Beranda / Romansa / Wanita Penghibur Berkelas / 6. Jadi Istriku dan Singkirkan Ibu Tiriku

Share

6. Jadi Istriku dan Singkirkan Ibu Tiriku

Penulis: Mustacis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-03 17:57:31

“Jadi istriku.”

Serina hampir mengira dirinya salah dengar. Dada mereka bersentuhan dan ia bisa merasakan gerakan naik turun dada Tanjung yang semakin cepat.

Ia mendorong laki-laki itu dan memberikan jarak di antara mereka. Syukurlah, kali ini tubuh Tanjung bergerak, dan Serina bisa melihat mata Tanjung yang bergetar dan memerah. 

Bola mata Tanjung seperti tidak fokus, seolah berusaha menghindari tatapan Serina. 

“Istri kau bilang?” Serina tidak habis pikir. “Banyak laki-laki yang tertarik padaku, tapi baru kali ini ada yang memintaku menjadi istrinya.”

Serina gemas sekali. Ingin rasanya ia mengangkat dagu laki-laki itu dan membuatnya menatap matanya. Ia seperti sedang berhadapan dengan murid SD yang sedang mengakui kesalahannya di depan guru. 

“Apa alasanmu? Kita baru pertama kali bertemu.” Lalu Serina membulatkan mata lima detik kemudian. “Oh, apa cinta pada pandangan pertama?” Ditatapnya lelaki itu ngeri.

Tanjung tidak menjawab.

Dan Serina menertawakan terang-terangan. “Kau ingin mengorbankan masa depanmu hanya karena cinta pandangan pertama yang konyol?”

Itu sangat naif. “Kau hanya tertarik, Tuan. Bukan cinta.”

“Bukan.”

Serina menutup mulut dan memfokuskan pandangannya pada lelaki itu.

“Aku ingin kau menyingkirkan ibuku.”

Serina memiringkan kepala. Tidak mengerti dan juga tidak tertarik.

“Ibu tiri.”

“Ah, perebutan warisan? Drama keluarga kaya.” Serina mengerjap bosan. “Maaf, tapi aku tidak ingin terlibat.”

Ia mengayun langkah dan meninggalkan tempatnya sambil menggeleng heran. Bisa-bisanya hari ini dia bertemu dengan orang-orang aneh yang menyebalkan.

“Tunggu.” Tanjung kembali meraih lengan Serina. “Aku akan memberikan bayaran yang sepadan. Berapa pun yang kau mau.” Diliriknya kertas-kertas yang diremas Serina.

“Apa pun masalahmu, aku akan membantu.”

Serina ikut melirik surat kontraknya. Mulai merasa bingung dan disorientasi. Juga tidak mengerti mengapa lelaki bernama Tanjung ini sejak tadi terus memepet padanya. Kali ini pria itu meraih lengan kanannya dan kembali mendekatkan tubuh mereka.

“Aku juga akan membebaskanmu dari tempat ini. Kau tidak perlu mendapatkan penghinaan seperti tadi.” 

Serina seperti sedang berhdapan dengan seorang bocah TK yang merengek ditemani tidur sepanjang malam sambil memberikan janji-janji bahwa dia akan menjadi anak baik dan akan mendapatkan nilai tertinggi di sekolah.

Baginya, lelaki ini terlihat seperti itu. 

Seperti laki-laki yang putus asa dan hanya berharap padanya. Begitu berharap sampai-sampai tidak sanggup menerima penolakan. 

“Kenapa harus aku? Banyak perempuan di luar sana.”

Tanjung kembali mengembuskan napas berat di bahu kiri Serina. “Hanya kau yang bisa.”

Tanjung terlihat sangat tertekan. Sebenarnya seburuk apa tabiat ibu tirinya?

Serina mulai merasa iba, tapi tentu rasa kasihan itu tidak bisa membuatnya mengambil keputusan secara spontan. Ia perlu menemui Brata dan menyembur pria tua bangka itu.

“Aku akan mengikuti semua kemauanmu dan memberimu banyak uang.”

Serina menghela napas. Lelaki ini tidak akan berhenti merengek jika dia tidak memberikan kesempatan. “Baiklah. Kita bicarakan di tempat yang sepi. Kau punya uang untuk menyewa satu ruangan VIP?”

Tanjung mengangguk dan sedetik kemudian Serina sudah menarik tangannya keluar dari lorong tempat peristirahatan para pekerja itu menuju ruang VIP.

Mereka masuk ke ruangan paling ujung. Dengan napas lelah, Serina menghempaskan tubuh ke atas sofa dan menyandarkan kepalanya. 

“Oh, Tuhan … hari ini aku bertemu orang-orang aneh.”

Tanjung ikut duduk di hadapan Serina. Menatap wanita itu dalam-dalam dan menemukan banyak keunikan. Serina terlihat licik dan punya banyak akal, tipe yang sulit dilawan, tapi juga punya sisi yang natural seperti ini. 

“Jadi … ceritakan semuanya, dan berhentilah merengek.”

Tanjung mengernyit. Kapan dia merengek?

Meski begitu, ia tetap memperbaiki posisi duduknya dan bersiap untuk menceritakan segalanya.

“Ayahku punya wanita simpanan.”

Kalimat awal itu direspon oleh dengusan muak oleh Serina. Lagi-lagi simpanan! Laki-laki berengsek!

“Dan wanita simpanan itu adalah ibuku.”

Oh, baiklah. Serina mengerjap canggung dan mulai menegakkan tubuhnya.

“Ibu tiriku sangat membenci ibuku. Dia adalah perempuan yang sangat mengerikan. Di saat umurku lima tahun, dia membawa beberapa preman untuk menyiksa ibuku, bahkan memperkosanya secara bergantian.”

Saat itu mata Tanjung tak lagi fokus. Ia menunduk dengan dua tangan yang mengepal kuat. Masih teringat jelas dalam kepalanya, bagaimana angkuhnya Narumi yang membawa lima preman berbadan besar dan menyiksa ibunya tepat di depan mata Tanjung kecil.

“Lalu membawaku pergi. Mengurung ibuku di rumah sakit jiwa dan membesarkanku dengan cara yang sangat kejam. Mendidikku dengan disiplin yang ketat dan menyiksaku setiap saat. Menguasai diriku dan kehidupanku.”

Tanjung bahkan tidak bisa lagi menemukan jati dirinya sendiri. Ia dikuasai. Tubuh, hati, jiwa, mental dan pikirannya didominasi penuh oleh Narumi sejak kecil.

“Lalu saat aku mulai dewasa. Ketika aku sedikit memberontak, dia mengancamku dengan menggunakan ibuku.”

Sampai di situ, Serina merinding. 

“Aku membawa beberapa wanita pilihanku, tapi semuanya berakhir gagal. Tak ada yang berjalan lancar. Dia ingin menjadikanku bonekanya seumur hidupku.”

Tubuh itu menggigil. Serina melirik AC di atas mereka sekilas kemudian menyadari bahwa Tanjung bukan menggigil karena kedinginan.

“Aku kehabisan cara untuk terbebas darinya. Setelah melihatmu, aku mendapatkan cara terakhir. Aku tidak punya strategi lain selain itu.”

Serina tak mampu berkata apa-apa. Saat Tanjung mengangkat wajah untuk meminta jawabannya, Serina menggeleng dan saat itu juga Tanjung menjadi murung.

“Aku tidak sedepresi itu untuk menghasilkan uang sampai masuk ke kandang macan betina seperti ibu tirimu.”

“Aku akan membantumu.”

“Aku juga punya keluarga, Tuan Tanjung. Apa kau bisa menjamin ibu tirimu tidak akan menyakiti keluargaku?”

Yah, walaupun itu mustahil terjadi sih. 

Dia punya seorang kakak mantan pembunuh bayaran dan saat ini bekerja sebagai pengawal eksklusif, juga kakak ipar yang lebih garang dari macan betina yang kelaparan.

“Aku akan memberikan mereka pengawalan penuh. Kau tidak perlu khawatir.”

Serina mendecak karena dirinya mulai bimbang. Dia tidak ingin lagi terlibat dengan keluarga konglomerat—tidak sama sekali. Sudah dua kali dia celaka karena berhadapan dengan mereka.

“Aku juga akan memberimu status dan menghilangkan semua jejakmu di bidang ini.”

“Cukup. Jangan memberiku janji lagi. Aku sedang berpikir jadi jangan menggangguku.”

Tanjung mengunci mulut detik itu juga. Lelaki dengan sorot mata polos, tapi berbahu lebar itu menunggu dengan tegang seperti murid yang menantikan pembagian rapor. 

Serina melanjutkan debat dalam pikirannya. Menelaah untung dan rugi yang akan ia dapatkan. Tentu saja dia akan mendapatkan banyak keuntungan. Uang, kekuasaan, kehormatan dan uang. Uang lagi lalu uang terus. Ia akan kaya dalam waktu cepat tanpa menjadi babi ngepet atau memelihara tuyul.

Tapi masalahnya, itu tidaklah mudah. Menghadapi perempuan yang temperamen seperti ibu-ibu nyolot yang tadi menyiramnya dengam wine sangatlah gampang. Tapi, melawan perempuan yang licik, berbahaya dan bergerak tanpa rasa takut sangat sulit. 

Banyak hal yang harus dia pertaruhkan, termasuk nyawanya sendiri. 

Saat ia melirik Tanjung yang ternyata masih menatapnya penuh harap, Serina meringis. Ia bukannya takut, hanya saja sekarang keadaannya berbeda.

Dulu ia bosan hidup, karena itulah dia bisa melakukan apa saja dan mengambil semua risiko yang berbahaya sekalipun, tapi sekarang dia punya banyak alasan untuk tetap hidup dan juga keluarga yang mesti dia lindungi.

Serina mengangkat wajah. Menarik napas dalam-dalam dan menatap lekat mata Tanjung.

“Ayo kita coba.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Penghibur Berkelas   62. Menara Rapunzel

    Yang tertangkap saat Serina membuka mata adalah cahaya remang-remang. Lampu besar di tengah kamar mati dan yang menyala hanyalah lampu tidur di atas nakas. Suasananya tidak seterang saat ia dan Tanjung memasuki kamar. Wangi parfumnya dan parfum Tanjung menyatu dan menyebar di seluruh ruangan. Meski pendingin ruangan tetap menyala seperti tadi, tapi rasanya tidak dingin sama sekali, sebab ada tubuh yang merangkumnya dengan cara yang sangat hangat. Punggung telanjangnya menempel pada dada bidang yang terasa keras namun lembut. Serina menggerakkan kepala, menoleh dan menemukan Tanjung yang terpejam dengan damai. Tak ada kegelisahan di wajah maha tampan itu dan Serina menyukainya. Ia bahkan baru menyadari jika sejak tadi jari jemari mereka menyatu di depan dadanya. Serina tak ingin menanyakan apa yang terjadi pada perasaannya dan mengapa jantungnya berdebar halus namun penuh antusias. Untuk pertama kalinya ia tidak merasa jijik saat mendapati seorang lelaki telanjang di atas ranjangny

  • Wanita Penghibur Berkelas   61. Berada di Sisimu

    Tangan kokoh itu mendekap pinggangnya, terasa kuat namun seolah tengah mencari kekuatan. Serina terbawa suasana, pada embus napas Tanjung yang melemah, hangat tubuhnya, serta irama jantungnya yang berdetak cepat. “Aku akan menemanimu.” Serina mengucapkannya bukan karena merasa kasihan, sebab hatinya ingin memberitahukan pada lelaki ini, bahwa dia, “… akan berada di sisimu.”Tanjung tak menjawab. Hatinya merasa senang sekaligus pedih. Haruskah ia percaya pada Tuhan dan membiarkan wanita ini berada di sisinya? Sebab ia tak menemukan jaminan Serina akan selalu baik-baik saja dalam tampungan atap istana Maulana. “Sudah tengah malam. Bawa dia ke kamarmu, Serina.” Ucapan tegas itu memotong dari arah belakang. Sebelum Tanjung mengangkat wajah dan hendak menengok ke belakang, Serina mendekap kepala lelaki itu dan kembali menenggelamkannya di dadanya. “Tidak, dia harus pulang, Izora.” Meski suara berat itu samar, tapi masih bisa ditangkap oleh telinga. Nada keberatan, lalu menghilang seol

  • Wanita Penghibur Berkelas   60. Rahayu

    Wanita itu masih ada di hadapannya. Kondisinya masih sama—menyedihkan, seperti mayat hidup yang enggan mati, tak jua bisa dikatakan hidup. “Dua puluh dua tahun aku mengurungmu di sini, itu belum cukup, Rahayu.”Rahayu yang tak lagi terlihat manis dan menawan itu menatapnya dengan bola mata yang melotot, mengerti perkataan Narumi, tapi tak punya susunan kata untuk membalasnya. Bibir pucat dan pecah-pecah itu berat untuk terbuka. “Dan selama itu pula, anakmu ada di tanganku. Kusiksa dan kumanfaatkan sesukaku.” Ucapan itu memantik keseluruhan diri Rahayu. Ia memberontak, hendak maju menerjang Narumi, tapi terhalang oleh rantai dan pasung. Rambut yang berantakan tak terurus, tubuh kurus kerempeng hingga tulang-tulangnya menyembul, pakaian yang seadanya dan sudah robek-robek serta warnanya tak lagi terlihat, luntur, dan kumal. Dia tak lagi bisa disebut manusia. “Ingat ini, Rahayu. Karena dosa-dosamu di masa lalu, anakmu jadi menderita.” Narumi ikut terbawa perkataannya sendiri. Piki

  • Wanita Penghibur Berkelas   59. Anjing Pemberontak

    Meski sudah 22 tahun berlalu tanpa melihat sang ibu, Tanjung hafal betul wajah yang kerap kali tersenyum lembut padanya. Ia menanamnya di kepala selama ini selagi ia bertarung di rumah Maulana. Mungkin ibunya juga akan terlihat kurus dan tidak terawat, tapi jelas wanita ini bukanlah ibunya. Tinggi tubuhnya, sorot matanya, proporsi wajah, dan sentuhannya. Segalanya berbeda. “A-apa maksudmu?” Serina amat terkejut mendengar pengakuan Tanjung. Wanita itu bukan ibunya? Jelas-jelas perempuan itu adalah satu-satunya orang yang berada di tempat yang diam-diam selalu Narumi kunjungi.“Aku ibumu! Anakku!!” Wanita itu kembali mendekap Tanjung, tapi Tanjung mengurainya dengan kasar. “Anda bukan ibu saya!”Kekesalan di wajahnya benar-benar tercetak dengan jelas. Lebih daripada itu, ia amat kecewa. Harapannya melambung tinggi, tapi lagi-lagi ia terjatuh ke dasar jurang yang sangat dalam. Mungkin ini adalah pertama kalinya, Serina melihat wajah itu benar-benar mengerut penuh kekesalan. Bibirnya

  • Wanita Penghibur Berkelas   58. Bertemu Ibu Kandung

    Haruskah Serina mengakui jika dia juga menyukai cara lelaki ini menatapnya? Lembut, penuh penghormatan, dan rasa rindu yang dalam. Ia tak berani menyimpulkan terlalu jauh, sebab setiap lelaki yang mengaku tertarik padanya, tak pernah mencintainya. Mereka hanya terobsesi pada kecantikan seorang Serina, tapi lelaki ini berbeda. Matanya memandang dengan cara yang berbeda dari para lelaki bajingan itu. “Aku sudah banyak menyakitimu. Aku ingin melihatmu lagi, tapi tidak di rumah itu, tidak di tempat di mana Ibu akan mengancammu setiap hari.”Ah, dia sangat baik. Serina akhirnya bisa merasakan perasaan terenyuh. Untuk pertama kalinya, ada pria yang menatapnya khawatir di atas ranjang. “Lalu, haruskah kita kabur saja? Tinggal berdua di rumah lain?”Ide yang diucapkan secara asal-asalan itu mampu membuat hati Tanjung berdenyut perih. Bisakah ia melakukannya? Ia menginginkannya, tapi tidak untuk sekarang ketika Narumi sanggup menemukannya ke mana pun dia pergi. Serina meletakkan tangan di

  • Wanita Penghibur Berkelas   57. Gendong ke Ranjang Saja

    “Kalian sama. Dia perempuan yang merebut–”“Hentikan, Ibu.” Belum sempat jawaban yang ditunggu-tunggu semua orang itu terucap, Tanjung naik ke panggung diikuti oleh beberapa pengawal. “Bawa Ibu ke kamar 718. Biarkan dia istirahat.”Dua pengawal langsung memapah Narumi turun dari panggung. Orang-orang mungkin mengira wanita itu tengah mabuk, tapi hanya Tanjung yang tahu bahwa obat yang dia berikan pada minuman Narumi sudah bekerja. Sayangnya, rencananya gagal. Ia tak tahu apa yang direncanakan Serina malam ini, tapi kehadiran Serina membawa sesuatu yang beda. Ia menatap wanita itu, intens dan cukup lama. Diambilnya mikrofon dari tangan Serina lalu dia buka jasnya untuk disampirkan ke bahu Serina. Sesaat setelah napasnya terembus pendek, ia menyelipkan tangan ke bawah lutut dan punggung Serina. Wanita yang basah karena siraman wine itu dia bawa turun dari panggung. Serina mengerjap ketika tubuhnya terayun-ayun. Apa yang sedang dilakukan Tanjung di tengah orang-orang yang berbisik-b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status