Seorang gadis manis, tengah berlari-lari pulang melewati pematang sawah. Hari sudah nampak agak gelap, sebentar lagi sepertinya matahari akan segera tenggelam dan berganti menjadi malam.
Untung saja jarak rumahnya sudah terlihat. Sampai di depan sebuah rumah mungil dengan nafas ngos-ngosan mengetuk pintu rumah." Assalamualaikum....paman, Bibi Aku pulang," teriak gadis itu sambil terus mengetuk pintu.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang wanita setengah baya keluar dengan wajah yang sudah merah padam."Kenapa terlambat ? Lihat jam berapa sekarang, Kau ini tidak berguna sama sekali."Sungut wanita itu sambil berbalik badan dan masuk kembali ke dalam rumah." Maaf Bi, Aku tadi mencari agak jauh ke dalam hutan karena di pinggir hutan tidak ku temukan daun obat yang Bibi minta," jawab gadis itu dengan suara lirih dan takut."Mana daun itu. Dapat tidak? Itu untuk obat Pamanmu yang sedang sakit. ""Dapat Bi. Ini daunnya, tapi hanya sedikit, karena memang tanamannya sudah langka dan susah untuk menemukannya.""Ya sudah, cepatlah rebus daun itu dengan campuran serai dan jahe. Lalu berikan sama Pamanmu di kamarnya."Gadis itu segera berlalu dan pergi ke dapur untuk merebus obat Pamannya yang sedang sakit.Anika adalah seorang gadis yang berusia dua puluh dua tahun, yang sejak kecil di asuh oleh paman dan Bibinya. Dia sebenarnya memiliki seorang Kakak laki - laki. Tapi, sejak usia Anika sepuluh tahun sang kakak pergi meninggalkannya karena tidak tahan dengan perlakuan paman dan Bibinya yang selalu bersikap kejam terhadap mereka.Sejak saat itu, sang kakak tidak pernah kembali lagi bak di telan bumi. Kini Anika lah yang harus selalu menjadi korban dari kemarahan Paman dan Bibinya. Bahkan tak jarang mereka selalu menyiksa Anika jika pekerjaan Anika tidak sesuai dengan keinginan mereka.Sebenarnya Anika juga sudah tidak tahan tinggal dengan kedua orang itu, tapi kemana Dia akan pergi? Sedangkan Dia tak punya keluarga lain lagi selain paman dan Bibinya itu."Anika sudah belum obatnya, cepat. Lama banget sih!" Sang Bibi dengan wajah garang tiba - tiba saja muncul dan berteriak di belakang Anika yang sedang melamun sambil menunggui rebusan obat."Iya Bi, ini sudah. Baru mendidih Bi."Anika buru-buru mematikan kompornya dan segera menuangkan obat ke dalam gelas ."Kamu ini, kerjaan begitu saja lama banget, ngapain saja dari tadi."Rambut Anika dijambak dengan agak keras oleh Sang Bibi."Aduh Bi, ampuuun,.....Maaf Bi....."Rintih Anika sambil memegangi kepalanya."Cepat bawa obatnya ke kamar!""I...iya Bi," dengan membawa gelas berisi ramuan obat, Anika bergegas menuju ke kamar Pamannya."Anika mana Obatku? Kenapa lama sekali." Sang paman langsung menyambutnya dengan nada sinis."Maaf paman, ini Aku bawakan," Anika meletakkan gelas itu di atas meja dekat ranjang. Sebelum pamannya kembali mengoceh, Anika bergegas keluar dari kamar itu. Dan segera menuju ke kamarnya.Di dalam kamar, Ia menangis meratapi nasibnya ."Kak, di mana dirimu, kenapa Kau meninggalkan Aku sendirian di sini? Kenapa dulu tidak mengajak ku serta pergi bersamamu?" Anika mengusap sebuah foto usang dengan penuh linangan air mata. Di dalam foto itu, ada dirinya yang sedang di peluk sang Kakak saat mereka masih bersama.Hanya foto itu lah yang menjadi peninggalan Kakaknya satu-satunya dikala Dia rindu dan ingin menumpahkan segala perasannya.Dia memeluk foto itu, sampai tertidur lelap."Anika, jangan menangis lagi, bersabarlah sebentar lagi Aku akan menjemputmu. "Anika merasakan belaian hangat di pipinya. Belaian yang sangat di rindukannya. Ia kemudian membuka matanya, dan di hadapannya kini Sang Kakak sudah duduk di sampingnya dengan tersenyum."Kak, kau sudah pulang, benarkah ini Kau? Jangan tinggalkan Aku lagi Kak, Aku sangat menderita di sini.. "Anika mendekati sosok itu karena ingin memeluknya. Sosok yang selama ini sangat dirindukannya. Tapi, saat Anika akan disentuhnya, perlahan sosok pria itu menjauh, makin jauh dan akhirnya menghilang bersama bayangannya."Kak, tolong jangan tinggalkan Aku.....kembalilah Kak....hiks hiks hiks.....," Anika menangis meraung memanggil Kakaknya."Anika, bangun. Hey,pemalas!"Anika tersentak dan seketika langsung bangun mendengar suara keras Bibinya."A...ada apa Bi," dengan mata yang masih sembab dan pandangan redup karena baru bangun tidur, dia tergagap mendapati Sang Bibi yang sudah berkacak pinggang di hadapannya."Ada apa, ada apa.....lihat sudah jam berapa ini. Kau belum membuat sarapan untukku! Ayo cepat bangun buatkan Aku sarapan dan bersihkan rumah ini," hardik Bibinya dengan pandangan melotot dan nada yang sangat ketus. Itu lah makanan Anika sehari-hari, harus tahan banting dan menahan segala perasaannya.Anika bangkit,.padahal kepalanya masih agak pusing. Tapi tetap Dia tahan, daripada harus mendengar omelan pedas dari Bibinya itu.Setelah mandi, Anika segera memasak sarapan untuk Paman dan Bibinya.Masak selesai, lanjut mencuci baju-baju kotor. Seakan tak ada habisnya semua pekerjaan rumah harus dikerjakannya sendirian. Paman dan Bibinya hanya duduk manis dan ngerumpi sama tetangga. Selesai makanpun, piring kotornya hanya tergeletak di atas meja saja, tak pernah mau membereskannya.Jika sedang sendirian, Anika selalu menangisi nasibnya yang malang. Dari kecil sudah ditinggal sama orang tuanya. Dulu, saat Sang Kakak belum pergi meninggalkannya, Dia selalu melindungi Anika dari Paman dan Bibinya. Sang Kakak selalu membelanya jika Anika di marahi sama Paman dan Bibinya.Tapi, sejak Kakaknya pergi entah kemana, Anika merasa sangat kesepian dan tersiksa tinggal bersama Paman dan Bibinya. Yang terakhir diingatnya waktu itu, Sang Kakak katanya hanya pamit sebentar untuk pergi ke warung . Nyatanya, sejak saat itu Dia tak pernah kembali lagi sampai sekarang saat Anika sudah menjadi gadis yang cantik.Yang bisa di lakukan hanyalah menunggu dan menunggu, bersama sebuah haraoan yang tak berujung semoga suatu saat bisa bertemu lagi dengan Kakaknya. Pernah suatu kali Anika berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu, tapi Bibi dan Pamannya selalu mengancamJika Dia berani pergi, kemanapun mereka akan terus mencari Anika dan menyeretnya kembali ke rumah. Sekarang, Anika hanya bisa pasrah menerima nasibnya." Anika, apa yang sedang Kaulakukan ? " Sebuah suara mengagetkannya saat Dia sedang menyapu halaman belakang yang penuh dengan sampah dedaunan.Anika celingukan mencari sumber suara itu, dan ternyata suara itu berasal dari balik pohon besar yang tak jauh darinya. Anika mendekat, dan benar dugaannya, ternyata suara itu berasal dari sahabat baiknya." Sari, apa yang kau lakukan di sini ? "" Sssttt....jangan keras - keras, nanti Paman dan Bibi mu dengar. Ini Aku bawakan sesuatu untuk kamu "Sari menyodorkan sebuah bungkusan pada Anika, dengan mata berbinar Anika menerimanya." Apa ini Sar ? "" Buka saja, kau pasti belum makan kan daripagi "Anika membukanya, senyumnya merekah melihat isi di dalam bungkusan itu. Nasi dan telur balado plus sambal goreng kentang kesukaannya." Ayo cepatlah makan, habiskan saja. Tadi Ibuku masak banyak dan menyuruhku ke sini untuk memberikan makanan ini "Tanpa menunggu lagi, Anika langsung menghabiskan makanan itu. Dia harus makan dengan cepat agar Paman dan Bibinya tidak melihatnya.Kalo ketahuan bisa bahaya, pasti Sari akan dimarahi habis - habisan oleh Paman dan Bibinya. Sari adalah salah satu teman Anika dari kecil yang sangat baik padanya. Ibunya Sari juga, selalu bersikap baik dan menyayanginya. Mereka lah yang selalu peduli pada Anika."Wah, masakan Ibumu memang selalu juara Sar," Anika mengacungkan jempolnya sambil mulutnya sibuk mengunyah. Sari cuma tersenyum menatap sahabatnya yang sejak kecil selalu ditimpa penderitaan. Dn hanya Ia lah satu-satunya yang mau berteman dengan Anika."Ish, kalo makan jangan sambil ngomong gitu, nanti keselek lho. Sudah cepat habiskan saja. "Anika cuma mengangguk dan melanjutkan makannya."Nah, dah habis. Makasih ya Sar, kalian sudah baik banget sama Aku. Tidak seperti paman dan Bibiku yang selalu memaki Ku.""Sudahlah jangan dipikirkan Paman dan Bibimu. Kalo Kau butuh apa-apa bilang saja sama Aku atau Ibu," ucap Sari sambil menggenggam tangan Anika."Iya Sar.,Aku mengerti. Sekali lagi terima kasih ya." balas Anika dengan terharu."Aku pulang dulu ya, Gak bisa lama - lama, nanti bisa ketahuan sama mereka". Sari berpamitan karena akan langsung setelah mengantarkan makanan pada Sahabatnya itu."Hati - hati Sar," ucap Anika seraya melepaskan genggaman tangan Sari."Kau juga, hati - ha
"Aku mau di bawa kemana Tuan, tolong lepaskan Saya," Anika terus memohon kepada dua pria yang membawanya itu untuk melepaskannya."Diamlah, Kau akan Kami bawa pada Tuan besar Kami..ha ha ha ha......" dua pria itu pun tertawa, tak ada belas kasihan sedikitpun pada rintihan Anika yang terus menangis dengan pilu." Berisik sekali Kau, diam...diamlah.....!" Pria yang ada di sebelahnya menghardik Anika, sehingga Anika tampak sangat ketakutan dengan wajah pucat. Sungguh malang nasib dirinya, yang di jadikan sebagai pelunas hutang oleh Paman dan Bibinya sendiri. Akhirnya Anika hanya bisa diam dan pasrah. Dia tidak tahu kemana dua orang pria itu akan membawanya. Sungguh kejam Paman dan Bibinya, begitu lah pikir Anika."Kakak, tolong lah Aku. Di mana kamu Kak?" rintih Anika dalam hatinya. Tiba - tiba mobil yang mereka tumpangi itu berbelok ke sebuah rumah yang besar. Setelah pintu gerbang terbuka mobil itu pun perlahan memasuki halaman rumah yang juga sangat luas itu. Kedua pria itu turun leb
"Memangnya apa yang akan di lakukan oleh Tuan besar padaku Mbok?" tanya Anika dengan hati - hati."Dia akan menjadikanmu gundik Ndok, seperti wanita - wanita sebelumnya." ucap wanita tua itu dengan lirih."Jadi, sebelum Saya sudah banyak wanita yang dijadikan gundik olehnya Mbok?" tanya Anika karena merasa heran dengan cerita Mbok Darti."Iya, kau benar Ndok. Tuan Besar memang suka sekali pada daun muda. Apa lagi yang masih perawan sepertimu.""Lalu, di mana mereka sekarang? Dan Istri sah nya juga kemana Mbok?""Ish Kau ini Ndok, tanyanya satu - satu Ndok," sela Mbok Darti."Oh iya Mbok, maaf." Anika sepertinya sudah merasa agak nyaman berbincang dengan wanita tua pelayan itu.Sambil terus melanjutkan makannya, Anika terus mengajak Mbok Darti berbincang sekedar mengurangi ketakutannya."Rata - rata wanita yang di jadikan gundik sama Tuan Besar merasa tidak tahan dengan perlakuan kasarnya. Mereka melarikan diri, tapi semuanya berakhir mengenaskan. " sorot mata Mbok Darti menerawang, me
Dengan tergopoh - gopoh Tuan besar bersama dengan Marno menemui tamunya. Pakaiannya yang sudah berantakan di rapikan dengan setengah berlari. Dan saat mereka sudah tiba di ruang tamu, tampaklah dua orang Pria berpakaian jas hitam rapi sedang duduk menunggunya."Selamat malam Tuan - tuan, maaf kalo Saya terlambat menyambut kedatangan Anda Tuan." ucap Marno dengan sangat hormat."Kemana saja Kau, kami sudah menunggumu lama sekali, huh!" Mereka sepertinya marah dengan Juragan Jarwo yang lambat."Iya Tu an. Ma maafkan saya." jawab Juragan Jarwo dengan wajah diliputi kecemasan."Kemarilah, ada sesuatu yang ingin kami bicarakan denganmu."Tuan besar mendekat, duduk di depan dua orang utusan itu."Apa ada yang bisa saya lakukan untuk Anda Tuan? Ataukah ada perintah khusus untuk saya?" Juragan Jarwo melihat wajah Mereka yang serius."Memang ada hal penting yang ingin kami sampaikan. Atau lebih jelasnya Tuan besar Kami memerintahkan agar kamu mencarikan seorang budak untuk di persembahkan kepa
"Tolong Tuan, lepaskan Aku.....hiks hiks hiks....jangan bawa Aku."Anika meringkuk di dalam mobil jok belakang dalam keadaan tangan terikat dengan kuat. Anika tidak tahu kemana Dia akan di bawa oleh kedua orang Pria itu . Dia hanya meratap, menangisi nasibnya yang selalu ditimpa kemalangan."Diamlah, jangan berisik " Pria yang duduk di sebelahmya menghardik Anika dan menatapnya dengan sorot mata tajam ."Tenang Manis, Kau akan ku bawa ke Kota. Di sana Kau akan mendapatkan kesenangan bersama majikan kami ha ha ha ha.""Suruh Dia diam, jangan menangis lagi. Kupingku panas mendengar tangisannya itu!" Pria yang memegang kemudi pun jadi jengah dan menyuruh temannya untuk mendiamkan Anika.BuuukkkkkTiba - tiba Pria yang duduk di sebelah Anika memukul tengkuk wanita itu sampai tidak sadarkan diri . Tubuh Anika terkulai lemas di sampingnya."Bagus, kenapa tidak dari tadi saja kau membuatnya pingsan," katanya dengan puas."Kalo Dia tidak merengek terus, mungkin Aku tidak akan memukulnya Tapi
"Tu tu an , Saya bukan penculik Tuan...."Anika berkata dengan tubuh gemetar dan muka yang pucat pasi."Hey, bukankah kamu perempuan yang kubawa tadi siang? salah satu pengawal dari Tuan Besar sepertinya mengenali Anika . Dia bergerak maju ke arah Anika dan mengamati dari dekat."Angkat wajahmu, biar Aku memastikan kalo Kau adalah wanita dari kampung itu" Perlahan, Anika mengangkat wajahnya dan melihat ke arah laki - laki yang ada di depannya."Iya Tuan, ini Saya . Saya bukan penculik Tuan, Saya tidak bermaksud menyakiti anak itu. ""Jadi benar Kau rupanya . Tuan besar, rupanya wanita ini adalah wanita yang Saya bawa dari kampung tadi siang . Tadi Saya sudah menceritakannya pada Tuan Besar kan? Nah ini dia orang yang Kami maksud.""Lalu, kenapa bisa Dia berkeliaran di sini dan bersama dengan putriku?""Maaf Tuan, mungkin itu kesahan Kami. Kami lupa mengunci pintu biliknya, sehingga Dia bebas keluar dan berkeliaran di sekitar sini, dan Kami juga lupa menitipkannya pada Bi Ijah." Tuan
"Siapa namamu?" tanya Bi Ijah setelah Anika bisa duduk sambil bersandar pada dinding."Namaku Anika Bi. Siapa yang membawaku ke kamar ini Bi?""Yang membawamu ke sini Mang Oji sama Mang Adul dan Aku.""Apa salahku Bi, sampai Tuan Besar sangat marah dan menghukumku dengan cambukan.""Maaf, Karena waktu itu Aku lah yang pertama kali meneriakimu sebagai penculik, maka Tuan Besar sangat murka karena Dia mengira bahwa Kau benar adalah seorang penculik. Apa lagi saat itu, Tuan Besar melihatmu memegang tubuh Nona kecil. Tuan Besar sangat tidak suka jika ada orang lain yang menyentuh tubuh putrinya, kecuali Aku yang memang sudah di percaya sebagai pengasuhnya.""Tapi, seharusnya kalian mendengarkan Aku dulu untuk membela diri.""Di sini, tak ada satupun yang berani untuk menentang Tuan Besar. Kalo Dia sudah berkata, Kami tidak berani untuk menyelanya Anika.""Lalu,kenapa Nona kecil juga diam saja, waktu melihat Aku di seret ke kamar belakang, padahal saat itu Aku cuma mau menolongnya karena
Sudah seminggu sejak Anika mengalami luka karena cambukan, kini Dia sudah mulai bekerja sebagai pelayan di rumah itu. Tugasnya adalah sebagai pelayan yang bertugas untuk melayani makanan Sang Tuan Besar. Di saat Tuan Besar makan, Anika lah yang harus membawakan segala macam hidangan ke meja makan dan kemudian mengambilkan nasi dan lauk pauk yang ingin di makan oleh Sang Tuan. Dan ika Sang Tuan besar telah selesai, maka Anika harus membersihkan semua peralatan makan Tuan Besar dan menaruhnya pada rak tersendiri dan tidak boleh dengan peralatan makan lainnya. Seperti malam ini, Anika harus menyiapkan semua hidangan untuk Tuan Besar dan Putri kecilnya itu. Tapi, kali ini Anika harus melayani tiga orang yang sangat terhormat, itulah yang dikatakan oleh Bi Ijah."Bi, memangnya ada orang lain lagi yang akan diajak makan malam oleh Tuan besar?" kata Anika saat Bi Ijah memerintahkannya untuk mengambilkan piring satu lagi."Sepertinya begitu Anika. Ingat ya, jangan bersikap atau pun berkata y