***
Kasih menghela napas dalam-dalam, mengejar setiap detik waktu yang semakin berlalu cepat saat dia tahu adiknya, Zayn, masuk ke rumah sakit. Hatinya terasa berkecamuk, dipenuhi kegelisahan karena belum mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami oleh adiknya. Ketika tiba di rumah sakit, seorang pegawai lapas menghampirinya, memperkenalkan diri sebagai Hafid.
"Mbak Kasih, ya?" tanya Hafid dengan penuh perhatian.
"Iya, Pak. Saya Kasih, kakaknya Zayn," balas Kasih dengan wajah cemas.
"Saya Hafid, petugas lapas yang ditugaskan untuk menjaga Zayn," ucap Hafid memperkenalkan diri.
Terima kasih sudah menjaga adik saya, Pak," kata Kasih dengan senyuman lemah. "Zayn kenapa bisa masuk rumah sakit, ya? Dia sakit apa?"
"Zayn tidak sakit apa-apa, Mbak," jawab Hafid dengan ekspresi serius.
Kening Kasih mengernyit. "Lalu, kenapa Zayn bisa masuk dan dirawat di rumah sakit?"
"Saya tidak tahu kenapa alasan pastinya apa, saya sudah menemukan Zayn bersimbah darah dan tergeletak karena dihajar oleh tahanan lainnya," jelas Hafid, mencoba memberikan klarifikasi.
Bagai disambar petir di siang bolong, Kasih merasa kakinya lemah mendengar alasan adiknya masuk ke rumah sakit. "Kenapa mereka bisa setega itu pada adik saya, Pak? Adik saya bukan anak yang suka cari masalah," ucapnya dengan suara yang bergetar.
"Mereka hanya salah paham katanya, tapi alasan pastinya sedang kami usut," balas Hafid dengan nada bijak.
"Saya boleh lihat Zayn?" tanya Kasih dengan mata yang berkaca-kaca.
Hafid mengangguk. "Masuk saja ke ruangannya, Mbak."
Tanpa menunggu lama, Kasih segera masuk ke dalam kamar perawatan. Di ujung pintu, langkah kakinya tertahan melihat tubuh Zayn yang terbaring lemah. Wajah adiknya penuh lebam biru, membuat Kasih yakin bahwa Zayn pasti menderita di dalam penjara. Kasih menangis, hatinya teriris karena sebagai kakak, dia merasa gagal menjaga Zayn dengan baik. Kasih menghapus air mata dengan jemarinya, berusaha kuat meski hatinya hancur.
Kasih mendekat ke sisi ranjang Zayn, berusaha tersenyum meski hatinya dilanda kepedihan. "Jangan banyak bicara, Zayn," pinta Kasih dengan lembut.
Zayn menangis, melepaskan rasa sakit yang terpendam. "Maafkan Zayn, Kak. Zayn malah membuat Kakak malu," ucapnya pelan.
Kasih menggelengkan kepalanya dengan lembut. "Harusnya Kakak yang minta maaf sama kamu, Zayn. Kakak belum bisa membuatmu keluar dari penjara, tapi Kakak berusaha agar kamu mendapatkan keadilan. Maafkan Kakak ya! Kamu jadi menderita begini karena Kakak lalai menjagamu."
"Kakak adalah kakak terhebat di dunia. Zayn sangat beruntung karena bidadari seperti Kakak adalah saudara Zayn. Zayn sayang sama Kakak," balas Zayn dengan tulus.
"Kakak juga sangat sayang sama kamu, Zayn. Kakak minta maaf karena membuatmu harus merasakan luka seperti ini," ucap Kasih, mencoba menyampaikan penyesalannya.
"Kakak percaya sama Zayn?" tanya Zayn, memandang Kasih dengan mata penuh harap.
Kasih mengangguk mantap. "Kakak sangat percaya sama kamu. Kakak yakin kamu dijebak, hanya saja Kakak belum menemukan bukti yang kuat karena mereka adalah seorang penguasa. Tapi, kamu tak perlu khawatir ya! Kakak yakin di dunia ini pasti masih ada keadilan untuk kita," jawab wanita itu dengan tekadnya.
"Kakak… Zayn sudah tidak kuat. Zayn takut dan tidak mau kembali ke penjara. Mereka di sana menghajar Zayn tanpa ada belas kasihan. Kakak… Zayn mohon, tolong keluarkan Zayn dari tempat itu," pinta Zayn dengan suara yang bergetar.
"Kakak pasti akan mengeluarkan kamu secepatnya dari tempat terkutuk itu, Zayn. Mereka harus membayar apa yang telah dilakukan pada kamu. Kakak janji mereka pasti akan menderita," kata Kasih dengan penuh keyakinan. "Kamu percaya saja sama Kakak! Kali ini Kakak tidak akan membiarkan kamu menderita!"
Kasih memikirkan satu nama, satu-satunya orang yang mampu membantunya. Dia harus mengambil risiko dan menggadaikan harga dirinya agar Zayn tidak terus menderita di tangan para penguasa yang zalim. Kasih tahu dunia ini kejam, tapi dia siap melakukan apapun demi adiknya.
***
Kasih merasa tubuhnya seperti terbungkus dingin dan ketakutan yang tak terbayangkan. Namun, keputusannya untuk menurunkan harga diri demi Zayn semakin menguat. Ia berusaha menahan diri agar tak menunjukkan rasa takutnya pada Arthur yang terus mengamati setiap gerakannya.
Wily, sang asisten keluar dari ruangan, meninggalkan Kasih dan Arthur dalam keheningan yang tidak nyaman. Arthur dengan wajah angkuhnya, seperti predator yang menunggu mangsanya dengan sabar.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Arthur dengan dingin, membuat Kasih merinding.
"Saya mau meminta bantuan Pak Arthur untuk membebaskan adik saya, dan saya ingin nama baik adik saya pulih," jawab Kasih dengan tenang, meskipun dadanya dipenuhi kecemasan.
"Apa aku tidak salah dengar?" Arthur bertanya dengan sengaja.
"Saya mohon, Pak. Saya hanya bisa meminta bantuan sama Bapak karena tidak ada lagi orang yang bisa membantu saya," balas Kasih.
"Aku bukan panti sosial, jadi kamu salah meminta bantuan padaku," ucap Arthur dengan jumawa.
Kasih menghela napas pendek. "Saya akan melakukan apapun yang Bapak minta, saya rela bekerja seumur hidup tanpa dibayar asal adik saya bisa bebas dari penjara."
Tawa Arthur meledak, mencerminkan kemenangan dalam pandangan dinginnya. "Mana wanita sombong yang kemarin lancang menamparku? Apa sosok yang ada di depanku ini adalah orang yang sama?" ejeknya.
"Saya minta maaf atas kelancangan saya kemarin," balas Kasih dengan lembut.
Arthur tersenyum miring. "Berlutut padaku!" perintahnya dingin.
Kasih langsung menuruti perintah Arthur, berlutut di depannya. Saat ini, ia harus rela menurunkan harga dirinya agar Arthur mau membantunya membebaskan Zayn. Keputusan sulit, namun Kasih memilih untuk mempertaruhkan dirinya demi kebebasan adik tercinta.
Arthur menghampiri Kasih dan berdiri di depannya. "Bangun lah!" perintahnya.
Kepala Kasih menengadah, dan dia mencoba menahan ketakutannya melihat tatapan buas yang dilontarkan Arthur.
"Kamu tidak menuruti apa yang aku katakan?" tanya Arthur, meningkatkan intonasi suaranya.
Kasih berdiri tegak, dan jarak antara tubuhnya dengan Arthur semakin dekat. Pria itu menatapnya dengan dingin, pandangannya yang tajam tepat berada di bagian dadanya membuat Kasih merinding.
"Buka kancing kemejamu!"
"A-apa?" pekik Kasih, takjub dengan permintaan yang tidak terduga ini.
"Kamu tuli?" tanya Arthur dengan nada sinis.
"T-tapi untuk apa saya membuka kancing kemeja saya?" tanya Kasih, mencoba menjelaskan rasa bingungnya.
"Karena aku ingin menilai seberapa pantasnya tubuhmu untuk aku beli! Jika tubuhmu layak, maka aku akan menyanggupi permintaanmu, dan juga semua hutang ayahmu lunas!" Arthur menjelaskan dengan serius, senyuman jahat di bibirnya.
Kasih memejamkan matanya sejenak, mencoba mengumpulkan kekuatan. Dengan tangan yang bergetar, dia membuka kancing kemejanya satu per satu. Tubuh bagian atasnya yang putih dan mulus sekarang terpampang di depan Arhur.
"Lepas semuanya!" perintah Arthur tanpa ampun.
"Apa?! Semuanya?" pekik Kasih, merasa tidak percaya dengan permintaan ini.
"Kenapa? Kamu mau menolaknya?" Arthur berbicara dengan sinis dan merendahkan.
Kasih pasrah, tubuhnya yang selama ini dia jaga dan tutup rapat akhirnya harus dia perlihatkan pada pria yang dianggapnya sebagai iblis. Kasih menanggalkan kemejanya dan semua kain yang menutupi tubuh atasnya. Detik ini, tubuh Kasih bagian atas terlihat sangat polos, dan keindahannya terpampang jelas di mata pria itu.
Arthur tersenyum, senyum yang begitu meyakinkan kesombongan dan keangkuhan. Senyum itu membuat Kasih merasa seperti terhempas ke jurang keputusasaan yang lebih dalam.
"Maka dari sekarang, kamu menjadi milikku!" bisik Arthur dengan seringai.
***
***Kasih menatap tajam Arthur, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari bibir pria itu. "Jadi Bapak ingin saya melahirkan seorang anak?" tanya Kasih, mencoba memastikan kesimpulan yang telah terlintas dalam pikirannya."Iya. Aku butuh seorang ahli waris, kamu juga tahu kalau sampai saat ini aku belum mempunyai anak," jawab Arthur dengan lugas.Kasih merasa dadanya sesak mendengar jawaban itu. "Jadi isi kontrak itu setelah saya melahirkan anak laki-laki, maka kontrak itu akan berakhir?""Iya. Kontrak akan berakhir selama kamu bisa memberikanku anak laki-laki, aku akan menjamin hidupmu, dan kamu tidak boleh mengakui anakmu nanti, jika kamu melanggarnya kamu juga tahu akibatnya," jelas Arthur dengan dingin.Kasih menghela napas pendek, dia sudah membaca isi kontrak yang Arthur ajukan padanya. "Tapi jika saya tidak bisa melahirkan anak laki-laki, bagaimana?""Seumur hidup kamu harus melayaniku!" balas Arthura tanpa rasa belas kasihan."Jika anak itu anak perempuan? Jadi, jika saya h
***Kasih merasa lega karena hari ini akhirnya bisa melepaskan Zayn untuk mewujudkan impiannya belajar di Singapura, di sekolah impian yang selalu menjadi cita-cita adiknya. Dia menatap rumah sederhana yang dulu penuh dengan kenangan manis bersama keluarganya. Meskipun tersenyum, namun hati Zakia terasa robek lagi, teringat akan kehilangan orang tua yang membawa kebahagiaan mereka hilang. Kehilangan itu membuat Zakia merasa seolah-olah kebahagiaan dalam hidupnya terhenti begitu saja."Jangan lemah lagi kamu, Kasih! Kamu ini harus menatap ke depan, jangan terus berdiam karena luka, dan jadi pecundang," ucap Kasih pada dirinya sendiri sambil mengelap air matanya. Harga diri keluarganya selama ini diinjak-injak, dan dia tidak ingin terus menjadi pecundang seperti yang selama ini diinginkan oleh orang-orang di sekitarnya. Keberanian dan tekadnya membuat Kasih bertekad untuk melawan.Kasih membuka pintu rumah dan terkejut melihat Alice, sosok wanita yang dulu merupakan sahabatnya, menatapn
***"Kasih, kamu kenapa harus pindah kost segala sih? Kan rumah kamu juga itu dikontrakkan sama orang, Zayn juga sudah pergi ke Singapura. Jadi, mending kamu di sini saja sama aku dan mama," ucap Echa.“Aku tidak mau merepotkan kamu dan mamamu,” balas Kasih.Echa menghela napas panjang. "Kamu baik-baik saja, kan?""Tentu saja aku baik-baik saja, buktinya kita bisa ngobrol berdua begini," jawab Kasih."Akhir-akhir ini kamu selalu pulang malam, Kasih. Kamu bahkan sulit aku hubungi, aku khawatir karena tidak biasanya kamu tidak memberi kabar begini.""Aku memang sibuk menyiapkan study Zayn, jadi nggak sempat kasih kabar ke kamu karena terlalu letih," balas Kasih menjelaskan."Syukur kalau kamu baik-baik saja. Aku harap kamu dan Zayn selalu bahagia ya! Aku lega karena Zayn akhirnya bisa mewujudkan mimpinya bersekolah ke Singapura. Aku ingin nanti kalau ada apa-apa atau kamu butuh bantuan, kamu jangan sungkan bilang sama aku atau mama ya!""Itu pasti, Cha. Kalau ada apa-apa aku memang sela
***Kasih terus membiarkan air shower mengalir menyiram tubuhnya. Semalam merupakan malam yang paling kelam dalam hidupnya. Bunga kehidupannya layu, membuat wanita itu merasa tak berharga. Air matanya bercucuran, menetes bersama rasa sesal yang mendalam. Bagaimana mungkin dia mengingkari janji suci yang pernah diikrarkan kepada mendiang ibunya? Pada saat itu, Kasih bersumpah untuk menjaga kehormatannya untuk suami masa depannya, bukan untuk suami yang hanya menjalin ikatan pernikahan hingga melahirkan anak laki-laki.Tiba-tiba, Kasih memutus aliran air shower, membungkus tubuhnya dengan kimono handuk. Tubuhnya terasa sakit, dan rasa pedih melanda bagian inti tubuhnya.Dengan pandangan tajam, Kasih duduk di depan cermin rias, tertawa dengan kepahitan. Gelak tawa itu terdengar menusuk hati, meremehkan dirinya yang telah terhina."Kasih Cynthia, kau sudah kehilangan hargamu! Tidak layak dicintai oleh pria mana pun karena kau kotor," ucap wanita itu pada diri
"Kasih, kamu cantik sekali," puji Nimas."Aku harus mengubah penampilanku, Mbak. Aku harus ke luar dari zona nyaman," balas Kasih."Iya, kamu harus tunjukan ke orang-orang kalau Kasih yang dulu dan sekarang berbeda," tukas Nimas. "Mbak lega karena kamu bangkit dari rasa putus asamu dan tidak terlalu larut dalam kesedihan.""Terima kasih ya, Mbak. Di perusahaan ini, hanya Mbak Nimas lah yang masih mau bicara, dan berteman denganku. Mereka semua mendadak menjauhiku setelah mengetahui kalau aku jadi personal assistant-nya Pak Arthur.""Mbak masih tetap begini, dan tidak ada yang berubah dari persahabatan kita di perusahaan ini," ucap Nimas tersenyum. "Mereka hanya iri karena hanya kamu lah satu-satunya wanita yang bisa jadi asisten pribadinya, semua pasti tahu bagaimana sikap Pak Arthur yang dingin pada para wanita, bahkan kalau beliau tidak suka, dia akan menatap dengan tajam. Banyak staff wanita yang menangis karenanya. Mereka kaget karena anak baru mampu
***Kasih menghela napas panjang setelah membaca pesan dari salah satu kerabatnya yang mendadak menghubunginya. Padahal saat kemarin keluarganya terpuruk dan ia meminta bantuan tidak ada satu pun yang mau membantunya. Bahkan mereka tidak mau kenal sama sekali dengannya atau pun Zayn. Semua saudaranya yang masih ada pertalian darah tidak sudi menganggapnya dan adiknya. Tapi kenapa saat ini mereka semua mendadak sok baik dan mengajaknya bertemu? Apa karena saat ini Zayn sudah pergi ke Singapura dan dia sudah menjadi asisten pribadi sang jutawan terkenal, mereka semua seolah menganggap keberadaan dirinya?"Manusia kenapa bisa sejahat itu?" tanya Kasih pada dirinya sendiri dengan pelan."Manusia memang mempunyai sisi yang jahat, Kasih," timpal Arthur."Termasuk kamu, bukan?" sindir Kasih.Arthur tertawa mengejek. "Kamu juga mempunyai sisi jahat, kamu ingin merebut perusahaan yang ayahmu rintis dan membuat mereka menderita. Jadi tidak ada ma
***Kasih terpesona oleh keindahan gemerlap lampu warna-warni yang memenuhi malam di Paris. Menara Eiffel bersinar indah seperti ratapan cinta yang tak terucapkan. Arthur, atasan Kasih, mengajaknya menikmati keindahan tersebut dengan cara yang tak terduga. Meskipun seharusnya Kasih tidak bisa menikmati kesempatan ini, Arthur membuat pengecualian untuknya."Sangat cantik, bukan?" gumam Kasih tanpa bisa menahan kagumnya.Arthur, yang sedari tadi memandanginya, tersenyum puas. "Paris selalu memiliki daya tariknya, dan melihatmu menikmati ini membuat semuanya semakin istimewa,” batinnya dalam hati.Mereka duduk di balkon kamar hotel mewah Arthur yang memiliki pemandangan langsung ke Menara Eiffel. Kasih merasa seperti bintang-bintang Hollywood yang menikmati kemewahan eksklusif.Kasih menatap menara Eiffel tanpa henti yang malam ini dihiasi lampu warna-warni yang terlihat megah. Zakia tidak menyangka kalau sekarang
***Arthur mengajak Kasih pergi ke pesta makan malam yang diadakan oleh para elit Prancis yang terletak di Paris. Kasih menggunakan sheat dress warna hitam dengan keyhole membuat wanita itu secantik dewi. Kasih juga tak jarang melempar senyum ramah pada setiap orang yang menyapanya dan Arthur. Tangan Kasih terus saja melingkar di lengan pria itu, setiap dia ingin melepaskannya, pria itu selalu menolaknya."Kamu ingin melepaskannya karena di sini banyak pria yang menatapmu?" tanya Arthur setengah berbisik."Aku tidak nyaman karena banyak yang menatap aneh pada kita. Pasti mereka bingung karena aku bukan istrimu. Aku tidak ingin nanti ada berita yang aneh-aneh tentang kita," balas Kasih dengan suara yang pelan."Mereka tidak tahu siapa istriku, Kasih. mereka menatap seperti itu karena terkejut aku membawa seorang wanita di pesta ini. Mereka mengira aku ini tidak normal karena yang selalu mendampingiku itu selalu Willy," jawab Arthur."Kam