Share

4. Luka yang Melahirkan Dendam

***

Kasih merasa lega karena hari ini akhirnya bisa melepaskan Zayn untuk mewujudkan impiannya belajar di Singapura, di sekolah impian yang selalu menjadi cita-cita adiknya. Dia menatap rumah sederhana yang dulu penuh dengan kenangan manis bersama keluarganya. Meskipun tersenyum, namun hati Zakia terasa robek lagi, teringat akan kehilangan orang tua yang membawa kebahagiaan mereka hilang. Kehilangan itu membuat Zakia merasa seolah-olah kebahagiaan dalam hidupnya terhenti begitu saja.

"Jangan lemah lagi kamu, Kasih! Kamu ini harus menatap ke depan, jangan terus berdiam karena luka, dan jadi pecundang," ucap Kasih pada dirinya sendiri sambil mengelap air matanya. Harga diri keluarganya selama ini diinjak-injak, dan dia tidak ingin terus menjadi pecundang seperti yang selama ini diinginkan oleh orang-orang di sekitarnya. Keberanian dan tekadnya membuat Kasih bertekad untuk melawan.

Kasih membuka pintu rumah dan terkejut melihat Alice, sosok wanita yang dulu merupakan sahabatnya, menatapnya dengan tatapan tajam. Kedatangan Alice di rumahnya membuat Kasih bertanya-tanya, mengingat setelah keluarganya bangkrut, semua yang dulu baik pada keluarga mereka tiba-tiba menghilang dari kehidupan mereka.

"Ada perlu apa lagi kamu datang ke rumahku?" tanya Kasih datar, mencoba menyembunyikan perasaannya.

"Aku tidak pernah sudi menginjakan kakiku di gubuk miskin ini! Melihat dan bicara denganmu saja aku jijik," balas Alice dengan angkuh.

Kasih tersenyum sinis. "Kalau kamu jijik, kamu bisa pergi detik ini! Gubuk miskin ini terlalu banyak kuman."

"Aku ke sini hanya ingin memperingatkanmu agar kamu menjauhi Bryan! Saat ini Bryan adalah calon suamiku, dan kami akan segera menikah! Jangan dekati dia lagi! Kamu dan Bryan tidak sebanding, jangan bermimpi untuk menjadi ratu lagi!" ucap Alice dengan wajah kesal.

Kasih tersenyum lagi, kali ini senyum untuk menertawakan kebodohan Alice. "Alice… aku tidak pernah menganggap diriku ratu atau bermimpi jadi ratu, bukankah yang sangat terobsesi jadi ratu itu kamu? Aku ingat kalau sejak dulu, saat kita duduk di bangku menengah pertama, kamu lah yang bermimpi menjadi kekasih Bryan, bukan? Nah, saat ini semua mimpimu sudah terwujud, kamu harusnya bisa tenang dan hidup tanpa rasa khawatir lagi. Tapi… kenapa kamu malah takut denganku? Salahku apa? Bukankah katamu, aku ini tidak layak bersaing denganmu?"

Alice semakin kesal, dia tidak mau cinta pertama Bryan bersemi kembali dan pada akhirnya mencampakkannya. Pada akhirnya, dia menampar Kasih dengan keras. "Itu adalah peringatan dariku! Jika kamu masih menggoda Bryan dan ingin menarik perhatiannya lagi, maka bukan hanya tamparan itu saja yang akan kamu terima! Adikmu bahkan bisa membusuk di penjara!"

Kasih terkejut mendengar ucapan dari Alice. "Jadi Zayn masuk penjara karena ulahmu?"

Alice tertawa puas. "Iya. Aku yang membuat adikmu menderita di penjara. Aku kesal karena kamu dan Bryan bertemu setelah kami bertunangan. Kamu sengaja menggoda Bryan! Aku tidak main-main dengan ancamanku, Kasih! Aku akan membuat hidupmu semakin menderita kalau kamu membuatku marah!"

PLAK!

Kasih menampar balik Alice, raut wajahnya pun memancarkan amarah luar biasa. "Itu tamparan karena kamu membuat Zayn menderita! Jika kamu melakukannya lagi, aku lah yang akan membuat hidupmu menderita! Jika kamu mencoba mengusikku dan adikku, aku bisa saja menarik Bryan dan mengacaukan pernikahanmu," ancamnya dengan senyum yang sinis.

Alice terbelalak, dia tidak menyangka kalau Kasih saat ini tidak pasrah dan tidak diam lagi. "Jangan sombong kamu, Kia! Saat ini kamu hanya gadis miskin yang tidak punya apa-apa lagi, kamu sudah tidak punya kuasa apa-apa lagi. Saat ini uang lah yang berbicara, kamu tidak akan pernah mampu membuatku hancur! Jadi, kamu lah yang harus hati-hati denganku!"

Kasih tersenyum miring. "Ya… aku memang miskin dan tidak punya kuasa apapun, tapi kenapa gadis miskin ini bisa membuat adiknya bebas dari penjara? Dan juga kenapa gadis miskin ini bisa membuat adiknya bersekolah ke luar negeri? Kamu mau tahu tidak rahasiannya?"

"A-apa? Zayn sudah bebas dari penjara?" pekik Alice terkejut.

"Ya ampun! Nona manja tidak tahu beritanya? Kok bisa sih?"

"Kamu pasti bohong! Aku tidak percaya karena Zayn tidak bisa ke luar dari penjara kalau tidak ada jaminan!" balas Alice.

Kasih tertawa lagi. "Kamu bisa cek lagi, Sayang. Apa gadis miskin ini berkata bohong pada ratu penggoda?"

Amarah di wajah Alice semakin mencuat, menguasai setiap pori tubuhnya. Dia memiliki keinginan untuk menampar Kasih sekali lagi, tetapi kejadian tak terduga terjadi. Kasih, dengan kekuatan yang tidak terduga, mampu menahan lengannya yang marah.

"Mulai detik ini, aku tidak akan membiarkan tangan kotormu itu menyentuhku!" ucap Kasih dengan suara yang menggetarkan udara di sekitarnya. "Enyahlah dari hadapanku, ratu penggoda!" tambahnya dengan suara penuh ketegasan, sambil mendorong tubuh Alice kasar ke belakang. Luka-luka yang tertanam di hati Kasih memunculkan dendam besar yang membara di dalam dirinya.

Tubuh Alice terjerembab ke tanah, tersungkur dan terluka oleh perlakuan kasar yang dia terima. Meski dalam keadaan terjatuh, niat balas dendam masih membara di matanya. Namun, hatinya merasa takut melihat tatapan tajam yang dipancarkan oleh Kasih, seolah-olah singa ingin menerkamnya.

'Apa benar Zayn bisa bebas dari penjara? Siapa orang berkuasa yang ada di balik kebebasan Zayn?' tanyanya dalam hati, sementara tubuhnya masih terasa terduduk di tanah. Rasa penasaran dan ketakutan bercampur aduk di benak Alice, menciptakan kebingungan dan kegelisahan yang mendalam.

Kasih melangkah maju, masih memandang Alice dengan ekspresi tegas. "Kamu pikir kamu bisa merusak hidup adikku dan menghindar dari konsekuensinya? Kamu sangat salah, Alice. Aku akan memastikan keadilan tercapai, tak peduli siapa pun yang berusaha menghalangi."

Alice mencoba untuk bangkit, meskipun tubuhnya terasa berat. Dia memandang Kasih dengan sorot mata yang penuh ketidaksetujuan, namun di dalam hatinya, kebingungan semakin menggelayut. "Siapa yang bisa memberikan kebebasan pada Zayn? Dan kenapa kamu begitu yakin bisa mengejar keadilan?"

Kasih tersenyum sinis. "Kamu tidak perlu tahu segalanya. Yang penting, kebenaran akan terungkap. Tapi ingat, kau harus membayar atas segala perbuatmu, Alice. Aku tidak akan membiarkanmu bebas begitu saja."

Alice mencoba merangkak berdiri, mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya. "Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau belum tahu siapa yang sebenarnya memegang kendali di sini."

Kasih tertawa pahit. "Kita akan lihat nanti. Aku yakin kebenaran akan muncul pada waktunya. Dan kalau ada yang harus berhenti, itu pasti bukan aku."

Alice terdiam dan Kasih langsung menutup pintu rumahnya dengan kasar di depan wanita itu.

***

Arthur melihat perubahan yang Kasih lakukan pada kontrak dengan serius. Setiap kata dan klausul diukur dengan teliti hingga selesai. "Oke, aku setuju dengan isi perjanjian kontrak ini," ucapnya tanpa ekspresi.

"A-pa? Kamu setuju?" tanya Kasih terkejut, wajahnya mencerminkan campuran kelegaan dan kekhawatiran.

"Kenapa? Kamu mau menambahkan perjanjian baru?" Arthur menatap Kasih dengan tatapan datar.

Kasih menggeleng lemah. "Tapi isi perjanjian yang aku ubah, kamu benar-benar setuju?"

"Kamu hanya meminta penthouse mewah, mobil mewah, dan juga saham di PT. Viva Life saja. Menurutku ini masih dalam tahap normal karena memang wanita itu selalu cinta dengan kemewahan," jawab Arthur sambil tersenyum meremehkan. "Ah… satu lagi! Jika nanti kamu bisa melahirkan pewaris laki-laki untukku, aku akan mengembalikan perusahaan ayahmu itu, dan kamu akan jadi pemiliknya yang sah!"

"Benarkah? Kamu tidak berbohong?" Kasih mencoba memastikan, tatapannya menusuk tajam ke arah Arthur.

"Tidak! Aku adalah pria yang tidak akan melanggar janjiku!" balas Arthur tegas. Tanpa ragu, pria itu langsung menandatangani surat perjanjian itu. "Sekarang kamu yang tanda tangani!"

Kasih mengangguk pelan, dan dengan hati-hati, dia menandatanganinya. Ketegangan di udara semakin terasa saat tinta pena menyentuh kertas, menandakan persetujuan dari keduanya.

"Besok kamu akan dijemput oleh Pink, dia adalah salah satu tangan kananku yang akan mengawasimu dan juga yang akan jadi pengawalmu. Besok dia akan mengantar kamu ke penthouse-ku, dan besok kita akan melakukan pernikahan siri. Besok malam, tubuhmu sudah menjadi milikku!" ujar Arthur dengan nada arogan.

Kasih mematung, hatinya berdebar keras. Besok malam bukan sekadar pernikahan, tetapi dia akan menyerahkan dirinya pada seorang monster. Ia menghela napas dalam untuk menenangkan dirinya. "Oke, besok aku tunggu dia!" ucapnya dengan wajah tetap terjaga meski hatinya bergolak. "Jika sudah tidak ada lagi yang harus kulakukan, aku pergi."

"Silakan pergi!" balas Arthur tanpa ekspresi, senyum kecewanya menyusul setelah Kasih melangkah pergi.

“Apa kamu juga menyukai kemewahan seperti wanita pada umumnya, Kasih?”" gumamnya sendiri, mencerminkan kebencian dan kekecewaannya pada dunia dan wanita yang ada di dalamnya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status