Share

Pesan Yang Bikin Jantungan

Rebeka kaget alang-kepalang mendengar penuturan Alina yang mengatakan kalau mereka bukanlah saudara kandung. Sudah dua puluh dua tahun umurnya, baru kali ini Rebeka mengetahui hal itu. Entah itu hanya guyonan dari sang kakak, atau memang benar adanya. Namun, apa yang diucapkan Alina mampu membuat jantung Rebeka terasa ingin meledak saat itu juga.

"Kakak lagi bercanda, kan?" tanya Alina meyakinkan apa yang dia dengar adalah sebuah kebohongan Alina untuk mengerjainya.

Alina hanya menggeleng pelan tanpa menjawab sepatah kata pun pertanyaan dari Rebeca. Dia sebenarnya tidak mau mengasih tahu Alina tentang hal yang ditutupi selama ini. Bahkan ini ditutupi berpuluh tahun lamanya. Namun, Alina merasa ini waktu yang tepat dia mengungkap rahasia yang sebenarnya tidak boleh dibocorkan oleh orang tua mereka. Alina ingin Rebeka tahu status mereka yang sebenarnya dan seberapa besar cinta serta sayang Alina pada Rebeka.

"Kakak, kamu bercanda." Rebeka memegang erat tangan Alina dan masih berharap ini adalah guyonan semata.

"Maafkan kakak, Re. Kakak mengatakan hal yang sebenarnya. Kakak mau kamu mengetahui ini sebelum kamu jauh dari kakak. Walau kamu bukan adik kandung kakak, tetapi sayang kakak padamu selalu utuh. Bahkan, dibandingkan rasa cinta dan sayang suamimu nanti, sayang dan cinta kakak tidak akan bisa dia tandingi untukmu."

"Kakak bercanda!" tangis Rebeka pecah, dia masih enggan menerima kenyataan yg harus dia terima.

"Jangan menangis. Kamu adalah adikku! Kamu harus kuat dan tidak cengeng lagi. Satu hal yang harus selalu kamu ingat, kakak sayang kamu, Re. Sekarang hapus air matamu. Mau kakak bukanlah kakak kandungmu, ataupun sekandung sekalipun, sayang kakak tetap sama kepadamu. Besar, sangatlah besar sayang kakak padamu, Re." Alina memberikan senyum termanis pada Rebeka yang masih syok dengan apa yang dia dengar.

"Status bukanlah hal yang penting, Re. Yang terpenting itu kakak sangat sayang padamu, dan kakak minta kamu berhentilah jadi gadis manja yang suka sekali menangis. Dari kecil kamu selalu saja manja dan suka menangis, apa stok air matamu gak habis-habis?" canda Alina disela pesannya.

"Kakak, aku masih tidak percaya ini," ungkap Rebeka tentang hatinya yang menolak kenyataan yang dia terima.

"Abaikan saja. Itu tidaklah penting. Mau aku kakak kandungmu atau bukan, status itu tidak akan merubah sayang kakak padamu." Alina menggandeng Rebeka dan mengajaknya kembali menuruni tangga.

"Hapus air matamu! Jangan lupa nanti tersenyum menyambut para tamu." Ujar Alina dengan kaki yang terus mengayun menuruni tangga.

Rebeka hanya diam tanpa berkata apapun. Cerewetnya yang biasa tidak pernah berhenti, kini seakan pensiun tanpa pamit. Dia melaksanakan perintah Alina untuk menghapus air matanya, tetapi dia sudah menjadi orang yang irit bicara dengan kekecewaan yang tidak terbatas untuk saat ini.

"Jangan lupa senyum pada tamu undangan! Untuk yang kita bicarakan tadi, kamu tidak perlu menanyakan sama Mama atau Papa. Namun, kalau kamu ingin tahu kebenarannya, boleh saja tanya sama Mama dan Papa, tapi tunggu acara selesai dan tamu undangan sudah pergi. Biar tidak mengganggu acara sakral pernikahanmu," ujar Alina.

Sekarang Rebeka benar-benar irit bicara. Dia tidak membalas ucapan apapun dari Alina. Sampai langkah kaki mereka menginjak lantai satu, Rebeka masih saja diam dan tidak ada niat sedikit pun untuk angkat bicara.

"Senyum!" bisik Alina untuk mengingatkan Rebeka.

Lagi dan lagi, Rebeka tidak berbicara, tetapi dia menuruti apa yang dikatakan kakaknya. Ngilu bersarang di ulu hatinya yang terus menusuk bagaikan berling dalam daging.

"Anak papa," sambut Basril ketika Alina dan Rebeka sudah berada di dekatnya.

Rebeka hanya diam. Dia begitu kecewa, kenapa papanya itu menyimpan rahasia yang tidak dia beritahu pada Rebeka selama ini. Melihat perubahan anaknya yang biasa periang dan cerewet, Basril mengernyitkan dahinya penuh tanda tanya.

"Adikmu kenapa, Lin?" tanya Basril meminta penjelasan Alina. Karena selama ini yang bersangkutan dengan Rebeka, pasti Alina tahu segalanya.

"Maklum calon pengantin, Pa. Mungkin dia grogi dan mempengaruhi mood dia," jawab Alina yang langsung ditarik pergi oleh Rebeka dari hadapan orang tuanya.

Kepergian Rebeka dan Alina dari hadapannya menyisakan banyak tanya di kepala Basril. Rebeka adalah anak yang begitu cerewet, tetapi hari ini jauh berbeda dari sifat aslinya. Hal itu membuat Basril bingung dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada Rebeka. Jika memang karena grogi, Basril sangsi atas itu. Karena sangat tidak mungkin mood Rebeka berubah 180° secara otomatis seperti itu.

"Jangan cemberut begitu. Kalau kamu tidak senyum dan akan selalu cemberut seperti itu, kakak akan tinggalkan kamu di sini. Biar kamu saja sendirian yang menyambut para tamu," ancam Alina, tetapi tidak digubris Rebeka.

Alina yang tidak terbiasa dengan diamnya si gadis cerewet yang selalu manja padanya, dia pun merasa janggal. Penyesalan datang tiba-tiba di hati Alina. Andai dia tidak jujur tentang status mereka, pasti Rebeka tidak akan seperti ini. Ternyata diamnya Rebeka membuat sobekan di hati Alina.

"Perasaan dari rumah Zidan ke sini hanya lima belas menit, tetapi kenapa dia belum datang?" tanya Alina pada Rebeka untuk memancing adiknya itu angkat bicara.

"Tadi sudah mau jalan kesini," jawab Rebeka yang berhasil dipancing Alina.

"Coba kamu telpon dia," usul Alina yang masih ingin adiknya kembali cerewet seperti semula.

Kini sepertinya mereka sudah berubah posisi. Alina yang biasanya pendiam, sekarang banyak bicara. Sedangkan Rebeka, dia yang biasanya over cerewet, sekarang malah jadi pendiam.

"Gimana? Apa gak diangkat?" selidik Alina.

"Nomornya gak aktif, Kak," jawab Rebeka kembali menutup beranda ponselnya.

"Coba telpon lagi. Mungkin karena jaringan tidak bagus," usul Alina yang langsung diangguki oleh Rebeka.

Rebeka kembali mencari nomor kontak calon suaminya, dan menelepon nomor itu kembali. Namun, nomornya masih tidak aktif. Kecemasan datang melanda hati Rebeka saat itu juga.

"Memang tidak aktif, Kak. Apa ponsel dia ketinggalan, habis baterai atau hilang," tebak Rebeka yang mulai panik nomor telepon Zidan tidak bisa dihubungi.

"Coba kamu chat dia saja. Biar saat aktif dia bisa membaca pesanmu. Terkadang nomor tidak aktif itu karena jaringan yang tidak bagus. Apalagi dia di perjalanan. 'Kan katamu tadi dia sudah berangkat kesini. Di jalanan memang sering sinyal hilang," Alina mencoba menenangkan adiknya agar tetap berpikiran positif agar mood dia tidak semakin hancur.

"Atau dia tadi sudah chat kamu sebelum nomornya tidak aktif. Coba cek dulu," imbuh Alina kembali.

Rebeka yang dari tadi memang tidak mengecek aplikasi chat di ponselnya, dengan segera mencari aplikasi itu di layar benda pipih miliknya dan membuka aplikasi itu dengan tidak sabar. Ternyata memang ada beberapa pesan dari Zidan. Bahkan di sana telah menumpuk puluhan chat yang belum dia baca.

"Beneran, Kak. Ternyata dia sudah dari tadi chat aku. Sudah banyak sekali pesannya," ujar Rebeka memberi tahu Alina tentang hasil dari buka aplikasi chat di ponselnya.

"Kak," panggil Rebeka dengan suara bergetar.

"Ada apa, Re? Kamu kenapa?" tanya Alina yang kaget ketika ponsel Rebeka jatuh begitu saja dari tangan sang adik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status