***
Kasih menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari kejutan dan amarah yang menyelinap di hatinya. Dia menatap tajam Arthur Romeo, atasannya dan mencoba menyelami maksud dari permintaan yang absurd ini.
"Jadi saya harus jadi simpanan Pak Arthur agar semua hutang ayah saya lunas?" tanya Kasih dengan suara yang bergetar. Dia merasa seperti terjebak dalam sebuah skenario yang tak masuk akal.
Arthur tersenyum sinis, seolah menikmati ketidaknyamanan Kasih. "Oh, ya, itulah yang aku inginkan. Jadi, kamu mau atau tidak?" ucapnya sambil mengangkat sebelah alisnya.
Kasih tak menjawab, ia hanya menatap pria di hadapannya dengan tatapan tak percaya.
"Lalu kamu mau bayar dengan apa hutang pria tua itu? Kamu punya apa?" Arthur melirik Kasih dengan pandangan meremehkan, seakan-akan menilainya dari atas ke bawah.
"Saya bisa bayar, Pak. Kalau perlu nanti gaji saya dipotong tujuh puluh lima persen saja untuk menyicil hutang ayah saya. Saya janji akan bekerja keras, dan saat ini juga saya bekerja paruh waktu agar hutang ayah saya lunas," jawab Kasih dengan mantap, mencoba mempertahankan martabatnya di tengah situasi yang memalukan.
Arthur tersenyum miring, tampaknya menikmati kebingungan Kasih. "Sampai kamu mati pun, hutang ayahmu tidak bisa lunas! Kamu mau membayar sampai tua pun, hutang itu tidak sanggup! Apalagi dengan gajimu yang hanya sebagai staf administrasi."
"Tidak ada yang tidak mungkin soal rezeki, Pak. Siapa tahu nanti saya ada rezeki lain," seru Kasih dengan semangat, berusaha membangun optimisme di tengah ketidakpastian.
"Kamu pikir kamu hidup di dunia dongeng dan berharap ada keajaiban di hidupmu?" Arthur menghentakkan kata-kata itu, seolah mencemooh impian Kasih.
Kasih mematung. Dia tahu betul bahwa membayar hutang ayahnya yang fantastis adalah misi yang hampir tidak mungkin. Ayahnya terjerat hutang senilai 3 miliar, akibat tipu daya rekan kerjanya. Ayahnya, tak mampu menanggung beban finansial, akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Hanya Kasih dan adik lelakinya yang tersisa. Terlebih lagi, saat ini Zayn, adiknya, berada di penjara karena terbukti melakukan pencurian di salah satu butik ternama.
Tapi Kasih yakin bahwa Zayn tidak bersalah. Dia tahu bahwa adiknya dijebak oleh temannya. Zayn bersumpah dan menangis di hadapannya kemarin, membantah fitnah yang menimpanya. Kasih merasa harus mengumpulkan sejumlah uang besar agar bisa membebaskan Zayn dari jeruji besi.
"Kamu ingin adikmu bebas juga, kan?" tanya Arthur, melemparkan kenyataan yang lebih pahit lagi kepada Kasih.
Kedua mata Kasih terbelalak mendengar kata-kata Arthur
"Adikmu masuk ke penjara karena mengutil dan dia pun dikeluarkan dari sekolahnya dan dianggap sebagai kriminal. Dia pun terancam tidak akan pernah bisa masuk ke sekolah manapun! Jadi, saat adikmu nanti keluar dari penjara pun, dia tetap tidak akan diterima di sekolah mana pun," ujar Arthur dengan nada mengejek.
"Bapak tahu dari mana?" tanya Kasih, matanya mencoba menembus misteri di balik kata-kata pria itu. Dia masih terkejut karena Arthur tahu begitu banyak.
"Bagiku sangat mudah mendapatkan informasi apapun di dunia ini, Kasih," jawab Arthur dengan angkuh. "Aku hanya menawarkan satu kali kesempatan padamu. Jika kamu menolaknya, hidupmu akan kukacaukan karena berani menolak permintaan dariku. Jika kamu menerima untuk jadi wanita simpananku, semua hutang ayahmu lunas, adikmu akan terbebas dari penjara, dan dia akan mendapatkan sekolah yang terbaik. Kamu pun bisa mendapatkan apapun yang kamu mau. Kamu tidak perlu pusing-pusing memikirkan pekerjaan siang dan malam. Kamu cukup duduk manis dan jadi lah wanitaku! Jika kamu bersikap manis dan patuh, aku akan memberimu banyak kenikmatan dunia yang semua wanita lain dambakan!"
Kasih termenung, tidak tertarik dengan harta dan fasilitas mewah yang Arthur tawarkan. Kasih memang berbeda, tidak pernah bermimpi jadi wanita yang seperti teman-temannya yang suka berfoya-foya. Mungkin hanya Kasih, satu-satunya manusia kutub yang tidak pernah menginjakkan kaki ke pesta mewah, diskotik, atau tempat hits lainnya. Kasih hanya sibuk bekerja dan mencari uang, hanya meminta satu hal pada Tuhan, yaitu kesehatan agar bisa terus bekerja tanpa lelah.
"Aku tunggu jawabanmu besok malam. Aku masih berbaik hati menunggu jawaban dari kamu, Kasih," ucap Arthur dengan nada menggoda dan serangai yang menakutkan.
"Bapak saat ini sedang tidak mabuk, kan?" tanya Kasih, mencoba mengorek informasi lebih lanjut.
"Kenapa?" tanya Arthur, mendengar pertanyaan Kasih yang tak terduga.
"Bapak sadar bicara seperti ini pada saya?" Kasih bertanya polos.
Wajah Arthur memerah, kaget melihat keberanian Kasih yang bertanya seolah tanpa dosa. Seharusnya ia marah, tapi entah kenapa hatinya malah ingin tertawa melihat wajah polos Kasih, wanita itu tetap sama seperti sepuluh tahun yang lalu.
‘Kasih, kamu ternyata tidak berubah. Hanya saja satu hal yang berubah, yaitu kamu melupakanku dan tak lagi mengingatku,’ batin Arthur dalam hatinya.
"Kenapa kamu mengatakan aku tidak sadar, Ha?" Arthur menatap Kasih dengan tatapan tajam.
Kasih menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan kegelisahan yang memenuhi dadanya. ‘Hidupku kenapa semakin rumit begini?’ gumamnya sendiri, sambil merenungkan langkah-langkah berliku yang telah membawanya ke dalam pertarungan antara prinsip dan kebutuhan hidup.
"Saya pikir Bapak sedang mabuk dan tidak sadar meminta saya jadi wanita simpanan Bapak barusan," balas Kasih dengan penuh keberanian, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.
"Aku sadar, Kasih," ucap Arthur dengan serius, meski senyumnya tidak sepenuhnya hilang dari wajahnya.
"Bapak kenapa melakukan hal terlarang ini? Bapak meminta saya untuk jadi wanita simpanan Bapak. Bapak tidak memikirkan perasaan istri Bapak? Anak Bapa atau keluarga Bapak lainnya? Selingkuh itu dosa, Pak!" Kasih mengungkapkan kekecewaan dan keputusasaannya dalam bentuk pertanyaan yang tajam.
"Jangan berkhutbah padaku, Kasih! Aku tidak butuh nasehat dari siapapun terlebih kamu!" jawab Arthur dengan nada geram, mengisyaratkan bahwa ia tidak akan menerima teguran dari siapapun.
"Saya tahu, Pak. Tapi saya tidak mau berbuat dosa dengan jadi wanita simpanan suami orang. Saya tidak mau menyakiti hati sesama wanita. Kalau saya ada di posisi istri Bapak, mungkin saya akan terluka jika tahu suami saya selingkuh," ungkap Kasih dengan suara yang tetap tegar, meski hatinya terkoyak oleh situasi sulit yang dihadapinya.
Arthur tertawa keras, menciptakan sebuah dentuman yang mengisi ruangan. "Rose dan kamu berbeda, kenapa kamu lancang sekali membandingkan dirimu yang rendahan dengan wanita terhormat seperti Rose?"
Kasih tersenyum tipis. "Karena alasan itu saya menolak permintaan Pak Arthur. Saya itu tidak sebanding dan juga tidak layak walau hanya untuk jadi wanita simpanan Bapak. Saya hanya wanita kampung yang tidak punya daya tarik. Jadi, Bapak salah orang, lebih baik Pak Arthur mencari wanita yang lebih pantas."
"Aku maunya kamu! Kamu jangan menolak!" tegur Arthur dengan nada tegas, mencoba menekankan keinginannya.
"Kenapa harus saya, Pak? Bukankah saya bukan tipe wanita ideal Pak Arthur?" Kasih mempertanyakan dengan tegas, mencoba membangun pertahanan terakhirnya.
Arthur tersenyum miring. Pria itu berjalan menghampiri Kasih dan mengangkat dagu Kasih, menatap kedua bola mata wanita itu tajam. "Justru karena kamu bukan tipe wanita yang aku suka, jadi aku tidak akan pernah melibatkan perasaanku nanti. Aku hanya akan bermain-main dengan kamu dan juga tubuhmu nanti. Setelah aku bosan, aku bisa membuangmu."
Plak!
Kasih memberikan tamparan sekuat tenaga pada pipi Arthur. Wajahnya memerah karena amarah yang membara. "Tubuhku ini adalah milikku! Jika ada seseorang yang menyentuh tubuhku ini, lebih baik aku mati!" pekik Kasih dengan keberanian yang tak terduga. Tanpa memberikan kesempatan Arthur berkomentar lebih lanjut, Kasih langsung pergi meninggalkan pria itu yang terdiam dan terkejut.
Arthur memegang pipinya yang sedikit perih, namun senyum kepuasan masih melekat di wajahnya. "Lumayan perih tamparan dia, bagaimana nanti jika dia kutarik ke atas ranjangku? Pasti dia lebih garang," ucapnya bermonolog.
Arthur segera menghubungi seseorang dan memberi instruksi untuk memberikan pelajaran pada adik Kasih yang saat ini berada di dalam penjara.
"Kamu tidak akan bisa pergi dariku, Kasih! Kamu tidak akan bisa menolakku. Aku yakin kamu akan kembali dan memohon padaku agar kamu mau menerim tawaran ini! Tamparan darimu ini nanti akan kamu bayar mahal! Aku tidak akan pernah membuatmu bisa bernapas sedikit pun! Kamu pasti jatuh dalam pelukanku! Sepuluh tahun sudah cukup bagiku!”
***
***Kasih menghela napas dalam-dalam, mengejar setiap detik waktu yang semakin berlalu cepat saat dia tahu adiknya, Zayn, masuk ke rumah sakit. Hatinya terasa berkecamuk, dipenuhi kegelisahan karena belum mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami oleh adiknya. Ketika tiba di rumah sakit, seorang pegawai lapas menghampirinya, memperkenalkan diri sebagai Hafid."Mbak Kasih, ya?" tanya Hafid dengan penuh perhatian."Iya, Pak. Saya Kasih, kakaknya Zayn," balas Kasih dengan wajah cemas."Saya Hafid, petugas lapas yang ditugaskan untuk menjaga Zayn," ucap Hafid memperkenalkan diri.Terima kasih sudah menjaga adik saya, Pak," kata Kasih dengan senyuman lemah. "Zayn kenapa bisa masuk rumah sakit, ya? Dia sakit apa?""Zayn tidak sakit apa-apa, Mbak," jawab Hafid dengan ekspresi serius.Kening Kasih mengernyit. "Lalu, kenapa Zayn bisa masuk dan dirawat di rumah sakit?""Saya tidak tahu kenapa alasan pastinya apa, saya sudah menemukan Zayn bersimbah darah dan tergeletak karena dihajar oleh taha
***Kasih menatap tajam Arthur, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari bibir pria itu. "Jadi Bapak ingin saya melahirkan seorang anak?" tanya Kasih, mencoba memastikan kesimpulan yang telah terlintas dalam pikirannya."Iya. Aku butuh seorang ahli waris, kamu juga tahu kalau sampai saat ini aku belum mempunyai anak," jawab Arthur dengan lugas.Kasih merasa dadanya sesak mendengar jawaban itu. "Jadi isi kontrak itu setelah saya melahirkan anak laki-laki, maka kontrak itu akan berakhir?""Iya. Kontrak akan berakhir selama kamu bisa memberikanku anak laki-laki, aku akan menjamin hidupmu, dan kamu tidak boleh mengakui anakmu nanti, jika kamu melanggarnya kamu juga tahu akibatnya," jelas Arthur dengan dingin.Kasih menghela napas pendek, dia sudah membaca isi kontrak yang Arthur ajukan padanya. "Tapi jika saya tidak bisa melahirkan anak laki-laki, bagaimana?""Seumur hidup kamu harus melayaniku!" balas Arthura tanpa rasa belas kasihan."Jika anak itu anak perempuan? Jadi, jika saya h
***Kasih merasa lega karena hari ini akhirnya bisa melepaskan Zayn untuk mewujudkan impiannya belajar di Singapura, di sekolah impian yang selalu menjadi cita-cita adiknya. Dia menatap rumah sederhana yang dulu penuh dengan kenangan manis bersama keluarganya. Meskipun tersenyum, namun hati Zakia terasa robek lagi, teringat akan kehilangan orang tua yang membawa kebahagiaan mereka hilang. Kehilangan itu membuat Zakia merasa seolah-olah kebahagiaan dalam hidupnya terhenti begitu saja."Jangan lemah lagi kamu, Kasih! Kamu ini harus menatap ke depan, jangan terus berdiam karena luka, dan jadi pecundang," ucap Kasih pada dirinya sendiri sambil mengelap air matanya. Harga diri keluarganya selama ini diinjak-injak, dan dia tidak ingin terus menjadi pecundang seperti yang selama ini diinginkan oleh orang-orang di sekitarnya. Keberanian dan tekadnya membuat Kasih bertekad untuk melawan.Kasih membuka pintu rumah dan terkejut melihat Alice, sosok wanita yang dulu merupakan sahabatnya, menatapn
***"Kasih, kamu kenapa harus pindah kost segala sih? Kan rumah kamu juga itu dikontrakkan sama orang, Zayn juga sudah pergi ke Singapura. Jadi, mending kamu di sini saja sama aku dan mama," ucap Echa.“Aku tidak mau merepotkan kamu dan mamamu,” balas Kasih.Echa menghela napas panjang. "Kamu baik-baik saja, kan?""Tentu saja aku baik-baik saja, buktinya kita bisa ngobrol berdua begini," jawab Kasih."Akhir-akhir ini kamu selalu pulang malam, Kasih. Kamu bahkan sulit aku hubungi, aku khawatir karena tidak biasanya kamu tidak memberi kabar begini.""Aku memang sibuk menyiapkan study Zayn, jadi nggak sempat kasih kabar ke kamu karena terlalu letih," balas Kasih menjelaskan."Syukur kalau kamu baik-baik saja. Aku harap kamu dan Zayn selalu bahagia ya! Aku lega karena Zayn akhirnya bisa mewujudkan mimpinya bersekolah ke Singapura. Aku ingin nanti kalau ada apa-apa atau kamu butuh bantuan, kamu jangan sungkan bilang sama aku atau mama ya!""Itu pasti, Cha. Kalau ada apa-apa aku memang sela
***Kasih terus membiarkan air shower mengalir menyiram tubuhnya. Semalam merupakan malam yang paling kelam dalam hidupnya. Bunga kehidupannya layu, membuat wanita itu merasa tak berharga. Air matanya bercucuran, menetes bersama rasa sesal yang mendalam. Bagaimana mungkin dia mengingkari janji suci yang pernah diikrarkan kepada mendiang ibunya? Pada saat itu, Kasih bersumpah untuk menjaga kehormatannya untuk suami masa depannya, bukan untuk suami yang hanya menjalin ikatan pernikahan hingga melahirkan anak laki-laki.Tiba-tiba, Kasih memutus aliran air shower, membungkus tubuhnya dengan kimono handuk. Tubuhnya terasa sakit, dan rasa pedih melanda bagian inti tubuhnya.Dengan pandangan tajam, Kasih duduk di depan cermin rias, tertawa dengan kepahitan. Gelak tawa itu terdengar menusuk hati, meremehkan dirinya yang telah terhina."Kasih Cynthia, kau sudah kehilangan hargamu! Tidak layak dicintai oleh pria mana pun karena kau kotor," ucap wanita itu pada diri
"Kasih, kamu cantik sekali," puji Nimas."Aku harus mengubah penampilanku, Mbak. Aku harus ke luar dari zona nyaman," balas Kasih."Iya, kamu harus tunjukan ke orang-orang kalau Kasih yang dulu dan sekarang berbeda," tukas Nimas. "Mbak lega karena kamu bangkit dari rasa putus asamu dan tidak terlalu larut dalam kesedihan.""Terima kasih ya, Mbak. Di perusahaan ini, hanya Mbak Nimas lah yang masih mau bicara, dan berteman denganku. Mereka semua mendadak menjauhiku setelah mengetahui kalau aku jadi personal assistant-nya Pak Arthur.""Mbak masih tetap begini, dan tidak ada yang berubah dari persahabatan kita di perusahaan ini," ucap Nimas tersenyum. "Mereka hanya iri karena hanya kamu lah satu-satunya wanita yang bisa jadi asisten pribadinya, semua pasti tahu bagaimana sikap Pak Arthur yang dingin pada para wanita, bahkan kalau beliau tidak suka, dia akan menatap dengan tajam. Banyak staff wanita yang menangis karenanya. Mereka kaget karena anak baru mampu
***Kasih menghela napas panjang setelah membaca pesan dari salah satu kerabatnya yang mendadak menghubunginya. Padahal saat kemarin keluarganya terpuruk dan ia meminta bantuan tidak ada satu pun yang mau membantunya. Bahkan mereka tidak mau kenal sama sekali dengannya atau pun Zayn. Semua saudaranya yang masih ada pertalian darah tidak sudi menganggapnya dan adiknya. Tapi kenapa saat ini mereka semua mendadak sok baik dan mengajaknya bertemu? Apa karena saat ini Zayn sudah pergi ke Singapura dan dia sudah menjadi asisten pribadi sang jutawan terkenal, mereka semua seolah menganggap keberadaan dirinya?"Manusia kenapa bisa sejahat itu?" tanya Kasih pada dirinya sendiri dengan pelan."Manusia memang mempunyai sisi yang jahat, Kasih," timpal Arthur."Termasuk kamu, bukan?" sindir Kasih.Arthur tertawa mengejek. "Kamu juga mempunyai sisi jahat, kamu ingin merebut perusahaan yang ayahmu rintis dan membuat mereka menderita. Jadi tidak ada ma
***Kasih terpesona oleh keindahan gemerlap lampu warna-warni yang memenuhi malam di Paris. Menara Eiffel bersinar indah seperti ratapan cinta yang tak terucapkan. Arthur, atasan Kasih, mengajaknya menikmati keindahan tersebut dengan cara yang tak terduga. Meskipun seharusnya Kasih tidak bisa menikmati kesempatan ini, Arthur membuat pengecualian untuknya."Sangat cantik, bukan?" gumam Kasih tanpa bisa menahan kagumnya.Arthur, yang sedari tadi memandanginya, tersenyum puas. "Paris selalu memiliki daya tariknya, dan melihatmu menikmati ini membuat semuanya semakin istimewa,” batinnya dalam hati.Mereka duduk di balkon kamar hotel mewah Arthur yang memiliki pemandangan langsung ke Menara Eiffel. Kasih merasa seperti bintang-bintang Hollywood yang menikmati kemewahan eksklusif.Kasih menatap menara Eiffel tanpa henti yang malam ini dihiasi lampu warna-warni yang terlihat megah. Zakia tidak menyangka kalau sekarang