Share

50. Rasa Sakit

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 10:23:05

Laksa berjalan mondar-mandir di teras depan rumahnya, sesekali matanya menatap ke arah ponselnya yang dari tadi tak mau bersuara.

Bahkan sudah menghubungi ayah mertuanya untuk menanyakan di mana Luna, tapi sang ayah juga sama bingungnya dengan Laksa karena tak biasanya Luna pulang semalam ini.

Dia menyesali panggilan Luna yang tadi tak terdengar olehnya saat meeting, apa Luna menghubunginya untuk minta ijin ke suatu tempat, tapi kenapa tidak kirim pesan saja, kalau Laksa tak mengangkat teleponnya?

Atau sekarang Luna dalam bahaya? Pikiran itu langsung ditepis jauh oleh Laksa, dia tak akan sanggup membayangkan kalau sesuatu yang buruk pada Luna dan bayi dalam kandungannya.

Berkali-kali Laksa menghubungi ponsel Luna, tapi ponselnya mati, Laksa juga sudah menghubungi nomor yang diberikan ayah Luna tapi lagi-lagi, tak ada jawaban dari seberang sana, membuatnya frustasi sendiri.

Hubungan mereka memang sedang tak baik-baik saja, dalam artian mereka memang saling mem
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Wanita Yang Kau Pilih   270. Hati yang Terkoyak2

    Kemunculan Dirga memutus segala hal yang ada dipikiran keduanya, serempak dua orang itu menoleh dan mendapati sang sepupu membawa banyak makanan di tangannya. Luna beranjak berdiri dan mengambil makanan yang dibawa Dirga, hanya untuk menatanya saja,napsu makannya seolah hilang melihat kondisi anaknya. “Kenapa? Tidak suka?” tanya Dirga yang melihat Luna hanya bengong setelah menyiapkan makanan yang tadi dia bawa. “Bukan hanya tidak napsu makan saja.” “Kalau lihat Laksa masih napsukan?” tanya Dirga dengan tampang serius yang membuatnya mendapat hadiah lemparan plastik pembungkus makanan dari Laksa.“Sialan kena rambutku itu ada minyaknya woi,” seru Dirga tak terima. “Mulut jangan asal jeplak saja.” “Lho di mana salahku? Aku cuma bertanya, lagian kalau itu sampai terjadi bisa gawat bukan...ckkk...ckkk.” “Sok tahu kamu, nikah saja belum, eh tapi kamu sudah sering kawin pasti.” Sekarang  ganti Dirga

  • Wanita Yang Kau Pilih   269. Hati yang Terkoyak

    Ini memang bukan kali pertama Dio sakit, kelahirannya yang lebih cepat dari waktu seharusnya membuat daya tahan tubuhnya tak terlalu baik, baik Luna dan laksa menyadari betul hal itu. Konsultasi ke dokter dan berbagai vitamin sudah bukan hal yang asing untuk mereka, bahkan Dio punya dokter khusus yang setiap minggu mengecek perkembangannya, tapi kali ini berbeda, panas yang disertai ruam di beberapa tempat itu membuat Dio sangat tidak nyaman dan terus menangis. “Maafkan, aku yang tidak perhatian pada anak kita sampai dia seperti ini,” kata Luna lirih mereka sudah duduk di ruang rawat anak. Dokter memutuskan Dio rahus dirawat inap untuk melakukan beberapa pengecekan. “Jangan menyalahkan diri sendiri, ini juga salahku yang tidak bisa menjaga anak kita dengan baik dan memintamu membantu di perusahaan,” jawab Laksa tak kalah lirih. Dua orang itu sama-sama menghela napas dan memandang putra mereka  yang terbaring lemah dengan tatapan send

  • Wanita Yang Kau Pilih   268. Roda Berputar2

    "Mungkin lusa, entahlah dia belum memberikan waktu yang pasti, entah kenapa aku merasa dia bahkan tak ingin memberitahu keluarganya." "Lalu?" "Tidak ada, aku akan mengikuti kemauannya," jawab Laksa enteng. "Apa aku perlu ikut?" Laksa mengedikkan bahunya tapi kemudian berkata. "Terserah saja, tapi aku harap kamu menyiapkan hati untuk semua kemungkinan yang terjadi. Sore harinya Dirga muncul di rumah keluarga Sanjaya dengan wajah kusut dan lelah, tapi terlihat senyum bahagia menghiasi wajah tampannya. "Selamat sore." "Sore, apa ada berita baru?" tanya Laksa langsung. "Akhirnya kita berhasil," kata Laki-laki itu dengan senyum lebar dibibirnya. "Benarkah?" "Kamu bisa lihat sendiri." Dirga lalu membuka laptopnya dan memperlihatkan sistem yang baru saja dia bangun dan memberikan demo di beberapa b

  • Wanita Yang Kau Pilih   267. Roda Berputar

    “Mau kemana?” tanya Laksa saat Luna berusaha melepaskan belitan tangannya di pinggang sang istri. Luna menghentikan gerakannya dan menoleh menatap sang suami yang masih terlihat sangat mengantuk. “Mau bangun, ini sudah pagi.” Laksa menoleh pada jam dinding yang masih menunjukkan angka empat pagi. “Ini masih terlalu pagi, nanti saja aku masih mengantuk.” “Kakak boleh tidur lagi, aku mau bantu bibi siapkan sarapan dulu.” “Mana enak tidur sendiri tanpa guling hidup.” dengan kata itu Laksa kembali menarik sang istri untuk tidur kembali tak peduli dengan Luna yang masih menggerutu tak terima tapi mana mau Laksa peduli, sampai tangisan keras Dio membuat Laksa mau tak mau melepaskan pelukan di pinggang istrinya. “Kakak tidur saja lagi biar aku lihat Dio dulu.” Laksa hanya menjawab dengan gumamam lalu kembali melanjutkan tidurnya, Luna hanya bisa

  • Wanita Yang Kau Pilih   266. Kedatangan Om Hardi2

    “Apa om seorang polisi atau semacamnya?” tanya Laksa kembali menelisik penampilan laki-laki di depannya ini. “Bukan, Om hanya pegawai negeri di kantor kecamatan.” Pantas terlihat rapi. Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan Laksa tapi dia bigung mulai dari mana, sang kakek juga hanya mengatakan waktu itu menyuruh ornag kepercayaannya mengawasi sang ibu, dia bahkan tidak tahu perkembangannya akan sejauh ini. “Apa ibu yang meminta om kemari?” Laki-laki itu menggeleng. “Ibumu tidak tahu kalau Om kemari, tapi om juga tidka masalah kalau dia tahu.” “Begitu,” Laki-laki itu berdehem dan memandang Laksa dengan penuh tekad, membuat laki-laki itu mengerutkan keningnya bingung. “Om hanya ingin minta ijin padamu untuk menikahi ibumu, karena bagaimanapun kamulah yang memiliki kekerabatan paling dekat dengannya salain saudara-saudaranya,.” “Om mungkin sudah tahu sej

  • Wanita Yang Kau Pilih   265. Kedatangan Om Hardi

    Suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasi Laksa, dengan menghela napas kesal dia meletakkan penanya dan melirik Dio yang sedang tertidur pulas di box bayinya, dia memang sengaja melakukan itu supaya bisa memantau anaknya. Laksa ingat komnetar Dirga saat mengunjunginya beberapa hari yang lalu ejekan bapak rumah tangga, sering dilontarkan sepupunya itu, tapi Laksa tidak tersinggung sama sekali dia memang ingin dekat dengan anaknya dan tidka ingin mengulangi kesalahan sang papa yang bersikap sangat dingin padanya. “Masuk!” teriak Laksa. Kepala Tuti menyembul dari celah pintu. “Ada apa?” tanya Laksa langsung. “Itu Mas, ada tamu di bawah.” “Tamu? Mencariku?” “Iya.” “Siapa? Aku tidak ada janji dengan seseorang?” Tuti berdiri di sana dengan bingung, mungkin Laksa lupa kalau dia di rumah bukan di kantornya yang setiap tamu harus membuat janji dulu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status