Share

Wanita Masa lalu SANG CEO
Wanita Masa lalu SANG CEO
Penulis: ISMI

1. Tawaran menjadi Wanita Simpanan

***

Kasih menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari kejutan dan amarah yang menyelinap di hatinya. Dia menatap tajam Arthur Romeo, atasannya dan mencoba menyelami maksud dari permintaan yang absurd ini.

"Jadi saya harus jadi simpanan Pak Arthur agar semua hutang ayah saya lunas?" tanya Kasih dengan suara yang bergetar. Dia merasa seperti terjebak dalam sebuah skenario yang tak masuk akal.

Arthur tersenyum sinis, seolah menikmati ketidaknyamanan Kasih. "Oh, ya, itulah yang aku inginkan. Jadi, kamu mau atau tidak?" ucapnya sambil mengangkat sebelah alisnya.

Kasih tak menjawab, ia hanya menatap pria di hadapannya dengan tatapan tak percaya.

"Lalu kamu mau bayar dengan apa hutang pria tua itu? Kamu punya apa?" Arthur melirik Kasih dengan pandangan meremehkan, seakan-akan menilainya dari atas ke bawah.

"Saya bisa bayar, Pak. Kalau perlu nanti gaji saya dipotong tujuh puluh lima persen saja untuk menyicil hutang ayah saya. Saya janji akan bekerja keras, dan saat ini juga saya bekerja paruh waktu agar hutang ayah saya lunas," jawab Kasih dengan mantap, mencoba mempertahankan martabatnya di tengah situasi yang memalukan.

Arthur tersenyum miring, tampaknya menikmati kebingungan Kasih. "Sampai kamu mati pun, hutang ayahmu tidak bisa lunas! Kamu mau membayar sampai tua pun, hutang itu tidak sanggup! Apalagi dengan gajimu yang hanya sebagai staf administrasi."

"Tidak ada yang tidak mungkin soal rezeki, Pak. Siapa tahu nanti saya ada rezeki lain," seru Kasih dengan semangat, berusaha membangun optimisme di tengah ketidakpastian.

"Kamu pikir kamu hidup di dunia dongeng dan berharap ada keajaiban di hidupmu?" Arthur menghentakkan kata-kata itu, seolah mencemooh impian Kasih.

Kasih mematung. Dia tahu betul bahwa membayar hutang ayahnya yang fantastis adalah misi yang hampir tidak mungkin. Ayahnya terjerat hutang senilai 3 miliar, akibat tipu daya rekan kerjanya. Ayahnya, tak mampu menanggung beban finansial, akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Hanya Kasih dan adik lelakinya yang tersisa. Terlebih lagi, saat ini Zayn, adiknya, berada di penjara karena terbukti melakukan pencurian di salah satu butik ternama.

Tapi Kasih yakin bahwa Zayn tidak bersalah. Dia tahu bahwa adiknya dijebak oleh temannya. Zayn bersumpah dan menangis di hadapannya kemarin, membantah fitnah yang menimpanya. Kasih merasa harus mengumpulkan sejumlah uang besar agar bisa membebaskan Zayn dari jeruji besi.

"Kamu ingin adikmu bebas juga, kan?" tanya Arthur, melemparkan kenyataan yang lebih pahit lagi kepada Kasih.

Kedua mata Kasih terbelalak mendengar kata-kata Arthur

"Adikmu masuk ke penjara karena mengutil dan dia pun dikeluarkan dari sekolahnya dan dianggap sebagai kriminal. Dia pun terancam tidak akan pernah bisa masuk ke sekolah manapun! Jadi, saat adikmu nanti keluar dari penjara pun, dia tetap tidak akan diterima di sekolah mana pun," ujar Arthur dengan nada mengejek.

"Bapak tahu dari mana?" tanya Kasih, matanya mencoba menembus misteri di balik kata-kata pria itu. Dia masih terkejut karena Arthur tahu begitu banyak.

"Bagiku sangat mudah mendapatkan informasi apapun di dunia ini, Kasih," jawab Arthur dengan angkuh. "Aku hanya menawarkan satu kali kesempatan padamu. Jika kamu menolaknya, hidupmu akan kukacaukan karena berani menolak permintaan dariku. Jika kamu menerima untuk jadi wanita simpananku, semua hutang ayahmu lunas, adikmu akan terbebas dari penjara, dan dia akan mendapatkan sekolah yang terbaik. Kamu pun bisa mendapatkan apapun yang kamu mau. Kamu tidak perlu pusing-pusing memikirkan pekerjaan siang dan malam. Kamu cukup duduk manis dan jadi lah wanitaku! Jika kamu bersikap manis dan patuh, aku akan memberimu banyak kenikmatan dunia yang semua wanita lain dambakan!"

Kasih termenung, tidak tertarik dengan harta dan fasilitas mewah yang Arthur tawarkan. Kasih memang berbeda, tidak pernah bermimpi jadi wanita yang seperti teman-temannya yang suka berfoya-foya. Mungkin hanya Kasih, satu-satunya manusia kutub yang tidak pernah menginjakkan kaki ke pesta mewah, diskotik, atau tempat hits lainnya. Kasih hanya sibuk bekerja dan mencari uang, hanya meminta satu hal pada Tuhan, yaitu kesehatan agar bisa terus bekerja tanpa lelah.

"Aku tunggu jawabanmu besok malam. Aku masih berbaik hati menunggu jawaban dari kamu, Kasih," ucap Arthur dengan nada menggoda dan serangai yang menakutkan.

"Bapak saat ini sedang tidak mabuk, kan?" tanya Kasih, mencoba mengorek informasi lebih lanjut.

"Kenapa?" tanya Arthur, mendengar pertanyaan Kasih yang tak terduga.

"Bapak sadar bicara seperti ini pada saya?" Kasih bertanya polos.

Wajah Arthur memerah, kaget melihat keberanian Kasih yang bertanya seolah tanpa dosa. Seharusnya ia marah, tapi entah kenapa hatinya malah ingin tertawa melihat wajah polos Kasih, wanita itu tetap sama seperti sepuluh tahun yang lalu.

‘Kasih, kamu ternyata tidak berubah. Hanya saja satu hal yang berubah, yaitu kamu melupakanku dan tak lagi mengingatku,’ batin Arthur dalam hatinya.

"Kenapa kamu mengatakan aku tidak sadar, Ha?" Arthur menatap Kasih dengan tatapan tajam.

Kasih menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan kegelisahan yang memenuhi dadanya. ‘Hidupku kenapa semakin rumit begini?’ gumamnya sendiri, sambil merenungkan langkah-langkah berliku yang telah membawanya ke dalam pertarungan antara prinsip dan kebutuhan hidup.

"Saya pikir Bapak sedang mabuk dan tidak sadar meminta saya jadi wanita simpanan Bapak barusan," balas Kasih dengan penuh keberanian, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja.

"Aku sadar, Kasih," ucap Arthur dengan serius, meski senyumnya tidak sepenuhnya hilang dari wajahnya.

"Bapak kenapa melakukan hal terlarang ini? Bapak meminta saya untuk jadi wanita simpanan Bapak. Bapak tidak memikirkan perasaan istri Bapak? Anak Bapa atau keluarga Bapak lainnya? Selingkuh itu dosa, Pak!" Kasih mengungkapkan kekecewaan dan keputusasaannya dalam bentuk pertanyaan yang tajam.

"Jangan berkhutbah padaku, Kasih! Aku tidak butuh nasehat dari siapapun terlebih kamu!" jawab Arthur dengan nada geram, mengisyaratkan bahwa ia tidak akan menerima teguran dari siapapun.

"Saya tahu, Pak. Tapi saya tidak mau berbuat dosa dengan jadi wanita simpanan suami orang. Saya tidak mau menyakiti hati sesama wanita. Kalau saya ada di posisi istri Bapak, mungkin saya akan terluka jika tahu suami saya selingkuh," ungkap Kasih dengan suara yang tetap tegar, meski hatinya terkoyak oleh situasi sulit yang dihadapinya.

Arthur tertawa keras, menciptakan sebuah dentuman yang mengisi ruangan. "Rose dan kamu berbeda, kenapa kamu lancang sekali membandingkan dirimu yang rendahan dengan wanita terhormat seperti Rose?"

Kasih tersenyum tipis. "Karena alasan itu saya menolak permintaan Pak Arthur. Saya itu tidak sebanding dan juga tidak layak walau hanya untuk jadi wanita simpanan Bapak. Saya hanya wanita kampung yang tidak punya daya tarik. Jadi, Bapak salah orang, lebih baik Pak Arthur mencari wanita yang lebih pantas."

"Aku maunya kamu! Kamu jangan menolak!" tegur Arthur dengan nada tegas, mencoba menekankan keinginannya.

"Kenapa harus saya, Pak? Bukankah saya bukan tipe wanita ideal Pak Arthur?" Kasih mempertanyakan dengan tegas, mencoba membangun pertahanan terakhirnya.

Arthur tersenyum miring. Pria itu berjalan menghampiri Kasih dan mengangkat dagu Kasih, menatap kedua bola mata wanita itu tajam. "Justru karena kamu bukan tipe wanita yang aku suka, jadi aku tidak akan pernah melibatkan perasaanku nanti. Aku hanya akan bermain-main dengan kamu dan juga tubuhmu nanti. Setelah aku bosan, aku bisa membuangmu."

Plak!

Kasih memberikan tamparan sekuat tenaga pada pipi Arthur. Wajahnya memerah karena amarah yang membara. "Tubuhku ini adalah milikku! Jika ada seseorang yang menyentuh tubuhku ini, lebih baik aku mati!" pekik Kasih dengan keberanian yang tak terduga. Tanpa memberikan kesempatan Arthur berkomentar lebih lanjut, Kasih langsung pergi meninggalkan pria itu yang terdiam dan terkejut.

Arthur memegang pipinya yang sedikit perih, namun senyum kepuasan masih melekat di wajahnya. "Lumayan perih tamparan dia, bagaimana nanti jika dia kutarik ke atas ranjangku? Pasti dia lebih garang," ucapnya bermonolog.

Arthur segera menghubungi seseorang dan memberi instruksi untuk memberikan pelajaran pada adik Kasih yang saat ini berada di dalam penjara.

"Kamu tidak akan bisa pergi dariku, Kasih! Kamu tidak akan bisa menolakku. Aku yakin kamu akan kembali dan memohon padaku agar kamu mau menerim tawaran ini! Tamparan darimu ini nanti akan kamu bayar mahal! Aku tidak akan pernah membuatmu bisa bernapas sedikit pun!  Kamu pasti jatuh dalam pelukanku! Sepuluh tahun sudah cukup bagiku!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status