Share

3. Mimpi Buruk yang Baru Dimulai

***

Kasih menatap tajam Arthur, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari bibir pria itu. "Jadi Bapak ingin saya melahirkan seorang anak?" tanya Kasih, mencoba memastikan kesimpulan yang telah terlintas dalam pikirannya.

"Iya. Aku butuh seorang ahli waris, kamu juga tahu kalau sampai saat ini aku belum mempunyai anak," jawab Arthur dengan lugas.

Kasih merasa dadanya sesak mendengar jawaban itu. "Jadi isi kontrak itu setelah saya melahirkan anak laki-laki, maka kontrak itu akan berakhir?"

"Iya. Kontrak akan berakhir selama kamu bisa memberikanku anak laki-laki, aku akan menjamin hidupmu, dan kamu tidak boleh mengakui anakmu nanti, jika kamu melanggarnya kamu juga tahu akibatnya," jelas Arthur dengan dingin.

Kasih menghela napas pendek, dia sudah membaca isi kontrak yang Arthur ajukan padanya. "Tapi jika saya tidak bisa melahirkan anak laki-laki, bagaimana?"

"Seumur hidup kamu harus melayaniku!" balas Arthura tanpa rasa belas kasihan.

"Jika anak itu anak perempuan? Jadi, jika saya hamil dan ternyata jenis kelaminnya perempuan. Apa yang akan Pak Arthur lakukan?"

"Aku akan mengurusnya, tapi kamu tetap harus melayaniku," jawab Arthur tanpa ragu.

"Oke. Saya sudah paham apa isi perjanjian kontrak ini. Saya boleh mengajukan satu syarat?" tanya Kasih dengan mantap.

"Syarat?" tanya Arthur, keningnya berkerut. "Semua yang aku tawarkan padamu itu kurang?"

Kasih menggeleng. "Bukan masalah itu yang saya permasalahkan, saya hanya ingin punya waktu sehari untuk dunia saya, dan juga saya tidak mau berhenti bekerja, saya masih ingin bekerja di perusahaan ini."

"Kenapa kamu masih mau capek bekerja? Fasilitas yang aku tawarkan bahkan setara dengan sepuluh kali lipat dari gajimu, kamu tinggal duduk manis dan belilah barang yang kamu suka tanpa harus bekerja," tawar Arthur.

"Saya bukan wanita seperti itu, Pak. Simpan saja kartu kredit ini karena saya tidak membutuhkannya," balas Kasih, menyimpan kartu berwarna hitam itu di atas meja. "Saya sudah menandatangani, dan saya menyanggupi syarat yang Pak Arthur ajukan, saya hanya minta satu hari untuk dunia saya sendiri, dan saya mohon untuk beberapa hari boleh saya tinggal dengan adik saya? Saya ingin menghabiskan waktu saya bersamanya sebelum Zayn berangkat ke Singapura."

"Kamu tidak membutuhkannya? Kamu sengaja memakai cara seperti ini agar aku tertarik padamu? Trik kamu ini sudah basi! Aku tidak akan mudah tertipu karena wanita sepertimu memang punya banyak akal untuk menggoda pria," sindir Arthur.

Kasih tersenyum miring. "Saya tidak peduli dengan penilaian Bapak terhadap saya karena saya tidak butuh." Wanita itu langsung beranjak dari kursinya. "Terima kasih karena Pak Arthur sudah menetapi janji Bapak untuk membebaskan Zayn dan membalas perbuatan mereka yang memfitnah Zayn, saya juga sangat berterima kasih karena Bapak sudah mengabulkan mimpi Zayn untuk melanjutkan studi di sekolah impiannya, saya pastikan kerja sama di antara kita saling menguntungkan."

"Aku akan memberimu satu hari untuk duniamu asal kamu harus ingat posisimu," balas Arthur.

"Iya. Saya sangat mengerti kalau semua yang ada dalam diri saya adalah milik Pak Arthur sampai saya bisa melahirkan anak laki-laki untuk Bapak," balas Kasih, menghadapinya dengan tekad yang tak tergoyahkan.

Wanita itu langsung pergi meninggalkan Arthur seorang diri. Arthur menatap black card yang ada di atas meja, dia pun tersenyum tipis. “Kamu memang Kasih yang aku kenal,” gumamnya.

Pintu ruangan diketuk dan dibalik pintu muncul Wily berjalan menghampiri Arthur yang masih mematung.

"Tuan, nanti malam Tuan Albert ingin bertemu dengan Anda, dan pertemuan nanti jangan sampai Nyonya Rose tahu," ucap Wily dengan sopan.

"Si tua itu pasti sedang menjilatku kali ini!" tukas Arhur. "Baiklah atur waktu untuk bertemu dengan si tua Bangka itu, dan besok pagi kamu carikan penthouse yang mewah untuk Kasih."

"Baik, Tuan," balas Wily.

"Rose… dia masih berada di Tokyo?"

"Iya. Nyonya masih berada di Tokyo untuk syuting iklan terbaru, dan menurut Steve, Nyonya di sana menyulitkan para staf, bahkan ada salah satu staf yang harus dilarikan ke rumah sakit karena Nyonya Rose mendorongnya terlalu keras sampai staf wanita itu terjatuh ke kolam renang, staf wanita itu tidak bisa berenang," jawab Wily.

"Jangan sampai sikap buruk Rose diketahui publik karena reputasiku bisa rusak karenanya."

"Iya, Tuan. Saya jamin tidak ada yang berani menyebarkan sikap buruk Nyonya Rose pada publik karena mereka tahu siapa Tuan."

"Good! Aku suka cara kamu mengatasi masalah wanita itu dengan baik," puji Arthur.

"Saya memang sudah seharusnya melakukan hal yang terbaik untuk Tuan," balas Wily.

Arthur mengangguk. "Bagus! Sekarang kamu boleh pergi, dan jangan lupa sore nanti urus mereka yang membuat Zayn masuk penjara."

"Baik, Tuan. Saya pamit undur diri."

***

Di Rumah Sakit Medika Utama…

"Sekarang sudah bisa makan, kan?" tanya Kasih, mencoba menenangkan diri setelah berbagai peristiwa yang menimpa adiknya.

"Iya, Kak. Sekarang Zayn sudah bisa menikmati makanan, dan Zayn bisa sembuh karena akhirnya Kakak bisa mengeluarkan Zayn dari penjara. Zayn bersyukur karena Kakak sudah berusaha mati-matian mengeluarkan Zayn dari sana. Terima kasih, Kak," balas Zayn dengan rasa terharu dan rasa syukur yang sulit diungkapkan.

"Kamu bisa ke luar karena kamu tidak bersalah, Zayn. Kakak sudah bilang sama kamu kalau kamu pasti langsung ke luar dari tempat itu," ucap Kasih, merasakan kelegaan yang mendalam.

"Kakak selalu melakukan hal yang terbaik untuk Zayn selama ini. Kakak bahkan mengorbankan masa depan Kakak untuk mengurus Zayn. Zayn sudah berusia 15 tahun, tapi selalu menyusahkan Kakak. Maafkan Zayn karena belum bisa membanggakan Kakak," ungkap Zayn, mencoba menyiratkan penyesalan dan rasa bersalah.

"Kamu tak pernah menyusahkan Kakak. Kakak juga tidak pernah mengorbankan kebahagiaan Kakak. Justru Kakak bahagia karena masih ada kamu yang menemani Kakak. Di dunia ini Kakak nggak punya siapa-siapa. Kamu janji, kan mau terus berada di sisi Kakak?" Kasih mencoba menyampaikan kehangatan dan kasih sayangnya pada adiknya.

Zayn mengangguk. "Zayn bahkan akan membuat Kakak bangga dan nanti kalau Zayn sudah bisa bekerja dan mencari uang, Zayn lah yang akan menjaga dan membahagiakan Kakak," janji Zayn dengan tekad yang bulat.

"Tumbuh lah dewasa dan berbahagia, Zayn. Kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan Kakak. Kalau kamu mau melihat Kakak bahagia, kamu juga harus bahagia," tambah Kasih, berusaha memberikan semangat kepada adiknya.

"Kak…" Zayn ragu sejenak sebelum melanjutkan.

"Iya?" tanya Kasih.

"Masalah Kak Bryan…" Zayn mencoba membuka percakapan yang terkadang masih mengejutkan Kasih.

Kasih tersenyum samar, mengetahui bahwa Zayn masih menyalahkan dirinya sendiri atas kandasnya hubungannya dengan Bryan. "Zayn, jangan dibahas lagi, ya! Itu masa lalu, dan yang lalu biarlah berlalu. Lebih baik untuk saat ini kita bahas masa sekarang dan masa depan ya!"

"Tapi gara-gara Zayn, Kakak dan Kak Bryan tidak jadi menikah, padahal Kakak sudah bermimpi untuk menikah dengannya."

"Itu mimpi yang dulu, dan saat ini menikah dengannya bukanlah mimpi utama Kakak. Kakak juga sudah menerimanya dan Kakak harus bangkit karena rancangan mimpi kita belum tentu adalah hal yang terbaik untuk kita. Mungkin rancangan dari Tuhan yang lebih baik untuk kebahagiaan Kakak nantinya."

"Tetap saja Zayn merasa bersalah, Kak. Alasan keluarga Kak Bryan menolak Kakak karena Zayn. Zayn benar-benar minta maaf," lirih Zayn dengan penuh penyesalan.

Kasih tersenyum. "Kakak biasa saja lho, Zayn. Kakak juga nggak patah hati, kalau nggak jadi nikah dan mereka nggak setuju sama Kakak ya itu artinya Kakak sama Bryan nggak jodoh. Kakak selalu yakin kalau takdir Tuhan itu adalah yang terbaik."

Zayn meraih tangan Kasih dan menatap mata kakaknya dengan penuh makna. "Kakak… Zayn janji nanti akan membanggakan Kakak. Zayn akan belajar yang rajin dan membuktikan pada Kakak kalau Zayn pantas jadi adiknya Kakak. Zayn tidak akan pernah mengecewakan Kakak lagi."

"Kakak hanya ingin melihatmu bahagia, Zayn," balas Kasih dengan penuh cinta dan kehangatan.

Kasih rela melepaskan bahagia dan mimpinya demi masa depan Zayn. Mulai esok, dia akan jadi wanita simpanan Arthur Romeo dan mungkin saat itulah Kasih menyadari bahwa mimpi buruknya belum sepenuhnya dimulai. Yang sebenarnya, esok adalah dimulainya perjuangan Kasih untuk mempertahankan martabat dan kehormatannya, serta melindungi adiknya.

‘Besok adalah dimulainya perjuanganku melawan monster bernama Arthur Romeo. Selamat datang… dalam kenyataan yang pahit!’

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status