Share

Bertemu Lagi

***

Senja baru saja tiba di rumah makan tempatnya bekerja kala jarum jam pendek menunjukan pukul Sepuluh pagi. Ia tahu akan mendapat masalah sebab terlambat Dua jam dari yang seharusnya.

“Dari mana kamu Senja? Masih niat kerja di sini?” Begitu Senja menghadap bosnya, pertanyaan sarkas yang didengar.

“Maafkan saya, Bu. Saya kesiangan,” ucap Senja meminta maaf. Tak ingin wanita itu membawa nama Andra sebagai alasan keterlambatannya.

Bu Sinta, si pemilik warung makan mendengus sebal. “Enak betul jawabanmu didengnar oleh telingaku, Nja,” sindirnya.

“Mulai besok tidak usah bekerja di sini lagi. Banyak yang ingin menggantikan posisimu sebagai pelayan!”

Mendengar itu membuat Senja bereaksi dengan cepat. “ Saya mohon jangan pecat saya, Bu. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” pintanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Gaji dari rumah makan memang tidak seberapa, tetapi cukup untuk membayar kontrakan. Jika dipecat, Senja tak tahu harus berbuat apa. Ia merasa rugi jika kehilangan pekerjaan ini.

“Beri saya kesempatan, Bu. Selama ini saya tidak pernah mengecewakan Ibu, kan?”

“Saya mohon, Bu,”

Memang benar Senja adalah karyawan yang baik di mata Ibu Sinta, akan tetapi telat selama Dua jam membuat pemilik warung makan tersebut kecewa pada Senja.

“Saya mohon, Bu!”

Tiba-tiba Senja bersimpuh, membuat Ibu Sinta terkejut. “Astaga!” pekiknya.

“Saya sedang kesulitan, Bu. Tolong jangan usir saya dari rumah makan ini. Saya rela melakukan apa saja asal tidak dipecat,”

Ibu Sinta menghela napasnya. “Baiklah, saya akan memberi kamu Satu kali kesempatan lagi. Namun, ingat! Jangan sampai kamu mengecewakan saya, Senja!” putusnya. Barangkali pemilik warung makan tersebut merasa iba melihat keadaan Senja.

“Terima kasih, Bu,” Senja langsung berdiri dan menangkupkan kedua tangannya.

Ibu Sinta melambaikan tangan, kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Senja. Dengan cepat Senja memulai pekerjaannya.

Pukul Tiga sore seharusnya Senja sudah bisa pulang, akan tetapi karena ia terlambat masuk selama Dua jam, maka dirinya harus lembur hingga pukul Lima sore.

Senja tak merasa keberatan meskipun pikirannya selalu saja tertuju pada Andra. Ditambah Tika telah membuat janji untuk bertemu dengannya lagi malam ini.

“Akhirnya bisa pulang juga, Alhamdulillah,” ucap wanita Dua Puluh Tujuh tahun itu ketika jarum jam pendeka berada di angka Lima.

Namun, owner tiba-tiba saja menemuinya. Dan, memintanya untuk melakukan pekerjaan tambahan.

“Jangan khawatir nanti kamu akan saya beri upah tambahan karena lembur sampai malam. Kita kekurangan orang ini,”

Mendengar upah tambahan membuat Senja memikirkan ulang rencananya untuk pulang. “Baiklah Bu, apa yang harus saya lakukan lagi?” tanyanya.

“Kamu bantu-bantu di sini saja, Rina dan Ani akan membantuku mengantar pesanan ke majelis taklim didekat sini. Kebetulan panitianya memesan nasi bungkus untuk kegiatan pengajian malam ini,” terang Ibu Sinta.

Senja menganggukan kepalanya. Namun, baru saja ia ingin menjawab dengan suara, Ani yang berlari tergopoh dari dapur tergagap memberitahu sesuatu kepada Ibu Sinta. “I-itu Bu, Rina pingsan!” ujarnya.

“APA?” Ibu Sinta tampak sangat terkejut.

Ketiganya lalu bergegas ke dapur. Benar saja, Rina masih terbaring di sana, dibantu oleh karyawan ship malam lainnya.

“Apa yang terjadi?” tanya owner kepada karyawan yang ada di sana.

“Nggak tahu, Bu. Tiba-tiba Rina pingsan setelah bilang sakit kepala,”

Ibu Sinta berdecak sebal, tapi tak urung ia mendekati Rani dan mencoba untuk membantunya sadarkan diri. Dibantu Senja dan karyawan lainnya, Rina akhirnya sadar juga. Wajah gadis Dua Puluh Dua tahun itu terlihat sangat pucat ditengah ringisannya. “M-maafkan saya, Bu Sinta. Sejak sore kepala saya memang sudah sakit,” ucapnya.

Ibu Sinta mengembuskan napas dengan berat. “Ya sudah kamu istirahat dulu di sini, tapi jangan pulang. Nanti kalau sudah agak enakan bisa bantu yang lain lagi,” ucapnya.

“Dan, kamu Senja! Kamu terpaksa ikut saya ke majelis untuk mengantar pesanan bersama Ani,”

“Baik Bu,” Senja mengiakan.

Ketiganya lantas berangkat hampir menjelang magrib mengingat pesanan cukup banyak dan butuh persiapan.

“Kalian kalau mau sholat dulu nanti tidak apa-apa. Biar Ibu yang jaga di mobil,” ucap Ibu Sinta memberi pengertian kepada karyawannya.

Senja dan Ani sama-sama menganggukan kepala.

Adzan berkumandang ketika akhirnya mereka sampai di masjid. Seperti yang Ibu Sinta katakan, Ani dan Senja bergegas mengambil wudhu untuk sholat.

“Wahhh, itu loh Mbak Senja yang namanya gus Isam. Nggak salah Rina bilang dia ganteng, memang benar-benar produk unggulan!” ujar Ani sambil terkekeh.

Senja mengernyit heran. Mengikuti arah telunjuk Ani, ia pun dapat melihat wujud nyata sosok tampan yang dikagumi Ani dan Rina. Tak perlu heran, keduanya memang sering mengikuti Ibu Sinta untuk mengantar pesanan, sehingga cukup sering melihat ustad atau gus yang pengisi pengajian.

Sekadar informasi juga, Ibu Sinta ini tak hanya memiliki warung makan, tetapi juga memiliki toko kue di sebelah warungnya. Sehingga, kadang jika ada pengajian seperti ini, banyak yang memesan ke toko tersebut. Ani dan Rina yang biasanya ditarik untuk ikut membantu mengantar pesanan. Akan tetapi, pesanan kue tak begitu merepotkan. Setelah diantar bisa kembali lagi ke warung makan.

Berbeda dengan nasi bungkus. Karyawan warung makan yang semakin kerepotan karena warung makan Ibu Sinta ramai pembelinya.

“Dia lagi?” Kembali pada Senja dan Ani yang tadinya ingin mengambil wudhu.

“Kamu kenal, Mbak Senja?” tanya Ani.

Senja tersadarkan dari lamunannya. “Huhh? Enggak! Hanya pernah melihatnya saja,” jawabnya.

Tanpa peduli pada Ani yang masih terkagum pada ketampanan gus Isam yang malam ini mengisi acara pengajian di masjid, Senja melanjutkan aktivitas ingin mengambil air wudhunya.

“Ayo Ani! Jangan sampai terlambat. Ibu Sinta akan marah kalau kita kelamaan,” tegur Senja.

“Aku duluan ke dalam ya,”

“Ohh iya Mbak, duhhh!” Ani seakan tersadarkan. Ia pun bergegas mengambil wudhu lalu buru-buru ke dalam masjid menyusul Senja.

Setelah sholat magrib selesai, Senja dan Anin kembali menemui Ibu Sinta yang sedang menunggu di mobil.

“Bu, kami sudah selesai,” ucap Senja memberitahu bosnya.

Ibu Sinta mengangguk. “Kita tunggu kabar dari panitia dulu ya, mungkin masih sibuk di dalam,” ucapnya.

“Baik Bu.” Ani dan Senja menyahuti secara bersamaan.

Mereka pikir semua akan berjalan dengan lancar dan cepat. Akan tetapi, sesudah sholat isya panitia baru menghubungi.

Ibu Sinta memerintahkan Ani dan Senja untuk membawa nasi bungkus ke tempat yang diminta oleh panitia.

“Akhirnya selesai juga!” ujar Ani ketika pekerjaan mereka kelar.

Keduanya lantas menghampiri Ibu Sinta yang sedang berbincang dengan salah satu panitianya. Ibu Sinta terlihat kesal. Mungkin karena terlalu lama menunggu. “Jangan salahkan kami kalau nasinya sudah dingin, Pak,” ucapnya.

“Tentu tidak, Bu. Sekali lagi kami minta maaf,”

Ibu Sinta hanya menganggukan kepalanya saja. Dirasa selesai, wanita itu pun bermaksud kembali ke mobilnya di mana Ani dan Senja masih menunggu.

“Ayo kita pulang!”

“Bu, saya mohon izin. Saya boleh langsung pulang dari sini saja? Kontrakan saya sudah dekat,” ucap Senja menahan langkah Ibu Sinta yang ingin masuk ke dalam mobilnya.

Ibu Sinta menoleh pada Senja lalu menganggukan kepala. “Uang lemburmu malam ini akan saya satukan dengan gajimu bulan depan ya, Nja!” ujarnya.

“Siap Bu, terima kasih,” ucap Senja.

Ani dan Ibu Sinta lantas masuk ke mobil lalu meninggalkan Senja setelah itu.

“Aku numpang cuci muka dulu agar lebih enak bertemu dengan Tika,” Senja bergegas menuju tempat wudhu.

Tak sengaja di sana ia bertemu lagi dengan gus Isam, sebab tempat wudhu laki-laki dan perempuan tak begitu berjauhan.

“Kamu lagi,”

Dari kejauhan keduanya saling bergumam. Namun, seperti biasa, gus Isam akan menundukan pandangan begitu matanya dan mata wanita yang sudah Tiga kali ditemuinya itu saling bertaut meskipun hanya dalam hitungan detik.

Sementara Senja akan langsung lari karena merasa tidak nyaman, dan mungkin malu sebab Dua kali bertemu dengan gus Isam, airmata selalu mengaliri pipinya.

.

.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status