Share

Sebuah Lamaran

“Gak perlu ngantar ke depan pintu kali, Li.”

“Kamu menolak.”

“Ya, bukan begitu. Kan kamu mau jemput tante Liza juga.”

“Mama bisa menunggu, kok.” Lian menunjuk ke depan agar Malasegera beranjak.

“Li.” Mala membuka percakapan setelah melewati lorong.

“Hem.” Lian menanggapi dengan santai.

“Aku kasihan deh, sama Melati. Tadi dia menelepon lagi.Katanya, dia butuh bantuan gitu.”

Mala menjelaskan dengan hati-hati. Ia tahujika Lian pasti berkebaratan jika dirinya terlalu dekat dengan mantan iparnya.

“Silahkan bantu kalau kamu mau bantu. Tapi, cukup bantukeuangannya saja.”

“Iya, maksudku juga begitu.”

“Bagus. Kok aku merasa, lama-lama kamu dimanfaatin samaMelati. Jangan-jangan, dia disuruh ibunya.”

“Negatif melulu kalau ngomongin ibu. Padahal murni karena Melatibutuh bantuanku.”

“Ya ... menurutku saja. Semoga salah. Tapi ... biasanyafeeling-ku benar.”

Mala tidak menghentikan langkah tepat di depan pintu.

“Btw makasih sudah khawatir. Aku bakal hati-hati kok.”

“Kalau sudah hati-hati, berarti ga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
Nah gitu dong Lian biar Mala tau
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status