Share

Kepercayaan Yang Terkoyak

Ponsel Rebeka yang tadinya digenggam untuk mengecek pesan dari calon suaminya, kini jatuh ke lantai begitu saja. Sontak membuat Alina kaget dan bertanya-tanya apa yang terjadi. Pikiran Alina langsung dipenuhi hal-hal negatif yang telah terjadi pada Zidan–calon suami Rebeka.

"Ada apa, Re? Apa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?" Tanya Alina sambil mengambil ponsel yang sudah tergeletak di lantai.

Rebeka tidak bisa berkata apapun untuk menjawab pertanyaan kakaknya. Dia tidak menyangka cobaan untuk dirinya hadir pada hari yang seharusnya dia sangat bahagia. Mulai dari dia yang memgetahui kebenaran tentang dirinya yang bukan adik kandung Alina, kini datang lagi cobaan yang tidak kalah dahsyatnya menghantam hati Rebeka.

"Astaga!" Alina terlonjak kaget ketika melihat foto di layar ponsel Rebeka yang sedang berada di tangannya.

"Re, ini seriusan?" tanya Alina minta penjelasan dari Rebeka.

Rebeka tidak menjawab pertanyaan Alina. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Berharap Alina tidak percaya pada apa yang terpampang nyata di layar ponselnya.

"Katakan yang sejujurnya, Re! Kamu mau mempermalukan keluarga kita!" Bentak Alina mencengkram lengan adiknya.

"Tidak, Kak. Aku tidak pernah seperti itu," bantah Rebeka dengan berurai air mata.

Alina kembali memperhatikan foto di ponsel Rebeka dengan saksama. Dia meneliti setiap inci foto itu, sesekali dia coba untuk zoom fotonya. Namun, tidak dia temukan tanda-tanda kalau itu adalah sebuah editan. Foto itu bisa dipastikan keasliannya. Sedikit pun tidak ada kejanggalan di dalamnya. Terlihat sangat real sebagaimana foto yang tidak ada manipulasi sedikit pun.

"Ini benar-benar foto asli tanpa editan. Ini kamu, Re. Beraninya kamu berbuat seperti ini!" Alina menatap Rebeka dengan begitu tajamnya.

Alina sangat kecewa pada Rebeka yang dia sayangi selama ini. Alina tidak menyangka Rebeka akan melakukan hal bodoh dan memalukan seperti itu. Apalagi, di saat hari pernikahannya, Rebeka ditinggalkan oleh Zidan. Dengan jelas Zidan memutus hubungannya dengan Rebeka dan membatalkan pernikahan mereka yang seharusnya berlangsung hari ini. Zidan mengirim pesan terakhir pada Rebeka dengan menyematkan beberapa foto Rebeka bersama pria lain. Yang mana di dalam foto itu terlihat Rebeka tertidur pulas dan dipeluk mesra oleh seorang pria dengan tubuh terbuka tanpa busana. Hanya separuh badannya yang tertutup oleh selimut, sehingga tubuhnya masih bisa aman dari potret itu. Namun, dari potret dalam foto yang dikirim oleh Zidan, bisa dilihat kalau saat itu Rebeka dan pria itu sedang tidak memakai baju.

"Kak, tolong percaya padaku. Kakak tahu aku, dan Kakak mengenal siapa aku sepenuhnya. Aku bukanlah wanita murahan seperti itu. Aku tidak pernah tidur dengan laki-laki mana pun, Kak," mohon Rebeka, berharap Alina akan percaya padanya.

"Aku memang mengenalmu, tapi sepertinya aku salah dalam menilaimu. Aku juga kecewa pada diriku sendiri yang tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk menjagamu dari hal kotor seperti itu," ujar Alina dengan mata yang sudah menganak sungai.

Rebeka meraih ponselnya dari tangan Alina. Dia mencoba menghubungi nomor ponsel Zidan. Namun, nomor itu sudah tidak aktif lagi. Dengan tangan gemetar, Rebeka menelepon nomor Zidan berulang kali, tetapi hasilnya tetap sama. Nomor Zidan sudah tidak aktif dan sangat mustahil akan tersambung panggilan teleponnya. Rebeka tidak mau menyerah, dia mencoba menelepon Mama Zidan, tetapi panggilan teleponnya selalu ditolak.

"Rebeka!" tiba-tiba suara yang begitu jelas diselimuti kemarahan datang dari arah belakang Rebeka.

Rebeka sudah tahu apa yang akan terjadi. Dia tetap bergeming di tempatnya berdiri. Badai dan gelombang sudah siap menghantamnya. Kini Rebeka hanya bisa pasrah. Kakak yang biasa melindunginya saja sudah tidak percaya, apalagi mama dan papanya yang sudah pasti tidak akan mendengarkan penjelasan Rebeka.

"Dasar anak kotor!" Cacian bersamaan dengan sebuah tamparan berhasil diterima oleh Rebeka dengan hati yang telah hancur.

"Tega kamu mempermalukan keluargamu sendiri!" ujar mamanya dengan pancaran mata yang seakan siap menerkam.

"Bunuh aku!" pinta Rebeka yang sudah putus asa.

Masalah yang datang bertubi-tubi tidak lagi bisa Rebeka tahan di hatinya. Keputusasaan datang tanpa memberi celah untuk akal sehat Rebeka berpikir ulang atas ucapannya. Yang ada dipikiran Rebeka saat ini hanya dengan dia mati, semua masalahnya akan berakhir. Apalagi, Alina yang biasa menyayanginya, membela dikala Rebeka dimarahi mama dan papanya, kini Rebeka merasa Alina sudah tidak lagi ada dipihaknya.

"Jika aku adalah anak kotor yang selalu bikin kalian malu, dan selalu berulah. Silahkan Mama bunuh saja aku," ujar Rebeka dengan suara bergetar.

"Kalau tahu begini, memang lebih baik kamu mati dari kecil. Bisanya hanya membuat malu!" sentilan dari mamanya yang langsung menusuk hati Rebeka.

"Ma, ada apa ribut-ribut begini," sela Papa Rebeka yang baru saja menghampiri mereka.

"Ini, Pa. Zidan membatalkan pernikahannya dengan Rebeka, karena Rebeka ketahuan tidur dengan pria lain. Mana dia tidurnya bawa pria itu ke rumah ini," jelas Mama yang tersulut emosi.

"Astaga. Benar, Re?" tanya papa Rebeka meminta penjelasan anaknya.

Rebeka hanya diam. Dia tidak menjawab sepatah kata pun. "Percuma aku menjawab dan menjelaskan. Semua juga tidak akan percaya," batin Rebeka yang memilih diam daripada menjelaskan.

"Re, jawab papa! Apakah benar apa yang dibilang mamamu?" tanya papa Rebeka kembali meminta penjelasan.

"Papa lihat saja ini." Anita menyodorkan ponselnya pada Bagas.

Di layar ponsel itu terlihat Rebeka yang sedang tertidur pulas bersama seorang pria dengan keadaan sama-sama telanjang. Dapat dilihat kalau mereka berdua sedang tidur di ranjang Rebeka. Itu artinya Rebeka membawa pria itu ke dalam rumah mereka.

"Re! Papa kecewa sama kamu. Papa tidak menyangka kamu akan melakukan hal seperti ini. Mau ditaruh di mana muka papa," ucap Bagas dengan penuh kekecewaan pada anaknya.

"Bagaimana ini, Pa. Tamu sudah pada datang. Jika kita umumkan tentang pernikahan Zidan dan Rebeka yang batal, apa kata teman-teman sosialita mama. Mereka akan mencemooh mama … Pa," keluh Anita.

"Begini saja. Rebeka akan tetap menikah, biar semua berjalan seperti yang telah direncanakan dan nama baik keluarga kita terselamatkan. Kita cari pria yang tidur bersama Rebeka, lalu suruh dia menikahi Rebeka. Ini demi keluarga kita. Biar tidak kena hujat dan tidak diolok-olok oleh tamu yang sudah datang," usul Alina begitu tegas.

"Mama setuju," jawab Anggita cepat.

"Yang tidur sama Rebeka itu adalah salah satu karyawan papa. Biar papa telepon dia," ujar Bagas menyetujui usulan Alina.

Bagas, dia adalah papa Alina dan Rebeka. Dia menelepon orang yang dia sangka tidur dengan Rebeka. Mimiknya terlihat begitu serius. Panggilan telepon itu hanya berlangsung sebentar saja. Tidak banyak yang mereka bicarakan.

"Dia setuju," ungkap Bagas sesaat setelah dia memutus panggilan teleponnya.

"Sebentar lagi dia akan sampai di sini. Kebetulan memang dia dapat undangan untuk menghadiri pernikahan Rebeka," imbuh Bagas kemudian.

Mendengar apa yang dikatakan papanya sesaat setelah menelepon, Rebeka tidak bisa membendung kesedihan yang memberi rasa perih di ulu hatinya. Dia menatap papanya yang acuh padanya, dan beralih menatap Alina meminta kekuatan. Namun, Alina juga mengabaikannya. Kekecewaan terpancar jelas dari air muka Alina.

"Kak," panggil Rebeka ketika Alina melangkahkan kaki akan meninggalkannya.

"Hmm," jawab Alina acuh. Namun, dia memberhentikan langkahnya walau terasa berat.

"Kakak percaya aku melakukannya?" tanya Rebeka memastikan kakaknya.

"Entahlah." Jawab Rebeka yang kembali mengayunkan langkahnya meninggalkan Alina.

"Kakak!" panggil Rebeka kembali, tetapi kali ini Alina sudah tidak menghiraukannya lagi.

"Jika kamu sudah tidak menaruh kepercayaan padaku, Kak. Bagaimana bisa aku meminta kepercayaan pada yang lain. Aku memang hidup di tengah keluarga utuh, tetapi aku bagaikan orang asing ditengah keluarga ini. Hanya kamu yang selalu ada untukku, tetapi kamu juga sudah mencampakkan aku," lirih Rebeka menatap punggung kakaknya yang semakin menjauh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status