Share

Bab 5

Auteur: Zizizaq
last update Dernière mise à jour: 2025-08-25 11:17:36

Di sore hari, Rain kembali dari kantornya, ia meminta Rena membawa Erlangga turun untuk diperlihatkan kepada seorang wanita cantik dan berpenampilan modis.

"Akhirnya kamu punya anak juga Rain?" ucap wanita itu dengan tatapan sendu sambil mengambil Erlangga dari gendongan Rena.

"Iya." Rain menjawab singkat karena tidak ingin membuat hati wanita itu merasa terluka.

Di lantai dua Rena tidak masuk kamar, ia malah mengajak Dania mengintip majikannya dari atas,

"Siapa itu Mbak Ren?" tanya Dania penasaran.

"Itu Bu Monika, kekasih Pak Rain, mereka sudah bersama sejak di sekolah menengah atas," jelas Rena.

"Kok bisa menikahi Bu Marina kalau Pak Rain punya kekasih?" Dania yang tadinya hanya ikut-ikutan menjadi sangat tertarik.

"Mereka dijodohkan karena Bu Monika mandul. Surat keterangan dari rumah sakit milik Bu Monika yang ternyata mandul itu dilihat oleh Bu Dewi. Pada saat itu juga Bu Dewi tidak menyetujui hubungan Pak Rain dan Bu Monika lalu menjodohkannya dengan Bu Marina yang merupakan putri salah satu dari kolega yang berpengaruh untuk perusahaan Milano, padahal saat itu mereka sedang mempersiapkan rencana pernikahan juga."

"Jadi begitu, pantas saja Pak Rain tidak terlihat begitu kehilangan saat Bu Marina meninggal."

"Iya, saya kasihan sama Bu Marina. Dia wanita yang baik dan tulus, ia juga sangat mencintai Pak Rain, tapi Pak Rain hanya menganggapnya seperti mesin untuk melahirkan anak,"

"Apa iya Pak Rain sekejam itu?" Dania merasa tidak percaya.

"Aku yang mengurus keperluan Bu Marina dan dia sering curhat, karena itu aku hampir tahu semuanya,"

Dania manggut-manggut lalu berkata,

"Ternyata memang benar, pernikahan orang kaya itu rumit. Kalau dipikir-pikir kasihan Bu Marina,"

"Tapi masih mendingan Bu Marina yang bisa menikah dengan Pak Rain yang kaya raya, setidaknya Pak Rain bertanggung jawab sebagai suami walaupun tanpa cinta. Dari pada aku? Sudah melewati umur kepala tiga tapi belum menikah juga, padahal usiaku hanya beda satu tahun dengan Pak Rain."

"Kamu masih lebih baik Mba Ren, aku lebih miris lagi masih muda sudah pernah melahirkan dan tidak tau siapa ayahnya tambah lagi diusir keluarga sendiri."

"Intinya sabar saja menghadapi hidup ini," ucap Rena.

"Kalian sedang apa?" Rain memergoki Dania dan Rena yang malah sibuk meratapi nasib masing-masing. Monika juga berada di belakangnya sedang menggendong Erlangga yang menangis.

"Saya dan Dania sedang membersihkan pembatas tangga, Pak." Rena asal memberi alasan, ia berdiri sambil mencolek Dania agar segera pergi,

"Kami ke kamar dulu, Pak." Rena dan Dania hendak masuk kamar.

"Dania!" panggil Rain membuat Dania menoleh.

"Iya, Pak!"

"Kamu tidak melihat Erlangga sedang menangis?"

Dania lupa tugasnya karena panik setelah ketahuan mengintip.

"Oh iya, maaf Pak." Ia segera mendekati Monika untuk mengambil Erlangga dan membawanya masuk ke kamar.

"Ibu susu putramu sepertinya masih muda ya? Penampilannya saja seperti anak mahasiswa."

Meski telah hamil dan melahirkan tubuh Dania memang tidak berubah dan masih memakai pakaian sehari-hari seperti saat ia masih kuliah. Ia mengenakan celana kulot berbahan kain dipadu dengan kaos oblong dengan outer lengan panjang serta jilbab segiempat Paris andalannya.

"Dia memang baru lulus tahun kemarin, nenek yang membawanya masuk ke rumah ini." Rain menjelaskan seperlunya.

Monika manggut-manggut, ia tidak tertarik membahasnya lebih jauh, sementara Rain juga tidak berniat menjelaskan, ia melangkah pergi sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Monika mengikutinya sambil berkata,

"Ternyata tidak butuh waktu lama untuk memasuki rumah ini lagi,"

Rain langsung menoleh padanya, ucapan monika terdengar jahat tapi Rain tidak bisa marah karena wanita itu yang ia cintai dan ia telah melukai perasaannya dengan menikahi wanita lain. Tapi Monika merasakan aura tidak mengenakkan dari tatapan Rain karena itu ia langsung melanjutkan,

"Aku tidak bermaksud mengolok-olok kepergian Marina yang begitu cepat, tentu aku turut berbelasungkawa bagaimana pun dia istrimu dan juga ibu dari anakmu."

"Tidak perlu membahasnya," Rain sangat menghormati Marina meskipun tidak mencintainya, jadi ia tetap merasa tidak nyaman jika seseorang menyebut-nyebutnya selain itu Marina adalah wanita yang benar-benar tulus dan sudah memberinya keturunan.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 52

    Rain menarik diri setelah melakukannya dan suasana menjadi sangat sepi bahkan suara nafas pun tidak terdengar. Rain memainkan jari-jarinya untuk menahan gejolak yang menyerang. Tapi setelah ia berpikir, untuk apa menahannya, Dania adalah istrinya. Ia tiba-tiba menoleh pada Dania dan berkata, "Aku sangat sadar, ucapanku tentang kamu bukan tipeku salah besar, setiap kali kamu berada di dekatku aku selalu tidak bisa menahan diri, Dania. Karena itu..." Rain merasa tidak perlu menjelaskan lebih banyak, ia mendekatkan wajahnya untuk mencium Dania kemudian berhenti sebentar lalu berkata lagi, "Aku mengunci pintu dulu, jangan menjawab jika ada yang memanggil." Rain berdiri menuju pintu lalu menguncinya, setelah itu ia menarik Dania berdiri lalu membawanya ke pangkuan. Dania hanya bisa terbengong-bengong dengan kelakuan Rain tapi ia tidak bisa menolak entah kenapa. Dari lubuk hati yang terdalam malah menyukainya. Dania mengikuti permainan Rain, ia bahkan inisiatif membuka kancing keme

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 51

    Rain memotong kue coklat berbentuk persegi panjang itu dengan pisau kue plastik, ia lalu mengambil untuk dirinya sendiri lalu memakannya. "Ini enak," ucapnya. "Juan pernah bilang, aku pasti sudah kenyang memakan kue buatan istriku, faktanya aku bahkan tidak tau kalau istriku bisa membuat kue. Saat itu aku merasa kesal pada diriku sendiri, kenapa aku harus tau dari orang lain, padahal aku tinggal dengannya setiap hari." "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan, Mas?" "Sepertinya ini adalah tempat dan waktu yang tepat untuk membahas bagaimana hubungan kita setelah Erlangga tidak membutuhkanmu," Dania diam, ia merasa takut mendengarnya, tapi ia juga penasaran dan butuh kepastian. "Erlangga mungkin tidak membutuhkanmu, tapi aku butuh," ucap Rain sambil menatap Dania, ia kemudian melanjutkan, "Aku membutuhkan alarm hidupku yang setiap hari mengingatkanku sholat, aku butuh peranmu di pagi hari untuk menyiapkan sarapan untukku, tanpa aku sadari kehadiranmu itu penting di rum

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 50

    "Ini buat, Mas." Dania menyerahkan gable box berisi kue pada Rain. "Apa ini?" Rain menerima dengan penasaran. "Hadiah yang aku janjikan waktu itu," "Oh iya, aku kira kamu sudah melupakannya," ucap Rain sambil meletakkan kue itu di atas console box mobil. Tingkahnya begitu canggung. "Terimakasih," lanjutnya, kemudian ia menyalakan mesin mobil lalu melesat pergi meninggalkan halaman toko. "Aku mendengar pembicaraanmu dengan Pak Juan, Mas," ucap Dania tiba-tiba, membuat fokus Rain terpecah. "Aku hanya_" Ucapan Rain menggantung karena Dania memotong dengan tegas, "Karena aku sudah jujur, aku ingin membahasnya, Mas. Aku ingin tau bagaimana hubungan kita setelah Erlangga tidak membutuhkan aku lagi? Aku sudah siap apapun jawabanmu," ucap Dania begitu tegas. Sampai Rain bingung harus menjawab apa, pada akhirnya ia hanya bisa berkata, "Nanti kita bicarakan di waktu dan tempat yang lebih baik." Rain mencengkram setir mobil dengan kuat, ia menyesal telah berbicara sembara

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 49

    Hari-hari berlalu begitu saja, semua orang memilih kesibukannya masing-masing, Dania dengan pekerjaannya sebagai baker, Rain dengan perusahaannya, Fahri dengan bisnisnya, Monika dengan dunia permodelannya, Erlangga yang juga terus bertumbuh semakin pintar lucu dan menggemaskan. Sudah satu pekan Dania dan Fahri bekerja di tempat yang sama, Dania seperti menutup diri tapi masih sopan sebagai karyawan, sedang Fahri tampaknya mengerti sehingga ia juga menempatkan diri sebagai atasan, tidak ada interaksi yang akrab, hanya berbicara seperlunya saja. Justru yang mengherankan adalah Rain, ia selalu datang menjemput Dania bahkan sebelum waktunya Dania pulang dengan alasan ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Juan sebelum Juan meninggalkan kota, padahal masih ada waktu satu bulan lagi. "Hai, Bro." Sapa Juan ketika melihat Rain datang, ia sedang sibuk dengan laptopnya, ia sedang merancang ruangan untuk cafe di toko itu, kebetulan pekarangan masih sangat luas, jadi terbesit ide unt

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 48

    Dania menurut saja saat ditarik oleh Rain, ia masih pusing memikirkan semuanya. Ia tidak bisa percaya, ternyata keponakan yang dimaksud Juan adalah Fahri. Berarti pemilik toko roti dan cake itu juga Fahri. Kenapa semua tempat terasa menjadi milik Fahri, sebelumnya mereka bertemu di restoran milik Fahri juga dan sekarang di toko kue. Ia tiba-tiba teringat nama toko kue, apa Mufah itu singkatan dari Muhammad Fahri? "Kamu senang bekerja di tempat itu?" Tanya Rain ketika mereka sudah berada di dalam mobil. "Awalnya aku senang tapi sekarang kurasa tidak lagi, entah kenapa semua orang bisa saling berhubungan," "Dulu Juan teman kuliah kami," ucap Rain. "Kami?" Dania bertanya. "Teman Monika dan Aku," jelas Rain membuat Dania manggut-manggut. "Kamu benar-benar tidak tau kalau toko itu milik Fahri?" Tanya Rain terdengar menyelidik. "Aku tidak tau," jawab Dania dengan mata menerawang. "Dia tau kalau kamu bekerja di sana?" tanya Rain lagi, hanya disambut gelengan oleh Dania.

  • Wanita ketiga Duda Kaya   Bab 47

    Siang akan segera berganti, artinya sebentar lagi Dania pulang, mengingat ia akan dijemput Rain membuat suasana hatinya senang, tapi ketika sadar tentang Monika ia menjadi diam. Di tengah sibuknya mengurus hati, ia kaget melihat Juan dan menjadi penasaran saat Juan tiba-tiba bersemangat dan tersenyum sumringah sambil melepas celemek dan perlengkapan lainnya. "Akhirnya! Sudah lama aku menunggumu, tau nggak?" suara Juan masih terdengar oleh Dania. "Kamu sih, kenapa tidak langsung memberi kabar?" Sambut seorang wanita cantik dan elegan. Dania terdiam mendengar suara itu, ia pergi mengintip untuk memastikan, ternyata memang Monika. Ia menjadi gelisah tanpa sebab. "Tau dari mana aku ada di sini?" tanya Juan. "Dari Rain, dia mengirim pesan padaku sekaligus alamat toko ini. Dania terdiam, rasa gelisahnya hilang begitu mendengar nama Rain disebut oleh Monika. Ia memilih kembali ke dapur dan menutup telinga dari percakapan mereka. "Ternyata memang benar, kalian masih ber

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status