Share

Bab 4

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2025-08-25 11:17:33

Dania terbangun di pagi buta untuk melaksanakan sholat subuh, setelah sholat ia memeriksa keadaan Erlangga. Bayi mungil itu masih tertidur pulas di crib bed. Rain yang mengatur agar Erlangga tidur dengannya supaya lebih mudah saat putranya itu merasa lapar.

Ia turun ke dapur untuk mengambil air minum tanpa melepas mukenanya. Setelah mengisi penuh botol minumnya, ia hendak kembali ke atas untuk melakukan hal lainnya, tapi Rain juga muncul di tangga, melihat dari penampilannya sepertinya laki-laki itu akan melakukan olahraga di pagi hari. Ia menepi untuk memberikan jalan meskipun ukuran tangga begitu luas untuk berdua. Rain tidak peduli, ia berjalan seolah tidak ada orang.

"Begitu lebih baik," gumam Dania merasa lega, ia memang lebih suka kalau Rain bersikap cuek.

Rain baru menapakkan kaki di anak tangga terakhir saat mendengar suara tangis Erlangga. Ia menoleh ke arah Dania yang masih mematung di tempatnya.

"Tunggu apalagi, itu Erlangga menangis." Rain menegur Dania.

"Iya, Pak." Dania buru-buru melewati Rain, ujung mukenanya yang lebar nyaris menerpa wajah Rain, untungnya Rain menghindar sehingga hanya aroma harum dari kain itu yang merasuk ke dalam hidungnya. Ia menggosok hidungnya lalu bergumam,

"Sepertinya dia wanita yang taat beribadah, kenapa ujiannya justru mendapatkan aib yang begitu memalukan." Ia menilai kepribadian Dania. Setelah itu melanjutkan apa yang ingin dia lakukan.

Rain tiba kembali di rumahnya saat matahari sudah terbit, beberapa pekerja di rumahnya sudah terlihat mulai beraktifitas. Ia langsung ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap bekerja, sebelum ke lantai bawah ia sempatkan diri melihat putranya. Ia mengetuk pintu kamar bayi itu yang mana ada Dania juga di dalam sana.

Dania muncul dari balik pintu tanpa mengenakan hijab karena ia pikir Rena (Susternya Erlangga) yang datang, saat melihat itu adalah Rain, ia menutup pintu kembali, ia buru-buru mengenakan hijab lalu kembali membuka pintu.

"Maaf, Pak," ucapnya dengan canggung dan malu. Ia keluar dari kamar dan membiarkan Rain yang masuk.

"Erlangga sudah bangun?" Tanya Rain, ia tidak peduli dengan Dania yang masih kerepotan membenahi penampilan.

"Sudah, Pak. Tapi dia belum mandi karena Mba Rena belum datang." Dania bisa saja melakukanya tapi ia masih takut mengurus bayi sekecil itu.

Rain tidak mempermasalahkan putranya sudah mandi atau belum, yang penting ia ingin menggendongnya saat itu juga. Ia membawa putranya keluar dari kamar sambil mengajaknya bicara seolah Erlangga sudah sangat paham apa yang ia katakan, Dania tersenyum melihatnya. Saat anak dan ayah itu keluar, Dania masuk kembali untuk melakukan aktivitasnya sendiri seperti mandi dan membereskan kamar. Saat ia hendak istirahat setelah melakukan semuanya, Rain sudah mengetuk pintu kamarnya lagi.

"Rena sudah datang?" tanya Rain, ia hanya berbasa-basi sekaligus mengecek apakah Dania masih sendirian atau sudah ada orang lain di dalam kamar.

"Belum, Pak." Dania buru-buru mendekat ke pintu.

"Kamu dulu saja yang menjaga Erlangga. Aku harus pergi ke kantor," Rain menyerahkan Erlangga pada Dania yang merasa sedikit canggung karena mereka begitu berdekatan. Ia pun berkata,

"Iya, Pak." Setelah itu ia langsung menarik diri dan segera masuk kembali ke kamar.

"Oh iya, bilang pada Rena kalau masih ingin bekerja di rumah keluarga Milano jangan terlalu sering datang terlambat."

Sebenarnya Rain merasa tidak nyaman kalau hanya berdua saja dengan Dania, apalagi Dania sepertinya sangat berhati-hati terhadap laki-laki, setidaknya harus ada Rena juga. Hanya saja Rena belum bisa tinggal di rumah Milano seperti sebelumnya, ia harus bolak balik antara rumah ibunya dan rumah keluarga Milano, karena harus mengurus sang ibu yang sedang sakit beberapa bulan terakhir.

"Iya, Pak. Nanti akan saya sampaikan," Dania buru-buru kembali ke arah pintu, tidak sopan rasanya membalas ucapan majikan dengan berteriak. Tampaknya Rain tidak peduli dan berlalu pergi begitu saja. Dania menutup pintu sambil menghela nafas lega begitu Rain meninggalkan tempatnya. Rasanya sungguh canggung hanya berdua saja dengan Rain apalagi duda satu anak itu begitu sempurna tanpa cela.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 14

    Dania ingin kembali ke sofa setelah meletakkan Erlangga, tapi ia membeku saat melihat Rain sudah bangun dan sedang menatapnya lekat seperti serigala yang lapar. "Sebagai laki-laki aku tidak mau munafik, aku bukan tipe laki-laki yang akan melewatkan hubungan suami istri karena tidak cinta, karena itu aku akan meminta hak aku sebagai suami," ucap Rain, ia pikir harus memperjelas semuanya. Dania tau di dalam agama, hukum menolak suami adalah dosa besar, tapi dia benar-benar belum siap secara mental. Baginya berhubungan badan itu musibah karena kehidupan dan masa depannya hancur karena hal itu. "Apa aku boleh menolak? Kalau pak Rain tidak tahan, maka nikahi saja Bu Monika, aku akan membantu menutupinya untukmu." ucap Dania dengan hati-hati. Ia asal bicara saja agar Rain bisa menahan diri. Ia sengaja menyebut nama Monika agar Rain teralihkan. Rain merasa harga dirinya terluka, bisa-bisanya pria sekeren dirinya ditolak mentah-mentah oleh istrinya sendiri. Ia akhirnya bisa merasakan

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 13

    Beberapa hari telah berlalu. Hari yang harusnya bahagia itu telah tiba, Dania akhirnya bisa mengenakan gaun pengantin walaupun tidak sesuai dengan impiannya. Setidaknya ia bisa merasakan menjadi seorang pengantin. Ia sudah tidak percaya diri merajut mimpi indah dengan seorang pasangan setelah kehilangan kehormatannya. Tidak normal jika ia tidak memiliki pria di dalam hatinya hanya saja nama itu ia hapus karena merasa noda dalam dirinya akan menjadi pembatas yang sangat tinggi. Adapun Rain, ia sangat memesona dengan penampilannya, sesaat Dania tidak bisa berpaling melihat calon suaminya itu, tapi ia segera menyadarkan diri agar tidak terlalu dini untuk tertarik apalagi jatuh cinta. Perasaan harus dibuang jauh-jauh dalam pernikahannya. Cukup penuhi hak dan kewajiban saja atau mungkin ada kesepakatan yang akan dibuat seperti di novel-novel maka lakukan itu saja. Sampai takdir sendiri yang akan mengakhirinya. Tidak banyak yang menghadiri pernikahannya, hanya keluarga besar kedua belah

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 12

    Akhirnya Dania merasa tenang setelah menemui kedua orangtuanya, sekarang masalahnya berada di pihak Rain, ia masih harus berbicara dengan Monika, dan kebetulan hari itu Monika datang lagi ke rumahnya, sepertinya wanita itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk merebut kembali posisi yang telah diambil oleh Marina. Rain merasa tidak nyaman dan bersalah melihat Kedatangan Monika, ia tiba-tiba mengingat kembali bagaimana keadaan wanita itu saat ia mengatakan akan menikah dengan Marina, wajah cantiknya menjadi sendu dan tidak bersemangat, setiap kali bertemu, dia selalu menangis dan menyalahkan diri sendiri. "Apa kamu keberatan kalau aku datang lebih sering?" ucap Monika begitu ia duduk di kursi yang ada di hadapan Rain, kala itu Rain sedang berada di ruang kerja. Mereka sebelumnya memang sedekat itu, Marina bahkan tidak berani memasuki ruangan itu tanpa perintah Rain. "Tidak juga, tapi aku merasa sedikit terganggu kalau kamu seperti ini, kita bukan lagi pasangan dua atau tiga t

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 11

    Rain memperbaiki posisinya, aura ketampanan dan kharismanya membuat semua orang menunggu ia untuk berbicara. "Saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, Saya Rainer Milano yang akan bertanggung jawab atas Dania, saya datang karena ingin meminta restu kepada Ibu dan Bapak. Pernikahan kami akan segera diselenggarakan dan sudah tidak dapat dibatalkan lagi." Walaupun penyampaiannya cukup santai ada ketegasan dalam ucapannya yang tidak ingin dibantah. "Kamu bukan laki-laki yang melakukannya?" tanya Andre dengan tatapan menyelidik. "Saya bukan laki-laki seperti itu." Rain terlihat sangat berwibawa. Andre menjadi sangat bersalah. "Maaf karena kamu yang datang bersama Dania dan anaknya, aku pikir kamu pelakunya." "Jika aku adalah seorang kakak aku pun akan melakukan hal yang sama," Rain sangat berbesar hati, Dania lega mendengarnya. "Kenapa kamu mau menikahi, Dania?" sahut Bu Tari. "Karena dia ibu susu putraku," jawab Rain. "Anak ini putramu?" Bu Tari tidak ingin percaya.

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 10

    Akhirnya meraka tiba di depan rumah Dania, beberapa orang yang lewat tidak berkedip melihat mobil mewah terparkir di depan rumah keluarganya. Rain menunggu Dania bersiap keluar dari mobil. Dania berkali-kali menghela nafas untuk menghilangkan rasa gugupnya. Begitu ia hendak membuka pintu mobil, ia melihat ayahnya muncul dari balik pintu sedang mengamati mobil yang sedang terparkir di depan rumahnya. "Itu ayahmu?" Rain penasaran. "Iya," ucap Dania dengan suara bergetar, Rain mengerti keadaannya. Ia mengambil alih Erlangga agar Dania bisa lebih leluasa. Dania keluar dari mobil dengan was-was dan gelisah, Pak Fadli terkesiap melihatnya. Ia diam sambil menatap dengan sorot mata yang penuh kerinduan. Assalamu'alaikum...!" sapa Dania dengan hati-hati. "Waalaikumussalam...!" balas Pak Fadli dengan ekspresi dingin. "Ayah, apa kabar?" Dania tidak berani menyentuh tangan ayahnya, suaranya bergetar dan air matanya luruh begitu saja. Ia beranikan diri untuk menyalami tangan ayahnya

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 9

    Beberapa hari telah berlalu dan pernikahan yang diputuskan Bu Dewi harus tetap terlaksana. Rain tampak tidak peduli karena sudah tau akhirnya akan tetap seperti itu kecuali kalau neneknya itu tiba-tiba meninggal. Sementara Dania, semenjak kata pernikahan keluar dari mulut Bu Dewi ia menjadi gelisah setiap hari. Dania kembali ingin berbicara dengan Rain, kebetulan Rain sedang ingin menemui putranya, Rain langsung masuk ke kamar putranya setelah memastikan Dania sudah berpakaian rapi dan ada Rena juga. "Maaf, Pak. Bu Dewi sudah mengatur waktu pernikahan kalau kita tetap diam seperti ini pernikahan akan benar-benar akan terjadi, apa tidak ada cara untuk membatalkannya?" Dania ternyata belum menyerah. Rena di sampingnya sampai menyenggol agar tidak berkata sembarangan. "Ternyata kamu belum mengerti juga, ya? Dari pada mengatakannya padaku kenapa tidak langsung bernegosiasi dengan nenek saja?" Rain melihat ke arah Dania yang langsung menunduk. "Sudah, Pak." Dania melemah. Jawaban B

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status