Share

Wanita Pelunas Hutang
Wanita Pelunas Hutang
Penulis: UmyHan81

Dia, Anika

Penulis: UmyHan81
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-05 08:48:30

Seorang gadis manis, tengah berlari-lari pulang melewati pematang sawah. Hari sudah nampak agak gelap, sebentar lagi sepertinya matahari akan segera tenggelam dan berganti menjadi malam.

Untung saja jarak rumahnya sudah terlihat. Sampai di depan sebuah rumah mungil dengan nafas ngos-ngosan mengetuk pintu rumah.

" Assalamualaikum....paman, Bibi Aku pulang," teriak gadis itu sambil terus mengetuk pintu.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang wanita setengah baya keluar dengan wajah yang sudah merah padam.

"Kenapa terlambat ? Lihat jam berapa sekarang, Kau ini tidak berguna sama sekali."

Sungut wanita itu sambil berbalik badan dan masuk kembali ke dalam rumah.

" Maaf Bi, Aku tadi mencari agak jauh ke dalam hutan karena di pinggir hutan tidak ku temukan daun obat yang Bibi minta," jawab gadis itu dengan suara lirih dan takut.

"Mana daun itu. Dapat tidak? Itu untuk obat Pamanmu yang sedang sakit. "

"Dapat Bi. Ini daunnya, tapi hanya sedikit, karena memang tanamannya sudah langka dan susah untuk menemukannya."

"Ya sudah, cepatlah rebus daun itu dengan campuran serai dan jahe. Lalu berikan sama Pamanmu di kamarnya."

Gadis itu segera berlalu dan pergi ke dapur untuk merebus obat Pamannya yang sedang sakit.

Anika adalah seorang gadis yang berusia dua puluh dua tahun, yang sejak kecil di asuh oleh paman dan Bibinya. Dia sebenarnya memiliki seorang Kakak laki - laki. Tapi, sejak usia Anika sepuluh tahun sang kakak pergi meninggalkannya karena tidak tahan dengan perlakuan paman dan Bibinya yang selalu bersikap kejam terhadap mereka.

Sejak saat itu, sang kakak tidak pernah kembali lagi bak di telan bumi. Kini Anika lah yang harus selalu menjadi korban dari kemarahan Paman dan Bibinya. Bahkan tak jarang mereka selalu menyiksa Anika jika pekerjaan Anika tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Sebenarnya Anika juga sudah tidak tahan tinggal dengan kedua orang itu, tapi kemana Dia akan pergi? Sedangkan Dia tak punya keluarga lain lagi selain paman dan Bibinya itu.

"Anika sudah belum obatnya, cepat. Lama banget sih!" Sang Bibi dengan wajah garang tiba - tiba saja muncul dan berteriak di belakang Anika yang sedang melamun sambil menunggui rebusan obat.

"Iya Bi, ini sudah. Baru mendidih Bi."

Anika buru-buru mematikan kompornya dan segera menuangkan obat ke dalam gelas .

"Kamu ini, kerjaan begitu saja lama banget, ngapain saja dari tadi."

Rambut Anika dijambak dengan agak keras oleh Sang Bibi.

"Aduh Bi, ampuuun,.....Maaf Bi....."

Rintih Anika sambil memegangi kepalanya.

"Cepat bawa obatnya ke kamar!"

"I...iya Bi," dengan membawa gelas berisi ramuan obat, Anika bergegas menuju ke kamar Pamannya.

"Anika mana Obatku? Kenapa lama sekali." Sang paman langsung menyambutnya dengan nada sinis.

"Maaf paman, ini Aku bawakan," Anika meletakkan gelas itu di atas meja dekat ranjang. Sebelum pamannya kembali mengoceh, Anika bergegas keluar dari kamar itu. Dan segera menuju ke kamarnya.

Di dalam kamar, Ia menangis meratapi nasibnya .

"Kak, di mana dirimu, kenapa Kau meninggalkan Aku sendirian di sini? Kenapa dulu tidak mengajak ku serta pergi bersamamu?" Anika mengusap sebuah foto usang dengan penuh linangan air mata. Di dalam foto itu, ada dirinya yang sedang di peluk sang Kakak saat mereka masih bersama.

Hanya foto itu lah yang menjadi peninggalan Kakaknya satu-satunya dikala Dia rindu dan ingin menumpahkan segala perasannya.

Dia memeluk foto itu, sampai tertidur lelap.

"Anika, jangan menangis lagi, bersabarlah sebentar lagi Aku akan menjemputmu. "

Anika merasakan belaian hangat di pipinya. Belaian yang sangat di rindukannya. Ia kemudian membuka matanya, dan di hadapannya kini Sang Kakak sudah duduk di sampingnya dengan tersenyum.

"Kak, kau sudah pulang, benarkah ini Kau? Jangan tinggalkan Aku lagi Kak, Aku sangat menderita di sini.. "

Anika mendekati sosok itu karena ingin memeluknya. Sosok yang selama ini sangat dirindukannya. Tapi, saat Anika akan disentuhnya, perlahan sosok pria itu menjauh, makin jauh dan akhirnya menghilang bersama bayangannya.

"Kak, tolong jangan tinggalkan Aku.....kembalilah Kak....hiks hiks hiks.....," Anika menangis meraung memanggil Kakaknya.

"Anika, bangun. Hey,pemalas!"

Anika tersentak dan seketika langsung bangun mendengar suara keras Bibinya.

"A...ada apa Bi," dengan mata yang masih sembab dan pandangan redup karena baru bangun tidur, dia tergagap mendapati Sang Bibi yang sudah berkacak pinggang di hadapannya.

"Ada apa, ada apa.....lihat sudah jam berapa ini. Kau belum membuat sarapan untukku! Ayo cepat bangun buatkan Aku sarapan dan bersihkan rumah ini," hardik Bibinya dengan pandangan melotot dan nada yang sangat ketus. Itu lah makanan Anika sehari-hari, harus tahan banting dan menahan segala perasaannya.

Anika bangkit,.padahal kepalanya masih agak pusing. Tapi tetap Dia tahan, daripada harus mendengar omelan pedas dari Bibinya itu.

Setelah mandi, Anika segera memasak sarapan untuk Paman dan Bibinya.

Masak selesai, lanjut mencuci baju-baju kotor. Seakan tak ada habisnya semua pekerjaan rumah harus dikerjakannya sendirian. Paman dan Bibinya hanya duduk manis dan ngerumpi sama tetangga. Selesai makanpun, piring kotornya hanya tergeletak di atas meja saja, tak pernah mau membereskannya.

Jika sedang sendirian, Anika selalu menangisi nasibnya yang malang. Dari kecil sudah ditinggal sama orang tuanya. Dulu, saat Sang Kakak belum pergi meninggalkannya, Dia selalu melindungi Anika dari Paman dan Bibinya. Sang Kakak selalu membelanya jika Anika di marahi sama Paman dan Bibinya.

Tapi, sejak Kakaknya pergi entah kemana, Anika merasa sangat kesepian dan tersiksa tinggal bersama Paman dan Bibinya. Yang terakhir diingatnya waktu itu, Sang Kakak katanya hanya pamit sebentar untuk pergi ke warung . Nyatanya, sejak saat itu Dia tak pernah kembali lagi sampai sekarang saat Anika sudah menjadi gadis yang cantik.

Yang bisa di lakukan hanyalah menunggu dan menunggu, bersama sebuah haraoan yang tak berujung semoga suatu saat bisa bertemu lagi dengan Kakaknya. Pernah suatu kali Anika berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu, tapi Bibi dan Pamannya selalu mengancam

Jika Dia berani pergi, kemanapun mereka akan terus mencari Anika dan menyeretnya kembali ke rumah. Sekarang, Anika hanya bisa pasrah menerima nasibnya.

" Anika, apa yang sedang Kau

lakukan ? " Sebuah suara mengagetkannya saat Dia sedang menyapu halaman belakang yang penuh dengan sampah dedaunan.

Anika celingukan mencari sumber suara itu, dan ternyata suara itu berasal dari balik pohon besar yang tak jauh darinya. Anika mendekat, dan benar dugaannya, ternyata suara itu berasal dari sahabat baiknya.

" Sari, apa yang kau lakukan di sini ? "

" Sssttt....jangan keras - keras, nanti Paman dan Bibi mu dengar. Ini Aku bawakan sesuatu untuk kamu "

Sari menyodorkan sebuah bungkusan pada Anika, dengan mata berbinar Anika menerimanya.

" Apa ini Sar ? "

" Buka saja, kau pasti belum makan kan dari

pagi "

Anika membukanya, senyumnya merekah melihat isi di dalam bungkusan itu. Nasi dan telur balado plus sambal goreng kentang kesukaannya.

" Ayo cepatlah makan, habiskan saja. Tadi Ibuku masak banyak dan menyuruhku ke sini untuk memberikan makanan ini "

Tanpa menunggu lagi, Anika langsung menghabiskan makanan itu. Dia harus makan dengan cepat agar Paman dan Bibinya tidak melihatnya.

Kalo ketahuan bisa bahaya, pasti Sari akan dimarahi habis - habisan oleh Paman dan Bibinya. Sari adalah salah satu teman Anika dari kecil yang sangat baik padanya. Ibunya Sari juga, selalu bersikap baik dan menyayanginya. Mereka lah yang selalu peduli pada Anika.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Pelunas Hutang   Mencari Anika

    Erfan baru terjaga dari tidurnya. Mimpi buruk yang baru saja dialaminya membuatnya berpikir dan merasa sangat kuatir karena takut mimpi itu akan jadi kenyataan. Saat menatap jam di dinding, ternyata sudah sangat siang. Ia bergegas menuju ke kamar mandi untuk membasuh seluruh tubuhnya.Namun, mimpi yang tdi sempat hinggap kini terbayang lagi di benaknya. Bahkan Ia merasakan sesuatu yang aneh dalam debaran hatinya. Ia merasakan sedikit sesak dan agak nyeri pada dadanya.Sudah hampir sebulan Ia berada di Kota ini untuk mencari info tentang keberadaan Sang Adik yang telah dijadikan sebagai jaminan pelunas hutang oleh paman dan Bibinya. Yang Katanya sudah di bawa ke kota oleh orang lain.Namun semalam, tiba-tiba Ia bermimpi aneh tentang adiknya itu. Dalam mimpinya itu, Ia melihat Adiknya sedang diseret dan dipukuli oleh orang-orang yang tak dikenal, kemudian tubuhnya dibuang ke sebuah jurang yang sangat dalam. Dan kini, Ia merasa kepikiran terus dengan mimpi itu. Tapi Ia juga bingung haru

  • Wanita Pelunas Hutang   Anika Hilang

    Sejak pagi, di rumah Dewa sudah terlihat sangat sibuk. Acara resepsi di gedung yang akan di mulai pukul sembilan harus sesuai dengan keinginan Mereka. Sebenarnya Anika tidak menginginkan acara yang meriah seperti itu. Namun Dewa ingin memberikan yang terbaik untuk Istrinya itu. Apa lagi jika mengingat Anika adalah anak yatim piatu yang dari kecil tak pernah merasakan kebahagiaan.Jam tujuh pagi, Anika sudah bersiap untuk berangkat dengan menggunakan mobil yang disopiri oleh Mang Udin dan juga Bi Ijah sebagai pendamping Anika."Mang, ingat ya jangan ngebut. Dan jagain Anika dengan baik-baik." Pesan Dewa sebelum Mereka berangkat."Baik Tuan. Akan Saya jaga dengan sebaik-baiknya." jawab Mang Udin yang telah bersiap di belakang kemudi.Dan Anika pun melambaikan tangan pada Dewa dan Lety yang juga akan segera menyusul ke sana, tapi menggunakan mobil yang berbeda."Mang Marno, tolong Kau atur tentang penjagaan di rumah ini Jangan sampai kosong selama Kita tinggalkan ke gedung.""Siap Tuan.

  • Wanita Pelunas Hutang   Mimpi Buruk

    Mang Marno menyuruh Mereka untuk menunggu di ruang tamu yang terletak di samping rumah. Kemudian Ia memanggil Bi Ijah untuk menyampaikan pada Tuan dan Nyonya Mereka, bahwa Asisten yang baru telah tiba.Tak lama kemudian, Bi Ijah phn dstang menyambut Mereka."Rupanya kalian sudah datang ya."Sambut Bi Ijah menyalami Mereka."Tunggu sebentar, Tuan dan Nyonya sedang kemari. Nanti kalian perkenalkan diri sama Majikan Kita ya."Keduanya pun mengangguk dan duduk dengan tenang. Anika dan Dewa pun telah datang dan duduk dihadapan Mereka."Nyonya, Tuan. Mereka adalah orang yang Saya maksud kemarin. Ayo perkenalkan nama Kalian masing-masing." kata Bi Ijah pada kedua orng itu."Perkenalkan, nama Saya Tuti Tuan, Nyonya dan ini adalah keponakan Saya."Kata wanita yang lebih tua, kemudian nenyenggol lengan keponakannya untuk gantian menyebutkan namamya."Benar Tuan, Nyonya Saya adalah keponakannya Bi Tuti. Nama Saya Juwi.""Tuti dan Juwi. Apakah kalian ini masih tetangganya Bi Ijah?" tanya Anika sa

  • Wanita Pelunas Hutang   Bertemu Lucy

    "Sayang, baju pengantinmu untuk acara Kita nanti, apa sudah jadi?""Sudah, kata asisten Lidya akan dikirim besok Sayang.""Baguslah. Dan besok kata Bi Ijah juga asisten yng baru akan datang ke rumah Kita.""Oh iya, apa Kau tadi sudah menanyakannya sama Bi Ijah?""Iya Sayang sudah. Nanti kalo Mereka sudah datang, Kau yang harus mengatur tugas Mereka. Biar bisa bantu-bantu Bi Ijah." Anika mengangguk setuju mendengar perkataan Dewa."Kita makan di restoran itu saja Sayang."Dewa membelokkan mobilnya memasuki pelataran sebuah restoran. Turun dari mobil, Mereka segera masuk dan memesan makanan."Restoran ini bagus ya. Pasti harga makanannya sangat mahal." Anika memperhatikan sekeliling restoran itu, yang sangat bagus dan ditata dengan sangat estetis."Kenapa berpikir masalah harga Sayang? Kan ada Suamimu ini." ucap Dewa dengan bangganya."Aku tahu, Kau ini bisa membayar semua makanan mahal, bahkan mungkin Kau pun bisa membeli restoran ini dengan mudah."Sedang asyik Mereka berbincang, seor

  • Wanita Pelunas Hutang   Lingerie Sexy

    Pagi yang cerah, seluruh kekuarga Dewa bangun dengan senyum penuh kebahagiaan. Hari ini semua orang hanya berdiam diri di rumah, karena hari minggu. Dan satu minggu ke depan, resepsi pernikahan Anika dan Dewa akan segera dilaksanakan."Bi, kumpulkan semua orang di sini. Aku ingin mengecek semua persiapan minggu depan." Dewa memerintahkan pada Bi Ijah untuk mengumpulkan pelayan yang lain."Baik Tuan."Setelah menjawab Dewa, Bi Ijah pun segera keluar untuk memanggil Mang udin, Mang Oji dan Mang Marno. Mendapat perintah dari Tuannya, Mereka pun segera berkumpul."Tuan, Kami semua sudah ada di sini."Dewa yang sedang membaca koran, menurunkan kertas yang penuh dengan tulisan dan berita itu."Baiklah, Kalian semua sudah berkumpul di sini. Ada beberapa hal yang ingin Aku tanyakan sama Kalian.Minggu depan adakah acara resepsiku dengan Anika. Bagaimana dengan semua tugas kalian?""Saya dulu yang akan melaporkannya Tuan." Bi Ijah maju lebih dulu untuk memberikan laporannya."Untuk katering ya

  • Wanita Pelunas Hutang   Nobar Film

    Malam yang semakin sepi merayap, namun belum bisa melenakan dua pasangan yang sedang jatuh cinta. Apa lagi masih pengantin baru. Setiap malam ingin selalu berpelukan dan memadu asmara, menikmati surga dunia. Anika dan Dewa pun sedang mengalami hal seperti itu.Hujan yang turun membasahi bumi sejak sore tadi, menambah kian romantis untuk mereka berdua. Dengan bersandar pada dada bidang Dewa, Anika sedang memperhatikan Dewa yang dengan telaten mengajarinya bagaimana menggunakan Smartphine dan istilah-istilah yang biasa digunakan dalam HP Android."Bagaimana, mudah kan. Sekarang ayo di coba." Dewa memberikan Smartphone itu pada Istrinya. Anika mencoba beberapa kali mengusap layarnya, dan mencoba mengetik beberapa pesan yang kemudian dikirimkan pada HP Suaminya."Wah, ternyata mudah ya. Horeee, Aku sudh bisa memakainya. Makasih Sayang." Anika bersorak kegirangan layaknya anak kecil yang baru dibelikan mainan. Dewa tertawa melihat kelakuan Istri mungilnya itu yang baginya nampak sangat luc

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status