Share

Silahturahmi

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2022-07-25 22:00:48

Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku

Bab 3 : Silahturahmi

"Tindakanku langsung menjatuhkan talak pada Wenny malam itu benar 'kan, Sat? Aku tak gegabah, bukan?" Aku kembali bertanya pada teman sejak dari bangku SD Itu, kami sudah berteman puluhan tahun.

"Sudahlah, Man, semuanya sudah kamu lakukan. Andai dirimu masih menginginkan rujuk dengan Wenny dan memaafkannya, kamu bisa mencoba datang ke rumahnya. Aku tahu, dia itu cinta pertamamu, walau dia sudah menyakiti, tentunya cinta itu takkan luntur dengan mudah. Manusia tempatnya khilaf dan salah, aku dukung jika kamu mau rujuk sama Wenny." Satrio menepuk pundakku.

Aku terdiam, keinginan itu jelas ada tapi saat mengingat perbuatan hinanya bersama pria itu, aku mendadak jijik. Rasanya tak sudi menerima kembali istri tukang selingkuh seperti Wenny, walau hingga detik ini aku masih belum bisa mempercayai tragedi perzinahan itu.

Melihatku yang semakin kacau, Satrio mengalihkan topik obrolan menjadi curhatannya yang mengatakan sedang PDKT dengan seorang wanita di sosmed. Aku sedikit terhibur dan melupakan sejenak permasalahanku.

***

Seminggu pasca pertemuanku dengan Wenny, eh bukan pertemuan sebab di tak melihatku. Hanya aku saja yang melihatnya. Hari ini kuputuskan untuk datang bersilahturahmi ke rumahnya. Aku tak dapat menahan diri untuk menanyakan usia kandungannya.

"Assalammualaikum." Aku mengetuk pintu rumah orangtua Wenny.

Rumahku dan rumah orangtua Wenny beda kampung, perlu waktu 20 menit untuk menempuh ke sini. 

"Kok sepi, ya, Man, kira-kira ada orangnya tidak, ya?" Satrio yang sengaja kupinta untuk menemaniku ke sini bertanya pelan.

"Entahlah, Sat, tapi pintu rumahnya terbuka. Sepertinya orang rumah pada lagi di dapur." Aku kembali mengetuk pintu.

Hari ini minggu, aku sengaja memilih hari libur untuk ke sini, setelah berpikir keras juga tentunya.

"Waalaikumsalam." Mantan Ibu mertuaku terlihat keluar dan menuju ke arah pintu--di mana aku dan Satrio berdiri sekarang.

"Bu!" Aku hendak meraih tangan mantan ibu mertuaku itu, ingin bersalaman.

"Mau apa kamu ke sini?!" katanya ketus sambil menepis tanganku, tatapannya terlihat nyalang.

"Saya ... hanya ingin bersilahturahmi saja, Bu," jawabku dengan berusaha tersenyum.

"Kita sudah tak mempunyai hubungan lagi, jadi tak perlu bersilahturahmi lagi," ujarnya lagi, ia terlihat emosi menatapku.

Agghh ... kenapa malah seperti aku yang bersalah di sini? Jelas-jelas putrinya yang bersalah, sedangkan aku sudah berbesar hati, walau sudah diselingkuhi dan dipermalukan tapi tetap ingin bersilahturahmi.

"Maaf, Bu, saya ... mau bertemu dengan Wenny," ujarku lirih, memberanikan diri menyampaikan hajatku datang ke sini.

"Untuk apalagi kamu mau bertemu, Wenny, Arman? Bukankah kamu sudah menceraikannya secara sepihak? Lalu apa lagi maumu sekarang? Saya mohon ... pergilah dari sini!" Bu Wati--mantan mertuaku itu terlihat sedang menahan tangis.

"Izinkan saya bertemu, Wenny, Bu? Saya lihat kemarin, dia sedang hamil besar. Apa Fatur--selingkuhannya itu tak mau menikahi dan mempertanggung jawabkan perbuatan mereka malam itu?" tanyaku lagi.

"Semua bukan urusanmu lagi, Man, mau seperti apa juga keadaan Wenny, kamu tak perlu peduli. Dia bukan istrimu lagi!" ujar Bu Wati.

"Saya ... ingin Wenny bisa hidup bahagia, Bu, walau kami sudah berpisah. Saya ... akan memaksa Fatur menikahinya kalau pria tak tahu diri masih tak mau bertanggung jawab. Saya sudah melepaskan Wenny, dan semua itu juga ... karena kelakuan Wenny, Bu. Seharusnya dia menikahi Wenny, sebab sudah lewat juga masa iddahnya." Aku berusaha menjelaskan, karena mungkin Bu Wati mendengar versi yang berbeda dari putrinya.

"Semua bukan urusanmu lagi, Man. Kamu tak perlu ikut campur lagi dalam ranah kehidupan Wenny! Segera pergi dari sini, sebelum ayahnya Wenny pulang. Saya tak mau terjadi keributan, terima kasih sudah memperlakukan putriku seperti ini. Allah Yang Maha Mengetahui atas segalanya, walau kami hanya diam atas perlakuanmu ini, Allah yang akan membalasnya." Bu Wati berkata lirih, matanya terlihat berkaca-kaca.

Aku terdiam, memang benar semua sudah bukan urusanku lagi tapi entah kenapa, aku merasa masih peduli saja dengan keadaan istri yang sudah menyelingkuhiku ini. Bukan apa-apa, pastinya karena rasa cinta yang teramat besar kepadanya.

"Siapa yang datang, Bu?" Wenny keluar dari arah ruang tengah, mata kami beradu. Matanya terlihat sayu dan berlingkaran hitam. Tampilannya masih seperti kemarin, dengan rambut yang acak-acakan serta wajah pucat.

Hatiku terasa bergetar memandang Wenny, aku sedih melihatnya seperti ini. Seharusnya ia bahagia dan menikah dengan selingkuhannya itu, tapi mengapa wajahnya penuh duka dan kepiluan? Di mana pria itu? Haruskah aku menyeret Fatur ke sini dan memaksanya menikahi Wenny? Sungguh, aku tak tega melihatnya seperti ini.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
suami g ada di rumah koq menerima tamu pria??
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Tamat

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku Part 38 : Tamat Sekarang ini, Fatur dan juga Wenny sudah berada di dalam kamar. Khairy sendiri sudah terlelap telah memakan brownis bawaan Arman. Arman pun sudah pulang dari setengah jam yang lalu. Wenny masih tetap melanjutkan acara diamnya. Dirinya kesal sekaligus tidak suka dengan keputusan Fatur, suaminya. Yang dengan begitu mudahnya mengizinkan Arman, mantan suaminya untuk membawa Khairy bermain. "Sayang!" panggil Fatur, tetapi diabaikan oleh Wenny. Wenny masih diam di tempatnya, hanya melirik Fatur dari pantulan cermin di depannya tanpa menyahuti ucapannya. "Sayang, kamu kenapa, sih?" tanya Fatur yang akhirnya berjalan mendekat ke tempat Wenny berada. Masih tidak mendapatkan respons dari istrinya, Fatur dengan sengaja memeluk Wenny dari arah belakang. Tak menghiraukan penolakan Wenny, Fatur tetap berada di tempatnya, bahkan kini memeluk Wenny lebih erat lagi. "Lepas, Mas!" pinta Wenny pada akhirnya. Dirinya risi karena F

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Berdamai

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 37 : BerdamaiPagi ini, Arman sudah rapi dengan pakaian santainya. Kemeja lengan pendek berwarna navy dan juga celana jin berwarna hitam. Rambutnya pun sudah disisir rapi. Tangannya terulur untuk mengambil kunci mobil di gantungan kamar. Serina yang baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat suaminya sudah rapi, mengernyit heran. "Mau ke mana, Bang?" tanya Serina sambil berjalan mendekati Arman yang sudah berdiri di depan pintu. Arman menoleh sekilas ke arah Serina dan menjawab, "Mau ke rumah Wenny." "Ngapain, Bang?" Serina kembali bertanya karena Arman memang jarang ke rumah Wenny sekali pun itu untuk mengunjungi Khairy, putranya. "Mau jenguk Khairy," jawabnya singkat. Serina mengangguk paham, dan berbalik kembali berjalan ke arah meja riasnya. Meraih sisir dan menyisir rambutnya. "Tumben!" gumamnya pelan, bahkan terkesan berbisik. Hingga, Arman tidak mendengarnya. "Tunggu dulu, Bang!" Serina menghentikan langkah suamin

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Sepi

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 36 : SepiSeorang perempuan muda yang tengah duduk di bangku yang ada di taman itu sedang gelisah. Itu dapat terlihat dari raut wajahnya yang terlihat tidak bersemangat dan juga dirinya yang sepertinya tengah melamun. Sejenak wanita muda itu mengembuskan napas, pikirannya benar-benar buntu. Dan semua pikiran negatif memenuhi kepalanya. Rasa takut dan juga khawatir mendominasi hatinya. Ada ruang yang terasa kosong di hatinya. "Serina!" panggil seorang wanita yang menggunakan celana jin dan juga kemeja hitam kotak-kotak.Sementara itu, wanita yang merasa namanya dipanggil pun menoleh. Wanita berkemeja kotak-kotak itu pun menghampiri temannya yang sedang duduk melamun di bangku taman itu. Ya, wanita yang sedang duduk melamun di bangku taman itu adalah Serina, istri Arman yang dinikahinya hampir dua tahun ini. "Melati?" tanya Serina dengan tidak begitu yakin. Bukan karena apa, tapi Serina takut salah menebak. Karena jika dilihat w

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Klinik

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 35 : KlinikTak terasa waktu begitu cepat berlalu, baru kemarin rasanya Wenny melahirkan, menimang dan juga mengurus Khairy, kini putranya itu sudah berusia dua tahun.Wenny tidak menyangka jika dirinya bisa bertahan sampai di titik ini. Kemarin, rasa takut menyelimutinya karena Arman, mantan suaminya yang menginginkan hak asuh putranya. Namun, kini dirinya bisa membersamai dan juga menemani putranya sampai sekarang. Dirinya juga sangat bersyukur akan kehadiran Fatur dalam hidupnya. Fatur begitu mengerti dan juga menyayangi Khairy sebagaimana putranya sendiri. Tak pernah abaikan selalu memperhatikan dirinya dan Khairy. "Mas, ayo bangun dulu!" pekik Wenny tepat di telinga Fatur. Saat ini keduanya sedang berada di kamar dengan Fatur yang masih terlelap. Setelah salat subuh tadi, Fatur memang kembali tidur, Fatur bilang dirinya masih mengantuk. Wenny pun memakluminya karena memang Fatur baru menyelesaikan pekerjaan kantornya pukul du

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Sialan

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 34 : SialanSudah beberapa hari Arman dan Serina dirawat di rumah sakit. Sekarang ini keduanya sedang sarapan bersama. Arman sendiri sudah bosan sebenarnya berada di ruangan serba putih dan berbau obat-obatan itu. Jika saja dokter tidak menyarankan dirinya untuk dirawat dan juga dengan paksaan ibunya yang menginginkan dirinya berada di sini, Arman tidak akan sudi berada di tempat terkutuk itu.Keadaan keduanya sudah membaik,dan besok Arman dan Serina sudah diperbolehkan pulang. Ibu Arman sendiri sudah membereskan pakaian-pakaian yang Arman pakai selama di rumah sakit. Dan kini wanita paruh baya itu sedang duduk di sofa yang ada di ruangan Arman dan juga Sherina. Ibu Arman memang sengaja meminta pihak rumah sakit untuk memindahkan Arman dan Serina dalam satu ruangan. Agar hal itu memudahkan dirinya dalam mengurus keduanya. Bagaimana pun ibu Arman harus mengurus keduanya. Meski dengan setengah hati, ibu Arman merawat Serina. Hal itu

  • Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, Istriku   Keputusan Dadakan

    Wanita yang Diarak Keliling Kampung itu, IstrikuPart 33 : Keputusan DadakanIbu Arman masih menunggu anaknya di ruang rawat Arman yang bersebelahan dengan wanita yang bersama Arman tadi. Saat ini Ibu Arman duduk di kursi di samping ranjang pesakitannya, sang putra pun membuka sedikit matanya."Ibu?" panggil Arman. Perlahan Arman membuka matanya dan yang pertama kali Arman lihat adalah sosok ibu yang duduk di depannya. "Ha-us, Bu," ujar Arman lagi. Tenggorokannya kering dan dirinya kehausan. Suara Arman masih parau, karena dirinya baru saja siuman.Ibu Arman yang mendengar ucapan anaknya pun segera berdiri dan mengambilkan segelas air minum yang tersedia di atas nakas. Setelahnya, dia mendekatkan gelas itu pada mulut putranya dan membantunya minum. Arman menjauhkan mulutnya dari gelas saat dirinya merasa sudah baikan setelah meminum air meski hanya beberapa tegukan saja. Ibu Arman meletakkan kembali air minum itu ke nakas, setelahnya kembali duduk lalu menghela napasnya panjang seb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status