Beranda / Romansa / Wanita Pelunas Hutang / Dibawa ke Rumah Besar

Share

Dibawa ke Rumah Besar

Penulis: UmyHan81
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-08 15:05:43

"Aku mau di bawa kemana Tuan, tolong lepaskan Saya," Anika terus memohon kepada dua pria yang membawanya itu untuk melepaskannya.

"Diamlah, Kau akan Kami bawa pada Tuan besar Kami..ha ha ha ha......" dua pria itu pun tertawa, tak ada belas kasihan sedikitpun pada rintihan Anika yang terus menangis dengan pilu.

" Berisik sekali Kau, diam...diamlah.....!" Pria yang ada di sebelahnya menghardik Anika, sehingga Anika tampak sangat ketakutan dengan wajah pucat. Sungguh malang nasib dirinya, yang di jadikan sebagai pelunas hutang oleh Paman dan Bibinya sendiri. Akhirnya Anika hanya bisa diam dan pasrah. Dia tidak tahu kemana dua orang pria itu akan membawanya. Sungguh kejam Paman dan Bibinya, begitu lah pikir Anika.

"Kakak, tolong lah Aku. Di mana kamu Kak?" rintih Anika dalam hatinya. Tiba - tiba mobil yang mereka tumpangi itu berbelok ke sebuah rumah yang besar. Setelah pintu gerbang terbuka mobil itu pun perlahan memasuki halaman rumah yang juga sangat luas itu. Kedua pria itu turun lebih dahulu.

"Turun , ayo cepat turun!" perintah salah satu pria itu dan menarik tangan Anika dengan kasar keluar dari mobil.

Anika terus di bawa masuk ke dalam rumah, lewat halaman samping dan menuju ke bagian belakang rumah besar itu. Mereka tiba di deoan sebuah ruangan. Pria yang membawa Anika membuka pintu ruangan itu, dan menyeret tubuh Anika untuk masuk ke dalam.

"Tunggu dan diamlah di kamar ini. Jangan coba - coba berpikir untuk kabur dari sini. Kalau Kau Kabur, maka hidup mu akan lebih menderita lagi. Karena kami tidak akan segan - segan menguliti tubuhmu yang mulus itu." ancam Pria itu kepadanya dengan senyum menyeringai.

Anika tambah ketakutan saat mendengar ancaman dari pria itu. Ia hanya bisa menangis dan duduk di sudut sambil memeluk lutut. Meratapi nasib dirinya yang selalu di timpa kesulitan hidup.

Paman dan Bibinya yang sudah merawatnya dari kecilpun tak pernah menyayanginya, setiap hari Dia hanya akan di caci dan di pukul meski hanya melakukan sebuah kesalahan kecil. Kakak yang menjadi harapan satu - satunya, tak pernah muncul lagi.

Saat tangis Anika sudah mereda, perlahan Ia mengangkat wajahnya dan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan itu. Sebuah kamar dengan ukuran sekitar 3,5 m. Hanya ada sebuah jendela yang menerangi kamar itu, Itu pun sudah di pasang teralis besi. Sangat sulit sepertinya kalo harus kabur melalui jendela itu.

Tangan - tangan mungil Anika tentu tidak akan kuat membobol teralis itu. Di dalam kamar itu hanya ada sebuah ranjang yang lumayan besar. Dindingnya semuanya bercat putih dan tak ada hiasan apapun yang menggantung di sana. Ruangan ini kelihatan bersih dan rapi, mungkin memang sengaja di rawat setiap hari oleh pelayan di rumah itu.

Tiba - tiba Anika mendengar ada langkah kaki yang mendekat ke arah ruangan itu. Dan berhenti tepat di depan pintu. Dari bawah pintu, Anika bisa melihat ada beberapa bayangan yang sedang berdiri di balik pintu itu.

Anika kembali duduk di sudut ruangan dengan tubuh yang gemetar. Perlahan pintu pun terbuka, dan masuklah dua orang laki - laki dan satu perempuan tengah Baya . Pria yang satu Anika sudah tak asing, karena Dia lah yang tadi membawa Anika. Sedangkan dua orang lainnya Anika baru melihatnya.

Seorang Pria yang berumur sekitar empat puluhan dengan tubuh tinggi tegap menghampiri Anika. Dia berjongkok di depan Anika dan memperhatikan Anika dengan tatapan tajam penuh selidik.

"Siapa namamu Cah Ayu?" tanya Pria itu dengan suara agak berat dan mengangkat dagu Anika.

"A....Anika Tu Tuan," dengan suara tergagap Anika menjawabnya.

"Cantik juga kamu secantik namanya ha ha ha ha......," Pria itu tertawa sambil mengelus pipi Anika. Dengan cepat Anika menghindar dan menepis tangan pria itu.

"Wah wah, masih perawan sepertinya. Kau memang pandai mencari perempuan untuk ku Marno," katanya lagi dan mengacungkan jempolnya pada pengawalnya.

"Dia adalah keponakan dari Pak Dimin dan Bu Weni yang ada di Desa seberang Tuan."

"Jadi gadis ini keponakan mereka. Dua orang itu yang selalu berhutang kepadaku tapi tidak pernah mau bayar." Sekali lagi, Juragan itu menatap pada Anika sambil mengelus janggutnya.

"Iya Tuan, karena mereka tidak mau membayar hutang - hutangnya dengan alasan tidak punya uang, maka kami memutuskan untuk membawa gadis ini sebagai jaminan saja. " jawab Marno dengan bangga.

"Lalu bagaimana sikap mereka ketika kalian membawanya ke sini?"

"Sepertinya mereka tidak keberatan sama sekali saat kami membawa gadis ini Tuan. Mereka kelihatannya malah senang kalo gadis ini kami bawa sebagai pelunasan hutang pada Tuan."

"Dasar tua bangka gila uang, keponakannya sendiri pun mereka korbankan ha ha ha ha....."

Pria yang di panggil Tuan itu pun terus tertawa terbahak - bahak menatap Anika yang semakin ketakutan.

"Bagus, Aku suka kerja kalian itu. Dan rasanya enak juga bermain - main dengan gadis polos dan perawan seperti ini . Karena Aku sudah lama tidak mencicipi darah perawan ha ha ha ha. "

"To to long lepaskan Sa ya Tu an....hiks hiks hiks....,." Anika menangis dan memohon pada Tuan yang ada di hadapannya.

"Apa, melepaskanmu? Enak saja Kau bilang seperti itu. Paman dan Bibimu itu sudah menyerahkanmu padaku sebagai pelunasan hutang mereka yang sudah sangat banyak . Sekarang Kau adalah milikku Cah Ayu." Juragan Jarwo mendekat dan berusaha memegang tangan Anika.

"To to long Tuan lepaskan Saya. Saya janji akan melunasi semua hutang - hutang Paman dan Bibi asalkan Tuan mau melepaskan Saya, " ucap Anika dengan memelas.

"Mbok Darti, ayo cepat, kenapa Kau diam saja dari tadi. Siapkan gadis itu untukku nanti malam. Kau paham kan apa yang harus Kau lakukan."

"Ba baik Tuan akan saya siapkan semua seperti biasanya."

Wanita setengah baya yang dipanggil dengan Mbok Darti itu pun mendekat ke afah Anika. Sedangkan Tuan besar dan pria yang satunya keluar dari kamar itu dan menutup pintu kembali.

"Ndok, Cah Ayu ayo kamu harus makan dulu, setelah itu bersihkan tubuhmu. Nanti malam bersiaplah untuk melayani Tuan besar dengan baik," Simbok tua itu menuntun Anika untuk duduk di atas ranjang.

"Mbok, tolong Aku mbok. Bantu Aku agar bisa lari dari sini, Ku mohon Mbok," Anika menangis dan menghiba lagi pada pada Mbok Darti. Siapa tahu dia mau menolongnya. Karena kelihatannya Simbok itu orang yang baik.

"Maaf Ndok, Simbok gak bisa berbuat apa - apa untuk menolongmu. Karena Simbok juga takut jika melanggar perintah Tuan Besar. " jawab wanita tua itu dan mengelus pundak Anika.

"Mbok, ku mohon.....bantu Aku Mbok." pinta Anika dengan sangat menghiba.

"Sekeliling rumah ini semuanya di jaga oleh pengawal Tuan Besar Ndok, Kau tidak akan bisa melarikan diri." Mbok Darti dengan singkat menceritakan tentang rumah besar itu.

"Kalo Kau sampai tertangkap oleh mereka, Kau justru akan mengalami siksaan yang sangat pedih. Dan bukan hanya kamu saja, tapi Simbok juga pasti akan kena imbasnya ikut di siksa sama pengawal - pengawal Tuan Besar. Apa Kau tidak kasihan dengan tubuh yang sudah tua renta ini Ndok?" Mbok Darti berusaha memberikan pengertian pada Anika. Karena memang akan sia - sia saja jika berusaha lari dari rumah Tuan Besar itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Pelunas Hutang   Mencari Anika

    Erfan baru terjaga dari tidurnya. Mimpi buruk yang baru saja dialaminya membuatnya berpikir dan merasa sangat kuatir karena takut mimpi itu akan jadi kenyataan. Saat menatap jam di dinding, ternyata sudah sangat siang. Ia bergegas menuju ke kamar mandi untuk membasuh seluruh tubuhnya.Namun, mimpi yang tdi sempat hinggap kini terbayang lagi di benaknya. Bahkan Ia merasakan sesuatu yang aneh dalam debaran hatinya. Ia merasakan sedikit sesak dan agak nyeri pada dadanya.Sudah hampir sebulan Ia berada di Kota ini untuk mencari info tentang keberadaan Sang Adik yang telah dijadikan sebagai jaminan pelunas hutang oleh paman dan Bibinya. Yang Katanya sudah di bawa ke kota oleh orang lain.Namun semalam, tiba-tiba Ia bermimpi aneh tentang adiknya itu. Dalam mimpinya itu, Ia melihat Adiknya sedang diseret dan dipukuli oleh orang-orang yang tak dikenal, kemudian tubuhnya dibuang ke sebuah jurang yang sangat dalam. Dan kini, Ia merasa kepikiran terus dengan mimpi itu. Tapi Ia juga bingung haru

  • Wanita Pelunas Hutang   Anika Hilang

    Sejak pagi, di rumah Dewa sudah terlihat sangat sibuk. Acara resepsi di gedung yang akan di mulai pukul sembilan harus sesuai dengan keinginan Mereka. Sebenarnya Anika tidak menginginkan acara yang meriah seperti itu. Namun Dewa ingin memberikan yang terbaik untuk Istrinya itu. Apa lagi jika mengingat Anika adalah anak yatim piatu yang dari kecil tak pernah merasakan kebahagiaan.Jam tujuh pagi, Anika sudah bersiap untuk berangkat dengan menggunakan mobil yang disopiri oleh Mang Udin dan juga Bi Ijah sebagai pendamping Anika."Mang, ingat ya jangan ngebut. Dan jagain Anika dengan baik-baik." Pesan Dewa sebelum Mereka berangkat."Baik Tuan. Akan Saya jaga dengan sebaik-baiknya." jawab Mang Udin yang telah bersiap di belakang kemudi.Dan Anika pun melambaikan tangan pada Dewa dan Lety yang juga akan segera menyusul ke sana, tapi menggunakan mobil yang berbeda."Mang Marno, tolong Kau atur tentang penjagaan di rumah ini Jangan sampai kosong selama Kita tinggalkan ke gedung.""Siap Tuan.

  • Wanita Pelunas Hutang   Mimpi Buruk

    Mang Marno menyuruh Mereka untuk menunggu di ruang tamu yang terletak di samping rumah. Kemudian Ia memanggil Bi Ijah untuk menyampaikan pada Tuan dan Nyonya Mereka, bahwa Asisten yang baru telah tiba.Tak lama kemudian, Bi Ijah phn dstang menyambut Mereka."Rupanya kalian sudah datang ya."Sambut Bi Ijah menyalami Mereka."Tunggu sebentar, Tuan dan Nyonya sedang kemari. Nanti kalian perkenalkan diri sama Majikan Kita ya."Keduanya pun mengangguk dan duduk dengan tenang. Anika dan Dewa pun telah datang dan duduk dihadapan Mereka."Nyonya, Tuan. Mereka adalah orang yang Saya maksud kemarin. Ayo perkenalkan nama Kalian masing-masing." kata Bi Ijah pada kedua orng itu."Perkenalkan, nama Saya Tuti Tuan, Nyonya dan ini adalah keponakan Saya."Kata wanita yang lebih tua, kemudian nenyenggol lengan keponakannya untuk gantian menyebutkan namamya."Benar Tuan, Nyonya Saya adalah keponakannya Bi Tuti. Nama Saya Juwi.""Tuti dan Juwi. Apakah kalian ini masih tetangganya Bi Ijah?" tanya Anika sa

  • Wanita Pelunas Hutang   Bertemu Lucy

    "Sayang, baju pengantinmu untuk acara Kita nanti, apa sudah jadi?""Sudah, kata asisten Lidya akan dikirim besok Sayang.""Baguslah. Dan besok kata Bi Ijah juga asisten yng baru akan datang ke rumah Kita.""Oh iya, apa Kau tadi sudah menanyakannya sama Bi Ijah?""Iya Sayang sudah. Nanti kalo Mereka sudah datang, Kau yang harus mengatur tugas Mereka. Biar bisa bantu-bantu Bi Ijah." Anika mengangguk setuju mendengar perkataan Dewa."Kita makan di restoran itu saja Sayang."Dewa membelokkan mobilnya memasuki pelataran sebuah restoran. Turun dari mobil, Mereka segera masuk dan memesan makanan."Restoran ini bagus ya. Pasti harga makanannya sangat mahal." Anika memperhatikan sekeliling restoran itu, yang sangat bagus dan ditata dengan sangat estetis."Kenapa berpikir masalah harga Sayang? Kan ada Suamimu ini." ucap Dewa dengan bangganya."Aku tahu, Kau ini bisa membayar semua makanan mahal, bahkan mungkin Kau pun bisa membeli restoran ini dengan mudah."Sedang asyik Mereka berbincang, seor

  • Wanita Pelunas Hutang   Lingerie Sexy

    Pagi yang cerah, seluruh kekuarga Dewa bangun dengan senyum penuh kebahagiaan. Hari ini semua orang hanya berdiam diri di rumah, karena hari minggu. Dan satu minggu ke depan, resepsi pernikahan Anika dan Dewa akan segera dilaksanakan."Bi, kumpulkan semua orang di sini. Aku ingin mengecek semua persiapan minggu depan." Dewa memerintahkan pada Bi Ijah untuk mengumpulkan pelayan yang lain."Baik Tuan."Setelah menjawab Dewa, Bi Ijah pun segera keluar untuk memanggil Mang udin, Mang Oji dan Mang Marno. Mendapat perintah dari Tuannya, Mereka pun segera berkumpul."Tuan, Kami semua sudah ada di sini."Dewa yang sedang membaca koran, menurunkan kertas yang penuh dengan tulisan dan berita itu."Baiklah, Kalian semua sudah berkumpul di sini. Ada beberapa hal yang ingin Aku tanyakan sama Kalian.Minggu depan adakah acara resepsiku dengan Anika. Bagaimana dengan semua tugas kalian?""Saya dulu yang akan melaporkannya Tuan." Bi Ijah maju lebih dulu untuk memberikan laporannya."Untuk katering ya

  • Wanita Pelunas Hutang   Nobar Film

    Malam yang semakin sepi merayap, namun belum bisa melenakan dua pasangan yang sedang jatuh cinta. Apa lagi masih pengantin baru. Setiap malam ingin selalu berpelukan dan memadu asmara, menikmati surga dunia. Anika dan Dewa pun sedang mengalami hal seperti itu.Hujan yang turun membasahi bumi sejak sore tadi, menambah kian romantis untuk mereka berdua. Dengan bersandar pada dada bidang Dewa, Anika sedang memperhatikan Dewa yang dengan telaten mengajarinya bagaimana menggunakan Smartphine dan istilah-istilah yang biasa digunakan dalam HP Android."Bagaimana, mudah kan. Sekarang ayo di coba." Dewa memberikan Smartphone itu pada Istrinya. Anika mencoba beberapa kali mengusap layarnya, dan mencoba mengetik beberapa pesan yang kemudian dikirimkan pada HP Suaminya."Wah, ternyata mudah ya. Horeee, Aku sudh bisa memakainya. Makasih Sayang." Anika bersorak kegirangan layaknya anak kecil yang baru dibelikan mainan. Dewa tertawa melihat kelakuan Istri mungilnya itu yang baginya nampak sangat luc

  • Wanita Pelunas Hutang   Belajar Etika

    Tiba di rumah, Mang Oji menyambut kepulangan Anika dan Lety dengan langkah yang tergesa."Nyonya kenapa baru pulang? Mampir dulu kah ke tempat lain?" tanya Mang Oji setelah membukakan pintu untuk Lety dan Anika."Maaf Mang, tadi ada sedikit masalah di jalan saat Kami pulang. Jadi telat sampai rumah." jawab Anika setelah kuar dari mobilnya."Dari tadi sudah ada tamu yang menunggu Nyonya di dalam."Anika berhenti sejenak, dan menatap ada Mang Oji."Tamu? Siapa Mang?"Anika bertatapan dengan Bi Ijah. Mungkin Bj Ijah tahu Siapa yang di maksud oleh Mang Oji."Memangnya Siapa tamunya Mang?" tanya Bi Ijah, karena Dia juga belum melihat orangnya."Dia itu seorang wanita. Katanya sih yang kemarin dari Butik,...Butik apa itu ya, aduh Saya lupa namanya Bi.""Kamu itu memang kebiasaan, pelupa orangnya. Apa Dia itu temannya Mbak Lidya ya Nya. Kan kemarin sudah janji kalo hari ini akan datang.""Oh iya Bi, mungkin Kau benar. Aduh, kenapa Saya bisa lupa ya.""Memangnya Dia Siapa Ma?" Lety ikut - ikut

  • Wanita Pelunas Hutang   Di mana Kamu, Dek?

    "Kita akan kemana lagi Bos? Sudah hampir dua minggu Kita mencari informasi tentang Adik Bos, tapi sampai saat ini Kita belum menemukan titik terang.Pria yang duduk dibelakang stir mencoba bertanya arah dan tujuan selanjutnya Mereka akan mencari Adik dari majikannya itu. Erfan terdiam, mencoba berpikir dengan cara apa lagi Dia akan mencari Adiknya."Kalo misalnya Kita mengeksposnya di Media bagaimana Bos?" kata Pria yang duduk di sebelah Erfan."Aku juga sudah berfikir ke arah situ, tapi kalo Kita membuat berita di Media Aku takut akan ada orang jahat yang dapat memanfaatkan informasi itu.""Maksudnya Bos, maaf saya tidak tahu.""Coba fikir, kalo Aku memuat berita bajwa Aku sedang mencari Adikku, Aku yakin pasti nanti akan ada banyak orang yang mengaku sebagai Dia. Belum lagi kalo ada musuh-musuhku yang tahu Aku masih punya Adik, Mereka pasti juga akan mengincarnya.""Waduh, iya juga ya Bos. Kenapa tadi Saya tak berpikir ke arah situ ya. Maaf Bos, Saya memang bodoh." sahut Pria itu me

  • Wanita Pelunas Hutang   Horeee, Aku Sekolah

    Sesuai dengan rencana, maka esok harinya Lety dengan diantar oleh Anika dan Bi Ijah mendaftar ke sekolah Taman kanak-kanak yang masih berada dalam lingkungan perumahan Dewa."Bagaimana,apa Kau senang Sayang?""Tentu saja Ma, Aku senang karena mulai sekarang Aku akan belajar di Sekolah bersama banyak teman. Selama ini Aku kan selalu di kurung di dalam rumah, sangat membosankan."Lety rupanya sangat senang dengan keputusan Papanya yang sudah mengijinkannya untuk mengenal dunia luar dengan bersekolah."Bi, apa sudah siap untuk berangkat"Tanya Anika pada Bi Ijah."Tenang saja, semuanya sudsah Bibi siapkan kok.Sekarang Kita tinggal berangkat saja, yuk.""Oke Bi, twrima kasih ya sudah membantuku menyiapkan semuanya."Sahut Anika pada perempuan setengah baya itu.. Merekapun segera melangkah menuju ke halaman depan. Sampai di sana, Mnag Udin sudah bersiap di belakang kemudi mobil."Silahkan naik Nona kecil, waahh hari ini kelihatan sangat cantik ya." sapa Mang Udin pada majikan kecilnya itu.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status