Share

BAB 6

Auteur: APStory
last update Dernière mise à jour: 2023-10-13 16:39:45

Seorang wanita sedang berjalan ke arahnya ketika Evelyn menoleh. Satu hal yang dapat dipastikan, Evelyn yakin sekali bahwa wanita itu adalah salah satu selir yang terjebak di harem. Wajahnya tak asing.

"Namaku Claudia." Wanita itu mengulurkan tangan, mengajak berkenalan. "Sepertinya kita bisa menjadi teman yang baik," imbuhnya.

Meskipun sedikit ragu dan tidak minat, tapi pada akhirnya Evelyn mau berjabat tangan dengan Claudia dan tak lupa menyebutkan namanya. "Evelyn."

Caludia menyandarkan tubuhnya pada sisi wastafel. Kemudian, melipat kedua tangan di bawah dada. "Jadi, seberapa panas permainan yang kau lakukan di atas ranjang, sampai-sampai Tuan Zach tidak membiarkan pria lain menyentuhmu?" Jujur, ia sangat penasaran sekuat apa daya tarik Evelyn, sehingga Zach tega memukul Oliver hanya karena adik kandungnya itu ingin menjadikan Evelyn sebagai selir.

"Sialan! Aku bukan jalang," bantah Evelyn. Jika orang lain berpikir bahwa dirinya telah melewati malam yang panas dengan Zach, jelas itu keliru! Ia bahkan tidak sudi mengotori tangannya hanya untuk menyentuh ujung rambut pria itu.

"Lalu?" Alis Claudia bertautan. "Kau belum dijamah oleh Tuan Zach sampai detik ini?"

"Belum, dan tidak akan pernah!" Tatapan tajam Evelyn mengartikan bahwa dirinya sangat serius dan tidak sedang main-main.

"Biasanya wanita yang dibawa ke mansion oleh Tuan Zach akan langsung dieksekusi hari itu juga. Begitu pun dengan yang aku alami," ujar Claudia seraya menghela napas panjang, seolah kalimatnya menggali kembali luka kelam yang telah ia kubur sangat dalam.

Sementara Claudia mulai bercerita, Evelyn ikut menyandarkan tubuhnya karena merasa obrolan ini akan cukup panjang.

"Aku baru keluar dari gerbang sekolah pada saat itu, lalu tiba-tiba dipaksa masuk dan dibius oleh orang tak dikenal. Begitu sadar, tahu-tahu aku sudah berada di atas ranjang Tuan Zach dan ... kau pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya." Claudia tersenyum getir. Tak sanggup mendeskripsikan kejadian itu secara lebih detail. Sebuah momen di mana dirinya terlempar ke dalam jurang yang paling mencekam selama perjalanan hidupnya.

"Kau pasti sangat trauma sekarang," ucap Evelyn. Ia sendiri tidak tahu bagaimana harus berkomentar, sehingga kalimat itu secara spontan mengalir dari bibirnya.

Claudia menarik napas. "Itu adalah hari di mana duniaku rusak dan hancur. Tuan Zach berhasil merenggut sesuatu yang paling berharga dari seorang gadis berusia enam belas tahun pada saat itu," tuturnya.

Miris. Evelyn pikir Zach adalah laki-laki brengsek, tetapi ia tidak menyangka bahwa Zach ternyata jauh lebih mengerikan daripada makna brengsek itu sendiri. Sungguh manusia yang tidak memiliki hati. Atau mungkin ... Zach benar-benar merupakan titisan iblis?

"Apa alasan dia menyekapmu kemari?" tanya Evelyn penasaran.

"Itu karena ayahku memiliki utang yang tidak bisa dilunasi," papar wanita berambut sebahu tersebut. "Sebagai gantinya, aku dijadikan satu dari sekian banyak selir yang bertugas untuk melayani nafsu bejad keluarga Muller."

Sungguh, tak ada yang bisa Evelyn lakukan selain hanya merasa kasihan dan ikut prihatin. Beruntung dirinya tidak sampai menjadi korban pelecehan seperti yang dialami oleh Claudia.

"Kau sendiri, kenapa Tuan Zach membawamu kemari?" Setelah menceritakan alasan kenapa dirinya terjerumus di sini, Claudia penasaran bagaimana Evelyn bisa ditawan oleh Zach.

Tanpa ragu, Evelyn menjawab, "Ayahku tidak mau mengkampanyekan Zachary Muller seperti beberapa stasiun televisi yang lain. Itu membuat Zach sangat marah dan akhirnya menjadikanku sebagai alat untuk melemahkan Ayah."

Jawaban Evelyn dibalas oleh Claudia dengan mata terbelalak. Jujur, ia mengaku takjub atas keberanian ayahnya Evelyn dalam mengambil keputusan yang tentu akan berakhir fatal pada kehidupannya. Sebab, Zach bukan berasal dari keluarga yang bisa disepelekan.

Keluarga Muller memiliki power yang sangat besar di bidang perusahaan, organisasi politik, konsultan hukum, bahkan dalam ruang lingkup petinggi-petinggi negara. Tak sembarang orang bisa mengimbangi lingkar pertemanan mereka.

Jika orang itu tidak menguntungkan dalam segi apa pun, jangan harap bisa dekat-dekat dengan keluarga Muller! Namun, meskipun untuk berteman tidaklah mudah, menjadi musuh mereka juga bukan pilihan yang aman. Andai suatu hari tidak sengaja berpapasan dengan salah satu keluarga Muller di tepi jalan, sebaiknya putar arah dan berpura-pura tidak melihat siapa-siapa. Itu lebih baik daripada harus salah bicara atau bersikap.

"Lalu di mana ayahmu sekarang?"

Evelyn mengedikkan bahu. "Entahlah, tapi aku mendengar Oliver menyebut tentang ayahku yang disandera di ruang bawah tanah. Aku tidak tahu di mana tempat itu," sesalnya.

"Ruang bawah tanah?" Claudia membulatkan mata. "Aku tahu di mana lokasinya. Salah satu temanku di harem pernah mendapat hukuman disekap di sana, tapi ... tentu bukan hal yang mudah untuk datang ke tempat itu. Setiap sudut mansion diawasi ketat oleh para penjaga."

Lantas kalimat itu membuat Evelyn merosotkan bahu dengan lemas. Perjuangannya pasti akan sangat panjang dan melelahkan jika ingin pergi ke ruang bawah tanah.

"Sebenarnya ada satu cara untuk datang ke sana tanpa harus berurusan dengan penjaga," beber wanita berusia dua puluh tiga tahun tersebut. Evelyn memandang dengan penuh tanda tanya, menunggu kalimat selanjutnya. "Buatlah Tuan Zach tergila-gila padamu, maka tak ada seorang pun di mansion yang berani menolak permintaanmu."

Sontak Evelyn memasang ekspresi antara terkejut dan enggan. "Jangan bercanda." Ia terkekeh seraya menggeleng geli.

Claudia menarik tubuhnya dari sandaran keramik wastafel, meraih kedua bahu Evelyn, lalu memandang serius ke dalam bola mata teduh gadis itu. "Saat melihat dagumu terluka, Tuan Zach langsung mengutus Dr. James untuk memeriksamu lebih menyeluruh. Dia juga tidak ingin orang lain menyentuhmu. Bahkan saat Daissy melapor tentang Tuan Oliver yang ingin menjadikanmu selir, dia langsung kembali ke mansion dan melepas urusannya di luar. Lantas apa lagi yang membuatmu ragu kalau Tuan Zach bisa dengan mudah kau taklukkan?"

Alih-alih terdorong ke dalam lembah sugesti Claudia yang penuh keyakinan, Evelyn justru melengos seraya mengembuskan napas lelah. "Faktanya, si Brengsek itu hanya ingin melihatku membusuk di ruang tahanan dan akan memberi siksaan yang lebih pedih lagi. Dia tidak ingin ada bagian dari keluarganya yang menyentuh diriku, dengan alasan bahwa aku tidak pantas bersanding dengan mereka di atas ranjang."

Melihat sorot redup di balik bola mata Evelyn, seketika Claudia terkekeh geli. Ia pun berjalan mengelilingi Evelyn, memperhatikan setiap inci penampilan gadis itu tanpa ada yang tertinggal. "Kau memang tidak pantas bersanding dengan mereka di atas ranjang, tapi kau sangat layak bersanding dengan Tuan Zach di atas altar pernikahan yang sakral," imbuhnya. Kemudian, menghentikan langkah tepat di hadapan Evelyn. "Kau memiliki daya pikat yang kuat dan sangat menarik. Aku yakin, dengan pesona yang kau miliki, Tuan Zach bisa jatuh cinta padamu dan si Nenek Sihir Stella pasti akan tersingkirkan."

"Nenek Sihir Stella?" Dahi Evelyn berkerut.

"Ya, dia adalah istri dari Tuan Zach. Kami memanggilnya Nenek Sihir Stella, karena sikapnya memang seperti penyihir jahat di negeri dongeng."

"Jadi, Zach sudah menikah?" tanya Evelyn memastikan. "Jika istrinya adalah Nenek Sihir, maka sudah pasti Zach adalah Voldemort!"

Tidak sampai satu detik setelah kalimat itu terlontar dari mulut Evelyn, refleks Claudia menoleh ke setiap sudut ruangan. Barangkali ada orang lewat yang tak sengaja mendengar, atau parahnya malah Zach sendiri yang telah menguping obrolan mereka.

Setelah memastikan situasi aman, Claudia kembali melirik Evelyn. "Aku serius, tapi tolong jaga rahasia ini rapat-rapat," bisiknya dengan nada penuh kehati-hatian.

Evelyn mengangguk santai, tapi baginya itu sama sekali bukan sesuatu yang cukup penting untuk disimpan sebagai rahasia. Lebih baik dibuang dan biarkan berlalu seperti sampah. Lagipula apa untungnya menyimpan rahasia seremeh itu? Sungguh tidak berguna, selain hanya membuat sesak ruang memori di kepalanya.

"Nenek Sihir Stella selalu menyiksa dan menghukum siapa pun wanita yang ditunjuk oleh Tuan Zach sebagai selirnya, sedangkan di hadapan Tuan Zach sendiri dia tidak pernah berani berkomentar apa-apa," lanjut Claudia.

"Kenapa kalian diam saja? Setidaknya si Voldemort Zach harus tahu apa yang dilakukan istrinya terhadap kalian," ucap Evelyn yang merasa gemas mendengar cerita Claudia.

"Konsekuensinya sangat berat, Eve. Kalau sampai ketahuan Nenek Sihir, bisa-bisa kami dilempar ke kandang singa peliharaan Muller."

Dan apa yang Oliver katakan tentang kandang singa pada Evelyn sama sekali bukan dongeng. Ada tempat penangkaran khusus untuk tiga ekor singa jantan dewasa yang tentunya bisa meremukkan tulang manusia dengan mudah. Bahkan Zach memiliki peliharaan seekor macan kumbang berwarna hitam yang sangat buas.

"Intinya, aku sangat yakin kau mampu membuat Tuan Zach jatuh cinta padamu. Kau memiliki pengaruh besar untuk memerdekakan para selir tak bersalah yang terjebak di harem. Terlebih lagi jika Tuan Zach naik tahta menjadi presiden, kau pasti bisa mengubah pemimpin diktator yang kejam menjadi seseorang yang adil dan memprioritaskan kesejahteraan rakyat." Di balik tatapan Claudia, tersimpan harapan besar yang ia gantungkan di pundak Evelyn. Berharap gadis itu mau memikul harapan tersebut dan tidak membuangnya seperti sampah.

"Dan yang paling penting ... ayahmu pasti akan dibebaskan dari ruang bawah tanah." Claudia tersenyum kecil, lalu menepuk pundak Evelyn dengan gerakan santai. "Semua pilihan ada di tanganmu, Eve. Jadi, pikirkan matang-matang sebelum membuat keputusan," pungkasnya. Setelah itu, Claudia berlalu meninggalkan lorong toilet, membiarkan Evelyn seorang diri dalam kebimbangan.

Evelyn bingung, apakah ia harus mendengarkan perkataan Claudia untuk membuat Zach bertekuk lutut di bawahnya?

Lantas bagaimana pernikahannya dengan Lucas yang akan berlangsung beberapa hari lagi?

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
Haniubay
Kata kata Claudia ada benarnya.. Ujung ujungnya toh kamu tetap akan di paksa meski kau tak mau, mending kamu buat Zach jatuh cinta padamu...
goodnovel comment avatar
Reny yunita
ayo eve km bsa menaklukan si Zach aah aq mendukung mu eve buat si penyihir Stella di depak oleh si Zach eve
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Rencana S2

    Halo, Semuanya!Aku mau nanya, kira-kira ada gak yang masih mau baca novel ini kalau aku bikin S2?Tapi di S2 ini pemeran utamanya bukan Evelyn & Zach, melainkan karakter lain di dalam cerita ini. Nah, kalian mau aku bikin cerita lanjutan tentang perjalanan kisah siapa nih?Ada beberapa pilihan yang bisa kalian pertimbangkan—tentunya dengan konflik berbeda yang nggak kalah seru dan bikin senyum-senyum sendiri.1. Oliver2. Aldrick3. Bryan4. Fathe5. Florez6. Freya7. Atau ada request?Btw, terima kasih banyak buat yang udah baca S1—baik yang baru baca beberapa BAB atau udah sampe selesai. Semoga rezekinya selalu lancar dan berkah, biar bisa top up banyak-banyak dan ikutin terus karya-karya aku yang lain, hehehe. Luv♥️

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Extra Part 4

    “Apa yang kau lakukan pada adikku?!”Suara bocah laki-laki dari arah lain berhasil mengalihkan perhatian Bastian dan Freya, membuat keduanya menoleh ke sumber suara, lalu terkejut mendapati Fathe yang sedang menghampiri dengan raut marah tercetak jelas di wajahnya.“Fathe!” Freya bergumam, merasa bala bantuan sudah datang kepadanya.Di belakang Fathe, tampak Florez membuntuti dengan ekspresi khawatir.Ketika Bastian menurunkan kedua tangannya dari sisi tembok, Freya langsung memaanfaatkannya untuk berlari kecil dan bersembunyi di balik punggung Fathe.Fathe menatap tajam Bastian. Satu jarinya terangkat, menunjuk-nunjuk wajah Bastian. “Kau ... jangan sekali-sekali mengganggu adikku lagi, atau aku akan mematahkan kakimu!” ancamnya dengan suara kesal.Bastian terlihat ketakutan. “Ti–tidak, Fathe. Aku tidak berniat mengganggu Freya.” Lutut kakinya terasa lemas sekarang.“Pergi sana, sebelum aku benar-benar akan menghajar wajahmu!” gertak Fathe sambil mengangkat kepalan tangannya.Bastian y

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Extra Part 3

    “Kenapa harus menunggu pulang sekolah? Kau bisa mengatakannya sekarang juga. Kebetulan sedang tidak ada Fathe,” ucap Revano.“Benar juga. Ayo! Kau bisa melakukannya, Bastian." Kenzo menyemangati.Bastian diam saja. Namun, isi kepalanya tidak benar-benar diam. Dia sedang berpikir mengenai apa yang harus dilakukan saat ini.“Apa kau takut ketahuan Fathe?” tanya Revano. “Kau dan Freya bisa berteman dulu. Tidak harus langsung menjalin hubungan.”“Bukan,” bantah Bastian yang tidak terima dibilang takut. “Aku hanya khawatir Freya tidak mau berteman denganku.”Revano mengibaskan telapak tangan di depan wajah Bastian. “Tidak mungkin. Aku perhatikan, Freya itu anak yang sangat baik dan berhati lembut. Dia pasti mau berteman dengan siapa saja,” ucapnya mengompori.“Revano benar. Aku bahkan tidak sengaja pernah menabrak Freya, tetapi malah dia yang menyesal dan minta maaf,” beritahu Kenzo.Karena terus didesak oleh kedua temannya, Bastian pun merasa tertantang untuk maju mendekati gadis berpipi c

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Extra Part 2

    “Mami, Mami, tadi Fathe mengatakan kalau dia mau memukul orang jahat,” adu Florez yang sedang dipakaikan dasi oleh Evelyn.“Iya, Mami. Papi juga malah mendukung, bukannya menegur,” tambah Freya. Seperti biasa, dia selalu menjadi orang pertama yang selesai mengenakan seragam dibandingkan kedua kakaknya.“Bukan begitu, Mami.” Fathe yang sedang memegang rompi merah itu langsung buka suara, tidak terima atas tuduhan yang telah dilayangkan Florez dan Freya kepadanya. “Aku hanya ingin memukul orang-orang yang bersikap jahat pada mereka.”“Ih, tapi, Mami ... bukankah kita tidak boleh membalas perbuatan jahat orang lain? Nanti Tuhan yang akan membalasnya,” ujar Florez. “Iya, ‘kan, Mi?” tanyanya memastikan.Evelyn menghela napas sejenak. Sudah biasa baginya mendengar perdebatan atau keluh kesah putra-putrinya di pagi hari, dan itu tidak pernah membuatnya merasa kesal.“Iya, betul. Kita memang tidak boleh membalas perbuatan jahat orang lain, tetapi bukan berarti kita harus diam saja pada saat di

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   Extra Part 1

    Sinar mentari menembus jendela kamar ketika Evelyn menyibak tirai gorden. Sejak pukul setengah lima pagi, dia sudah bangun untuk mandi dan menyiapkan sarapan.Ini adalah hari Senin. Ketiga anak kembarnya akan beraktivitas seperti biasa, yaitu mengikuti program prasekolah yang sudah mereka jalani sejak usia tiga tahun. Jadi, tidak heran kalau Evelyn akan lebih sibuk dibandingkan di tanggal merah.Selain mengurus anak-anak mungil itu, Evelyn juga tidak lupa dengan kewajiban sebagi istri yang harus menyiapkan segala keperluan suami yang juga akan berangkat kerja pagi ini.Masing-masing seragam sudah Evelyn letakkan dengan rapi di atas kasur, lengkap dengan dasi, topi dan kaos kaki, sedangkan beberapa pasang sepatu dia taruh di lantai.Sekarang Evelyn kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan.Sementara itu, di dalam toilet ....“Papi, aku ingin duduk di sana.” Freya, gadis kecil yang masih memakai baju tidur dengan rambut ikalnya yang sudah berantakan, baru saja mendongak ke arah pria ber

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   BAB 113

    “Siapa yang mau sandwich?” Terdengar suara dari arah lain, dan ternyata itu adalah Alice yang baru saja datang membawakan beberapa sandwich di atas piring.“Aku mau! Aku mau!” Ketiga anak itu berseru, lalu berlari dengan riang gembira menghampiri Alice.Melihat itu, Bryan ikut berlari ke arah Alice. “Ibu, aku mau dua! Untuk Fathe, berikan yang paling kecil dan isinya sedikit saja,” ledeknya.Fathe menoleh sambil mengerucutkan bibir dengan tatapan tajam. “Dasar serakah! Nanti perutmu bisa meledak karena terlalu banyak makan,” katanya, terlihat kesal.Bryan menjawab, “Aku tahu kapan waktunya berhenti makan, tidak seperti ikan hias yang makan banyak melebihi kapasitas perutnya yang kecil.”Fathe merasa tersinggung mendengar kata ‘ikan’. Karena, sebelumnya Bryan mengatai dirinya sekecil ikan hias. “Aku tidak pernah makan terlalu banyak,” ucapnya.“Kau menganggap dirimu seperti ikan?” ledek Bryan. “Padahal aku benar-benar sedang membahas ikan hias. Apa kau tidak tahu, ikan akan makan sebany

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   BAB 112

    Zach tidak mengerti apa maksud dari ucapan Aldrick. “Apa yang kau bicarakan?”Aldrick tampak kikuk. “Apa kau tidak tahu penyebab kenapa Ayah lumpuh?” Justru dia merasa heran, bisa-bisanya Zach tidak tahu alasan yang melatarbelakangi kelumpuhan kaki Jeremy?“Memang apa penyebabnya?”Jujur, Aldrick terkejut, ternyata Zach benar-benar tidak tahu soal itu.“Ayah, apa boleh aku ceritakan?” Aldrick adalah orang yang tahu etika, sehingga dia meminta izin dulu kepada Jeremy.“Silakan,” balas Jeremy. “Kalaupun aku mengatakan tidak, pasti kau tak bisa tidur nyenyak malam ini, karena Zach akan terus mendesakmu untuk bicara.”Sejenak Aldrick terkekeh, lalu mulai menceritakan, “Saat berusia sebelas tahun, kau menjadi korban penculikan. Ayah dan pengawalnya berusaha menyelamatkanmu. Tapi karena dibius, kau tidak sadarkan diri. Kemudian, komplotan penculik itu mengejar mobil yang ditumpangi Ayah dan beberapa pengawalnya, hingga insiden kecelakaan pun terjadi tanpa disangka-sangka.”Zach menjadi pende

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   BAB 111

    Evelyn ikut terharu melihat Zach sudah berbaikan dengan Aldrick. Dia tersenyum manis, bangga kepada anak-anaknya yang telah membuat tembok raksasa pertahanan Zach akhirnya runtuh juga.Setelah itu, Evelyn ikut bergabung dan mereka melangkah bersama-sama menuju taman, mencari keberadaan Jeremy, karena Zach belum meminta maaf pada laki-laki itu.Benar saja. Ternyata Jeremy memang berada di sana, sedang duduk di atas kursi roda sambil memperhatikan Oliver yang sedang memanjat pohon apel, sedangkan Bryan, remaja berusia dua belas tahun itu berdiam diri di bawah pohon apel sambil menyemangati Oliver.“Ayo! Petik apelnya lebih banyak lagi, Paman!” pekik Bryan seraya mendongak memperhatikan setiap gerak-gerik Oliver.“Mami, Papi, bolehkah aku bergabung dengan Bryan dan Paman Oliver?” tanya Florez dengan penuh harap.Evelyn menyahut, “Boleh saja, Sayang, tapi harus minta izin dulu dengan mereka. Jika mereka tidak keberatan, silakan bergabung. Tapi, jika mereka merasa keberatan, kalian tidak pe

  • Wanita Simpanan Mafia Kejam   BAB 110

    Karena didesak ketiga anak kembarnya, mau tidak mau Zach harus menemui kakak dan ayahnya untuk meminta maaf. Karena, sebagai orangtua, dia harus mencontohkan sikap yang baik, benar dan bijaksana.“Ayo, Papiiiiii!” Freya menarik lengan kanan Zach, lalu Florez di sebelah kiri, sedangkan Fathe mendorong tubuhnya dari belakang.Mereka tampak tidak menyerah walaupun Zach memiliki tubuh tinggi besar dan tidak sebanding dengan tubuh miniatur mereka.Zach hanya bisa pasrah menerima perlakuan anak-anaknya. Dia terus berjalan mengikuti ke mana si kembar membawanya pergi.“Paman Aldrick!” Fathe memanggil Aldrick yang sedang berjalan di koridor mansion.Pria itu menoleh, mengernyit melihat ketiga anak itu menghampirinya sambil menyeret Zach dengan tangan mungilnya.Sesekali Aldrick terkekeh geli pada saat menyaksikan Freya dan Florez yang terlihat berjalan mundur untuk bisa menarik tangan Zach dengan tenaga yang lebih besar.“Papi, bisakah berjalan lebih cepat sedikit? Kami hampir kehabisan tenaga

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status