun sederhana yang nyaman. Di pelukannya, seorang bayi mungil dengan kulit kemerahan sedang tidur nyenyak.“Lova, terima kasih sudah datang” sapa Lumia dengan senyum lembut. Matanya berbinar saat melihat Matthias mend

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (4) Dunia tak berubah

    Matahari bersinar hangat di atas taman hijau yang luas. Angin lembut menerpa rambut Lova yang tergerai, membuatnya merasa lebih damai dari biasanya. Dia duduk di atas tikar piknik yang empuk, mengenakan gaun longgar yang menonjolkan perut besarnya. Di sebelahnya, Matthias tertidur pulas dengan kepala di pangkuannya, tangannya kecilnya masih menyentuh perut Lova seolah sedang mencoba merasakan gerakan adik kecilnya.Lova tersenyum lembut, mengusap rambut Matthias dengan penuh kasih. Pandangannya lalu beralih ke Caid, yang duduk di sebelahnya, tangan kekarnya melingkar di pinggangnya dengan erat. Matanya yang gelap tampak lebih lembut hari itu, penuh perhatian saat menatap istri dan anaknya."Dia sudah tidak sabar, ya," gumam Caid sambil menyentuh tangan Matthias yang masih berada di perut Lova. "Setiap hari dia bertanya kapan adiknya keluar."Lova terkekeh pelan, matanya bersinar bahagia. "Dia memang sangat antusias. Tapi aku juga tidak kalah senangnya. Akhirnya,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (3) Cemburu dengan anak

    Lova duduk di kursi makan dengan ekspresi tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia telah menyiapkan sarapan untuk Matthias, yang sedang menggambar sesuatu di buku kecilnya. Caid duduk di seberangnya, membaca laporan di tablet, terlihat seperti biasa: tenang, mendominasi, dan mengendalikan segalanya."Aku hamil" kata Lova tiba-tiba, memecah keheningan dengan suaranya yang terdengar datar tapi penuh tekad.Caid menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil secangkir kopi. Mata gelapnya beralih dari tablet ke wajah Lova, terpaku pada ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Sekilas, ia tampak bingung, seolah otaknya membutuhkan waktu untuk mencerna informasi itu.“Aku hamil” Lova mengulang lagiKeheningan yang terjadi setelah kata-kata itu terasa berat, seperti udara di sekitar mereka mendadak berubah. Caid menatap Lova lekat-lekat, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jari-jarinya yang masih menggenggam tablet perlahan melonggar, hi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (2) So Hot

    Caid menghentakan miliknya, memompa inti Lova hingga sampai pada klimaksnya. Dihentakannya dalam-dalam pinggangnya sekali lagi, tubuh mereka bergetar dalam gelombang gairah yang saling memenuhi.Ditariknya benda panjang nan berurat itu kemudian melepaskan pengaman yang berisi cairan putih kental miliknya.Keringat menetes di pelipis keduanya, namun hanya satu yang terlihat puas. Lova mendengus keras, matanya menyipit tajam saat menatap pria di atasnya.“Kenapa kau selalu main aman?” Lova bertanya dengan nada kesal, napasnya masih memburu. “Aku ingin anak lagi, Caid. Apa kau bahkan memikirkannya?”Caid menundukkan kepala, menyentuh wajah Lova dengan lembut, tetapi senyumnya yang santai hanya membuat Lova semakin frustrasi. “Matthias baru tiga tahun, Love. Kau serius ingin anak lagi sekarang?”“Ya! Aku serius” tegas Lova, menyingkirkan tangan Caid dari wajahnya.Caid tertawa kecil mendengar

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (1) Family

    3 tahun kemudian..."Di mana Matthias?" Lova memutar tubuhnya, mencari putranya yang seharusnya berada di kamar bermain.Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi cemas. "Nyonya, saya baru saja melihat tuan muda keluar melalui pintu belakang."Jantung Lova berdebar keras. Matthias jarang sekali pergi tanpa memberitahu. Ia tahu putranya yang berusia empat tahun itu pintar dan penuh rasa ingin tahu, tapi naluri keibuannya langsung membuatnya khawatir.Lova melangkah keluar dengan tergesa, sepatu haknya membuat suara berirama di lantai. Ketika ia mencapai taman belakang, ia mendengar suara sesuatu yang mencurigakan.Bang!Lova terhenti. Suara itu adalah tembakan—dan itu berasal dari arah taman yang lebih dalam. Jantungnya seolah berhenti sejenak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah suara itu.Di sana, Matthias berdiri dengan sebuah pistol kecil di tangannya. Tubuh mungilnya berdiri tegak, matanya yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 33. Racing the limit (End)

    Setelah pernikahan yang menguras emosi, Dylan membawa Lumia ke sebuah tempat yang sejak awal ia siapkan dengan hati-hati. Sebuah mobil meluncur melewati jalan kecil yang diapit oleh pepohonan, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang megah namun terasa hangat.Lumia turun dari mobil dengan perlahan, matanya terfokus pada rumah di depannya. Ia berdiri diam beberapa saat, mencoba mencerna perasaannya. Rumah itu terasa aneh baginya—familiar namun seperti mimpi yang lama terkubur.“Dylan...” panggilnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Ini...?”Dylan mendekatinya, menyelipkan tangan ke pinggangnya dengan lembut. “Masuklah. Lihatlah lebih dekat.”Lumia mengikuti Dylan memasuki rumah itu, langkahnya terasa berat karena perasaan gugup yang membuncah. Begitu pintu utama terbuka, ia langsung disambut oleh interior yang begitu detail, hingga membuat dadanya berdebar kencang. Setiap sudut rumah itu terasa seperti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status