Share

Bab 4. Rayakan Denganku!

Biarkan Veronica menikmati kegembiraan karena berhasil melewati satu tahap dari rencananya. Ada baiknya mengintip kehidupan CEO tampan dan dingin, Gio Hendrick.

"Congratulations, Pak Gio Hendrick! Ini lebih dari espektasi. Rencana Bapak berjalan sempurna." Senyum manis dengan mata biru berbinar menatap Georgio Leonard Hendrick.

Pria berusia empat puluh empat tahun itu tersenyum dengan tatapan tenang. Auranya yang selalu memunculkan kesan seorang pemimpin yang berkharisma, hadir lagi.

"Ya, aku juga tidak menduga yang tercapai bahkan lebih baik dari yang direncanakan. Melegakan, semua yang terlibat bekerja luar biasa." Gio kembali mengurai senyum tipis khas miliknya. Dia memandangi wajah ayu di depannya.

"Tidak berlebihan kalau keberhasilan ini dirayakan, bukan?" Wanita dengan rambut coklat terang itu mencondongkan tubuhnya merapat pada meja, menatap lebih dalam pada mata tegas Gio.

"Ah, aku tidak memikirkan itu, Bu Shiany," ujar Gio. Dia agak kaget tiba-tiba Shiany mengatakan itu.

"Sesekali menyenangkan diri sendiri kurasa wajar, Pak Gio Hendrick." Shiany, menggerakkan kedua bahunya yang terbuka. Pesona wanita muda itu merebak, Gio tak bisa menyangkal itu.

Setelan rok pendek di atas lutut dan blouse tanpa lengan berwarna kuning cerah membuat Shiany makin menyala. Apalagi potongan kain begitu melekat press di tubuhnya yang indah.

Gio tidak bergerak, masih duduk nyaman di kursinya.

"Aku pesan tempat sekarang, Pak. Di sini saja ... hmm ..." Shiany mencari di internet tempat makan mewah sekaligus berada di sebuah hotel.

Saat Shiany menyebutkan nama tempat yang dia akan booking, Gio mengerutkan keningnya. Wajah datar milik pria gagah itu langsung terpampang.

"Kurasa aku tidak bisa malam ini." Gio berkata dengan suara datar juga, sejalan dengan ekspresi mukanya.

Shiany tidak sedikitpun mengalihkan pandangan. Dia harus bisa menaklukkan duda tampan berhati dingin itu. Sudah cukup lama, Shiany penasaran dengan Gio Hendrick. Teman-teman bisnisnya mengatakan CEO salah satu perusahaan tekstil terbesar di kota Malang itu, pria sedingin kulkas. Meski telah sekian tahun menduda, tidak satu kali pun dia tampak dekat dengan wanita.

Siapa yang menyangka, dalam event kerja sama beberapa perusahaan sekota, Shiany ditugaskan kantornya mewakili perusahaan tempat dia bekerja. Shiany tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendekati Gio.

"Ayolah, Pak. Kita harus merayakan keberhasilan ini." Shiany membujuk. Dia berdiri dan mendekati Gio.

Dengan ponsel di tangan, dia merapat pada Gio menunjukkan indahnya lokasi yang dia pilih untuk pesta keberhasilan mereka menggelar expo besar selama dua bulan.

Gio bergidik saat tubuh Shiany menempel di samping kirinya. Shiany wanita muda yang cantik, cerdas, dan menawan. Pria manapun akan mudah terpesona dengan penampilannya yang seksi dan berani.

"Tempatnya manis banget, Pak. Ini akan jadi momen tak terlupakan di hari penuh kemenangan. Bagaimana?" Shiany membujuk lagi.

Gio memperhatikan layar ponsel wanita berusia dua puluh enam tahun itu. Siapa yang tidak tahu tempat yang Shiany pilih memang berkelas, wah, dan favorit di kota kecil itu.

"Nikmati keberhasilan kamu, Pak Gio. Rayakan denganku," kata Shiany dengan nada sengaja dibuat begitu rupa merayu Gio.

"Oke. Pesan saja." Akhirnya Gio mengalah. Dia tidak mau berdebat panjang dengan Shiany.

Dalam waktu lima belas menit, Gio harus melanjutkan pekerjaannya, ada pertemuan yang sudah terjadwal harus dia hadiri.

"Yes. Aku sudah booking tempat dan kamar," ujar Shiany dengan senyum lebar. Ternyata tidak sesulit yang dia kira. Baru juga Shiany menempel di bahu Gio, pria tampan itu setuju saja yang Shiany katakan.

"Kamar?" Gio melirik Shiany.

"Pak, bisa jadi akan sampai malam sekali kita di sana. Kenapa tidak sekalian kita menginap?" Shiany memegang lengan Gio. Wanita itu semakin berani.

"Jam berapa kamu booking tempat?" tanya Gio. Hatinya meletup membayangkan yang akan terjadi saat dia berdua dengan Shiany di resto lalu lanjut di kamar hotel.

"Jam delapan malam. Kalau lebih sore resto sangat penuh, aku kurang enjoy suka suasana yang teduh, romantis. Bagaimana menurutmu?" Shiany berlagak seolah-olah Gio telah benar-benar takluk padanya.

"Hmm?" Gio masih tak bergerak. Hanya lirikan mata tajam dan tegas milik pria tampan itu yang bereaksi.

"Kurasa Bapak mengerti maksudku." Shiany kembali melempar senyum paling manis. "Sekarang, aku harus kembali. Sampai nanti. Kita bertemu di sini atau ..."

"Sebentar," sahut Gio.

Dia menggerakkan badannya hingga sedikit memaksa Shiany menjauh memberi jarak di antara mereka. Gio bangun dari kursinya, dia berjalan ke arah tengah ruangan.

Pria itu mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang. Shiany memperhatikan Gio, ingin tahu siapa yang Gio telpon.

Tidak sampai dua menit, muncul seorang pria dan seorang wanita di pintu ruangan itu.

"Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Pria yang adalah salah satu karyawan itu bertanya dengan serius.

"Ah, begini, kalian telah bekerja sangat baik membantu pelaksanaan expo. Hasilnya sukses besar. Bu Shiany mau membuat perayaan untuk itu."

"Pak Gio?" Shiany melebarkan mata mendengar itu.

"Oya? Beneran, Pak?" Karyawan wanita yang berdiri sedikit di belakang teman kerjanya ikut bicara. Wajahnya seketika cerah, tatapan tegang yang sebelumnya tampak, hilang.

"Yup. Makan malam dan menginap di hotel, malam ini." Gio menegaskan sekaligus memberikan alamat lokasi yang akan mereka pakai.

"Wahh!!" Kedua karyawan itu saling memandang dengan wajah sumringah. Gio sengaja mengajak mereka. Keduanya asisten Gio dalam menjalankan proyek besar itu.

"Pak Gio?" Lagi, Shiany ingin menyela. Dia kaget Gio mengajak karyawannya ikut.

"Terima kasih banyak, Bu. Aku bahkan tidak terpikir memberikan reward untuk mereka. Setelah ini mereka pasti akan bekerja dengan lebih baik," lanjut Gio.

"Bu Shiany, terima kasih." Kedua karyawan itu bergantian mengucap terima kasih dengan kegirangan.

Shiany tersenyum tipis dan mengangguk. Rasa kesal mulai memenuhi hatinya.

"Baiklah, kalian bisa kembali bekerja. Aku dan Bu Shiany juga akan melanjutkan pekerjaan. Nanti malam jangan telat," kata Gio.

"Siap, Pak!" jawab keduanya serempak lalu berbalik dan meninggalkan ruangan itu.

"Pak Gio, aku hanya memesan satu meja dan satu kamar. Perayaan ini buat kita berdua. Karena-"

"Kita bekerja bukan hanya berdua, Bu. Mereka lebih keras bekerja dari kita. Jika boleh, yang lain pun akan aku undang untuk merayakan bersama-sama," tukas Gio menyela ucapan Shiany.

"Pak Gio, Bapak melukai perasaanku." Shiany menatap tajam pada Gio.

Tatapan itu sangat berbeda dengan sebelumnya. Bukan tatapan kekaguman, sebaliknya ada marah di sana.

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan para karyawan. Aku kira Bu Shiany juga punya pikiran yang sama." Sangat tenang, dengan nada datar Gio bicara.

Dia mencermati Shiany yang memandang padanya dengan wajah sedikit memerah. Gio tahu wanita muda itu tidak terima dengan keputusan Gio menyertakan kedua asistennya ikut dalam acara dadakan yang Shiany buat.

"Ya, oke. Tidak apa-apa. Mereka bisa ikut." Senyum kecut muncul di bibir merah menyala Shiany. Dia berjalan mendekat dan berdiri satu langkah berjarak dengan Gio.

Dia tidak punya pilihan. Toh, dia masih punya kesempatan terus di dekat duda mempesona itu. Dia akan buktikan pada teman-temannya dia bisa membuat Gio luluh dan dengan rela menjadikan Shiany pujaan hati.

"Malam ini, kita rayakan bersama." Shiany melepas tatapan penuh rayuan pada Gio. "Berikutnya aku akan memberimu kejutan, Pak Gio Hendrick."

Cepat tetapi halus, Shiany lebih mendekat dan meraih kedua bahu Gio. Sedikit berjinjit, Shiany memeluk Gio. Wajah mereka bertemu begitu dekat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status