Share

Bab 5

Aldo terdiam mendengar tudingan Hanna yang begitu menusuk. Wajah Hanna yang menahan amarah dengan nafas yang nampak memburu, membuat lelaki itu memilih untuk menahan diri.

Ekor mata Aldo melihat Hanna dengan kedua tangan bersidekap di depan dada. Sebuah posisi pertahanan diri yang biasa refleks dilakukan. Aura panas yang dikeluarkan wanita itu begitu terasa, membuat tengkuk Aldo menegang.

Ucapan Hanna tidak ada yang salah. Aldo memang menginap di tempat Siska selama tiga hari. Awalnya ia dan Siska, wanita gelapnya itu memutuskan untuk bertemu sebentar setelah pulang kantor, namun ditengah perjalanan, tiba tiba saja Siska mengubah rencana, wanita itu mengatakan ingin menonton film berdua saja di kamar kostnya.

Permintaan Siska langsung dijawab Aldo dengan anggukan kecil. Bagai mendapat hadiah, tanpa berpikir panjang, mengikuti keinginan dan juga hasratnya.

Suasana mendadak berubah, acara menonton film tersebut seketika berganti, ketika Siska tiba tiba mengganti pakaiannya dengan lingerie merah yang dibelikan Aldo beberapa hari lalu. Bentuk tubuh yang menggoda dan tercetak di balik lingerie itu membuat G4irah lelakinya seketika memuncak. Terpaksa akhirnya memutuskan untuk menginap, karena lelaki itu merasa tak akan bisa pulang dengan tenang jika sesuatu di bagian bawah miliknya berdiri tegak dan menyesaki celananya jika hasratnya tidak segera ia tuntaskan.

Rayuan dan pelayanan paripurna yang di berikan Siska di atas ranjang membuat dirinya kecanduan. Aldo menginginkan lagi dan lebih, sentuh4n lembut wanita gelapnya itu membuat dirinya terbuai hingga melakukannya sampai berkali-kali dan melupakan seseorang yang begitu setia menunggu kepulangannya di rumah.

Dan kini, lelaki itu akan membayar semua keputusannya yang diambilnya karena menuruti hawa nafsunya.

"Aku bisa menjelaskannya, Hanna." Ucap Aldo berusaha menyingkirkan rasa gugupnya.

"Aku tak perlu penjelasan! Kau dan si j4lang murahan itu membuatku muak."

"Wanita itu yang menggodaku lebih dulu," tuduh Aldo setengah berteriak, berharap kemarahan istrinya sedikit melunak.

Plak!

Sebuah tamparan melayang di wajah Aldo, begitu cepat tangan Hanna melakukannya hingga Aldo tak sempat mencegahnya. Rasa nyeri dan panas terasa di wajah maskulin itu, membuat Aldo meringis karena menahan rasa sakitnya.

"Tutup mulutmu, mas! Kau pikir aku sebodoh itu hingga percaya dengan alasanmu? Dia menggodamu, lucu, memang kau pikir siapa dirimu? Reza Rah4dian? Sultan Jogja? Atau Ardi Bakrie?"

Hana terkekeh, lalu memiringkan wajahnya, menunggu reaksi lelaki dihadapannya.

"Dia menggoda lalu kau terpikat. Kau yang terjerat dengan rasa selangk4ngan yang ditawarkannya. Dasar lelaki gatal, punya mata itu dipake, j4lang murahan kok dipelihara!"

"Hanna!" Pekik Aldo tak terima karena merasa diremehkan, Tak lama, lelaki itu segera bersikap waspada begitu melihat tangan Hanna hendak menggapai sebuah penyangga gorden yang belum sempat dipasang.

"Kenapa Mas, kau takut akan kupukul dengan benda itu?" Sinis Hanna yang menyadari pandangan mata Aldo.

"Jangan main main dengan benda itu, Hanna,"

Mendengar perkataan Aldo, seketika Hanna tertawa menyeringai.

"Kau pikir aku sedang mengajakmu bermain-main, hah?"

"Tiga hari kau tidak pulang karena sibuk menggaruk selangk4ngan dan membelai lubang selingkuhanmu itu. Kau pikir aku masih ingin bermain-main? Kau tahu, aku sangat ingin memukulmu sampai kau tidak bisa berdiri." Sinis Hanna dengan seringai mengejek.

"Kau yang bermain api tapi ingin mengajakku terbakar. Kau menginginkan wanita itu bersamamu tapi tak berani berterus-terang padaku. Apakah itu terdengar adil untukku?" Geram Hanna dengan tangan mengepal kuat.

"Asal kau tahu, aku bahkan sampai membayar orang untuk menguntit j4lang peliharaanmu itu," tunjuk Hanna ke dada suaminya.

"Cukup, laki laki berhak memiliki wanita yang dia sukai!" Aldo membela diri.

"Oh begitukah, perkataanmu benar-benar ingin menguji kesabaranku!"

Bugh!

Sebuah pukulan telak dari tangan Hanna spontan mengenai rahang kanan Aldo, membuat lelaki itu refleks mencengkram leher Hanna dengan salah satu tangannya hingga membuat wajah keduanya kini begitu dekat.

Rasa sesak melanda, udara terasa menipis di paru parunya, membuat Hanna mengambil udara sebanyak mungkin dengan mulutnya, demi agar jantungnya bisa memompa oksigen kembali.

Dengan mata yang melotot tajam, Hanna mengeram dalam cengkraman tangan Aldo. Berusaha keras melepaskan dirinya.

Melihat tak ada peluang untuk bisa lepas dari cengkraman tangan suaminya, Hanna menarik keras punggung tangan Aldo dan menggigitnya sekuat mungkin hingga rasa amis kini menjalar ke lidahnya.

Argghh!

Aldo menggeram, rasa sakit akibat gigitan Hanna membuat ia melepas cengkramannya. Kesempatan emas itu dimanfaatkan Hanna untuk menendang bagian bawah Aldo, membuat lelaki itu akhir menjerit kesakitan.

Argghh!

"Pasti rasanya sakit!" Bisik Hanna dengan mata berbinar, lalu terbatuk kecil karena cengkraman tangan suaminya tadi yang masih terasa menyakiti lehernya.

Wajah Aldo meringis, rasa nyeri dengan cepat menyerang hingga ke kepala.

"Aww! Ngilu Mas. Mungkin ada baiknya kau suruh adik kecilmu itu beristirahat, mungkin ia lelah karena terus menerus kau pakai untuk memuaskan j4lang simpananmu itu," ejek Hanna terkekeh.

"Keterlaluan kau, Istri durhaka!" Rintih Aldo dengan wajah yang masih meringis menahan nyeri akibat tendangan Hanna yang langsung tepat sasaran.

"Ya aku memang durhaka, terserah kau mau mengatakan apa. Tapi, sepertinya kau lupa, apapun yang kulakukan hanya meniru perbuatanmu. Kau yang mengajariku untuk tidak menghormati pasangan. Darimu juga aku belajar untuk mencari kebahagiaanku sendiri."

"Kau tahu, menikmati wajahmu yang kesakitan seperti itu adalah kebahagiaan terbesarku saat ini."

"Tutup mulutmu!" Teriak Aldo berusaha melayangkan tamparan pada istrinya, Sayang, Hanna lebih dulu membaca gerakan tangannya, hingga belum sampai tangan kekar itu menyentuh wajahnya, tubuh rampingnya segera bergeser cepat.

"Si4l! Umpat Aldo seketika.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status