Share

Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku
Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku
Author: Moon Cherry

1. Mas, Ayo Pisah!

Author: Moon Cherry
last update Last Updated: 2024-06-07 08:24:49

"Mala, udah selesai nyuci piring belum? Teman Ibu sebentar lagi mau datang, nih! Buruan siapin kue sama minumannya!"

"Tinggal dikit lagi, Mbak." Bimala cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya. Dia selalu mendapat tugas di dapur jika ada acara di rumah ibu mertuanya.

 

"Sini, Non. Biar saya saja yang nyuci," tawar seorang wanita paruh baya yang sudah lama bekerja menjadi asisten rumah tangga di kediaman Aditya. Wanita itu tidak tega melihat tangan Bimala yang sudah mengkerut karena mencuci piring sejak tadi.

 

"Ndak usah, Bik. Lagian bentar lagi selesai." Bimala membilas piring terakhir yang dia cuci kemudian meletakannya di rak. Setelah itu dia menyiapkan kue dan minuman sesuai perintah kakak iparnya.

 

"Lama banget, sih! Dasar lelet!" Ucapan bernada ketus itu keluar dari mulut Sarah—kakak ipar Bimala ketika Bimala ingin mengantar kue yang dibawanya ke depan. 

 

"Maaf, Mbak." Hanya kata itu yang bisa Bimala ucapkan. Dia tidak pernah merasa kesal, apalagi marah meskipun Sarah memperlakukannya seperti pembantu.

 

"Ini, makanan sama minumannya, Bu. Selamat menikmati." Bimala ingin kembali ke dapur, tapi ibu mertuanya malah menahan.

 

"Kamu mau pergi ke mana, Mala? Sini, temani ibu. Nanti ibu kenalin sama teman ibu satu-persatu. Jangan di dapur terus."

 

Bimala sebenarnya juga ingin menyambut teman-teman ibu mertuanya, tapi Sarah pasti tidak senang jika dia ikut bergabung bersama mereka.

 

"Pekerjaan di belakang masih banyak, Bu. Mala nggak tega biarin Bik Ijah sendirian di dapur."

 

"Sudahlah tidak apa-apa, duduk sini." Rahayu menepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya, menyuruh Bimala untuk duduk di sana.

 

"Jadi ini istrinya Prada, Yu?"

 

Rahayu mengangguk lalu memperkenalkan Bimala pada teman-temannya. Bimala pun menyalami mereka satu-persatu sambil tersenyum ramah.

 

"Cantik ya, Yu, menantumu."

 

"Ya, jelas dong. Prada memang pintar nyari istri."

 

"Terima kasih, Tante," jawab Bimala malu-malu.

 

"Mala sama Prada sudah punya anak berapa? Tante bisa bayangin anak kalian pasti lucu-lucu."

 

Bimala sontak terdiam, kesedihan tergambar jelas di wajah cantiknya. Sudah lima tahun lebih dia membina hidup rumah tangga bersama Prada, tapi Tuhan sepertinya belum memberi mereka kepercayaan untuk memiliki momongan.

 

"Prada sama Mala belum punya anak," sahut Sarah ketus sambil mencomot kue talam yang ada di hadapannya. "Padahal mereka udah nikah lima tahun. Mungkin Si Mala mandul," imbuhnya.

 

"Sarah!" Rahayu menegur Sarah agar menjaga ucapannya, tapi anak sulungnya itu terlihat tidak peduli.

 

"Kenapa Ibu marah? Apa yang Sarah katakan benar, kan? Sampai sekarang Prada sama Mala nggak punya anak tuh karena Si Mala mandul."

 

Bimala mengepalkan kedua tangannya erat-erat, berusaha menghalau sesak yang tiba-tiba menghimpit di dalam dadanya.

 

"Maaf ya, Mala." Perempuan yang bertanya tadi merasa bersalah setelah melihat wajah Bimala yang berubah sendu.

 

"Nggak papa kok, Tante. Mungkin emang belum dikasih." Bimala memaksakan diri untuk tersenyum.

 

"Sudah pernah program hamil?"

 

Bimala mengangguk. Sejak dua tahun yang lalu dia dan Prada sudah mengupayakan berbagai macam cara untuk memiliki anak, baik cara medis mau pun tradisional. Namun, mereka sampai sekarang belum juga diberi momongan.

 

"Yang sabar ya, Mala." Wanita itu meraih kedua tangan Bimala lalu menggenggamnya dengan lembut. "Kamu dan Prada masih muda, nikmati saja dulu masa-masa berdua sama suami. Kalau udah rezeki, nanti pasti dikasih."

 

Bimala mengangguk lalu mengucapkan terima kasih pada wanita tersebut sedangkan Sarah malah mendesis sinis.

 

Sejak awal Sarah memang tidak setuju Prada menikah dengan Bimala. Menurut Sarah, Prada pantas menikahi wanita yang jelas bibit dan bobotnya, bukan seseorang yang tidak jelas asal usulnya dan tinggal di panti asuhan seperti Bimala.

 

Bimala pun pamit ke belakang untuk membantu Bik Ijah, samar-samar telinganya menangkap pembicaraan di antara ibu mertua dan kakak iparnya.

 

"Sarah, lain kali tolong dijaga ucapannya. Kamu tadi lihat sendiri kan, gimana wajah Mala. Dia pasti sedih."

 

Sarah berdecak kesal. "Ibu kenapa belain Mala terus, sih? Memangnya Ibu nggak pengen punya cucu?"

 

"Ya, pengen. Apa lagi Prada anak laki-laki ibu satu-satunya."

 

"Coba Ibu pikirin saran Sarah baik-baik. Suruh Prada cerein Mala lalu nikah lagi."

 

"Apa nggak ada saran lain, Sar?" Rahayu tampak gelisah di tempat duduknya. Di satu sisi dia sangat mendambakan seorang cucu dari Prada, akan tetapi di lain sisi dia tidak ingin menyakiti Bimala.

 

"Nggak ada, Bu. Cuma ini satu-satunya cara biar Ibu punya cucu. Lagian di luar sana masih banyak perempuan yang lebih cantik dari pada Mala dan yang paling penting bisa ngasih Prada anak."

 

Bimala tanpa sadar mencengkeram nampan yang dibawanya dengan erat ketika mendengar ucapan Sarah. Air mata terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya. Bimala sebenarnya sudah sering mendengar Sarah yang meminta Prada untuk menceraikannya. Namun, entah mengapa hatinya kali ini terasa sangat sakit.

 

Jujur, Bimala juga ingin memiliki anak bersama Prada. Dia pun sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkannya. Tapi kalau Tuhan belum menghendaki dia bisa apa?

 

Haruskah dia berpisah dengan Prada?

 

Air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipi Bimala. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Prada. Biasanya Prada sealu berada di sisinya ketika dia merasa terpuruk seperti sekarang. Namun, Prada sekarang sedang bekerja di luar kota dan baru bisa pulang minggu depan.

 

Getaran yang berasal ponsel menyentak Bimala dari lamunan. Wanita itu cepat-cepat menghapus air matanya setelah melihat panggilan video yang masuk di ponselnya. Bimala pun masuk ke dalam kamar mandi sebelum menerima panggilan dari Prada.

 

"Halo, Mas." Bimala berusaha mengontrol suaranya agar tidak terdengar serak dan tersenyum manis pada layar ponselnya yang menampilkan wajah tampan Prada.

 

Prada hanya diam, sepasang iris hitam miliknya malah memperhatikan Bimala dengan lekat. "Kenapa wajahmu sembab, Sayang? Apa kamu habis mengangis?"

 

"Ti-tidak." Bimala mencoba mengelak sambil mengusap air matanya yang kembali jatuh tanpa permisi.

 

"Kita sudah bersama hampir delapan tahun, Bimala. Apa kamu pikir bisa membohongi mas?"

 

Bimala menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menghalau air mata yang mendesak ingin keluar ketika ucapan Sarah kembali melintas di pikirannya. Bimala sepenuhnya menyadari kalau Prada sangat mendambakan seorang anak, tapi dia sampai sekarang belum bisa memberikannya.

 

Haruskah dia berpisah dengan Prada agar lelaki itu bisa mempunyai anak?

 

"Mas ...."

 

"Iya, Sayang."

 

Bimala menarik napas dalam-dalam, berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau keputusannya ini sudah tepat.

 

"Ayo pisah."

 

"A-apa?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   36. Penyesalan Prada

    Prada mengurangi kecepatan mobilnya ketika memasuki kawasan perumahan tempatnya tinggal. Malam ini jalanan terlihat lebih sepi dari pada biasanya, udara pun terasa lebih dingin. Prada sebenarnya ingin segera pulang lalu meminta maaf pada Bimala setelah mendengar penjelasan dari Sean. Namun, pekerjaannya hari ini sangat banyak dan dia baru bisa meninggalkan kantor ketika jam menunjukkan pukul delapan malam.Prada menghentikan mobilnya tepat di depan rumah. Sebelum turun dia mengambil sebuah paper bag berisi macaron dan seikat bunga mawar hijau yang tergeletak di bangku samping kemudi."Kak Prada sudah pulang?""Ah, iya, Fel." Prada merasa sedikit kecewa ketika melihat Felia yang membukakan pintu untuknya. Padahal biasanya Bimala yang menyambut kedatangannya."Padahal Kak Prada baru sehari jadi CEO. Tapi Kakak udah disuruh lembur. Kak Prada pasti capek banget, ya?" Felia merasa bersalah pada Prada. Lelaki itu harus bekerja ekstra keras demi menghidupi dirinya dan Arkana. Padahal dia ha

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   35. Salah Paham

    "Pak, ini berkas kerja sama dengan perusahaan CT Corp yang harus Anda tanda tangani."Prada menerima map berwarna biru tua yang diberikan sekretarisnya setelah itu mengucapkan terima kasih."Saya juga ingin memberi tahu kalau hasil rapat pagi tadi sudah selesai saya ketik.""Langsung saja kirim ke email saya, Karina.""Baik, Pak." Karina mengangguk patuh. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu bekerja dengan baik sebagai sekretaris Prada."Apa ada lagi?""Bapak ada pertemuan dengan perusahaan INB¹⁰⁰ untuk membahas produk baru yang akan dikeluarkan oleh perusahaan kita setelah makan siang nanti.""Baiklah, terima kasih banyak, Karina.""Sama-sama, Pak." Karina pun pamit undur diri dari ruangan PradaPrada mengembuskan napas panjang selepas kepergian Karina. Padahal dia baru sehari menjadi CEO, tapi ada banyak sekali tugas yang harus dia kerjakan. Memimpin rapat, memeriksa laporan, dan bertemu dengan klien penting.Prada kembali memeriksa berkas yang ada di hadapannya. Baru beberapa me

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   34. Berubah

    Felia mengerjabkan kedua matanya perlahan ketika ranjang yang berada di sebelahnya bergerak. Tubuh wanita itu sontak menegang ketika sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya dengan erat.Felia pun berbalik. Mulut ibu satu anak itu sontak menganga lebar karena wajahnya berhadapan langsung dengan dada bidang Prada."Kak Prada!" Felia refleks membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangan. Dia nyaris saja berteriak karena Prada tiba-tiba ada di kamarnya. Untung saja dia punya pengendalian diri yang baik."Kak Prada kenapa tidur di sini?" Felia menatap Prada dengan jantung yang berdebar hebat. Dia selalu merasa deg-degan jika berada di dekat Prada."Ingin saja," jawab Prada sekenanya.Felia diam-diam mengulum senyum. Tanpa perlu bertanya pun Felia sebenarnya tahu alasan yang membuat Prada tidur di kamarnya malam ini. Prada pasti kecewa dengan Bimala yang pergi ke mall bersama Sean tanpa meminta izin darinya.Seharusnya Felia tidak boleh bahagia di atas penderiataan Bimala. Akan tetapi

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   33. Kecewa

    Bimala kembali mencoba untuk menelepon Prada. Namun, Prada lagi-lagi mengabaikan panggilannya. Sepertinya Prada kali ini benar-benar marah pada dirinya.Wajar saja kalau Prada marah karena dia sudah mengingkari janji yang dia buat pada lelaki itu.Bimala pun mencoba menelepon Felia. Namun, Felia juga mengabaikan teleponnya sama seperti Prada.Entah apa yang sedang Prada dan Felia lakukan sekarang. Mereka pasti sedang bersenang-senang untuk merayakan keberhasilan Prada hingga tidak memedulikan telepon darinya.Detik demi detik berlalu, tidak terasa sekarang sudah hampir jam sembilan malam, tapi Prada dan Felia belum juga pulang. Telepon dan pesan yang dia kirim untuk mereka pun tidak ada yang dibalas. Padahal dia ingin tahu bagaimana kabar mereka.Bimala memandang lesu spageti buatannya yang tersaji di atas meja makan. Bimala ingin sekali makan karena perutnya sudah sangat lapar. Namun, dia memilih menunggu Prada dan Felia pulang agar mereka bisa makan malam bersama.Bimala tiba-tiba b

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   32. Marah

    Prada mencengkeram setir mobilnya dengan erat. Wajah lelaki berusia tiga puluh tahun itu terlihat mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Prada merasa sangat marah sekaligus kecewa dengan Bimala.Prada mungkin bisa memaklumi alasan Bimala yang tidak bisa mendampinginya hari ini karena ingin membantu Ibu Panti. Tapi apa yang dia lihat barusan. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Bimala pergi ke mall bersama Sean. Bimala bahkan tidak meminta izin pada dirinya sebelum pergi.Kenapa Bimala tega membohonginya? Apa Bimala tidak pernah memikirkan bagaimana perasaannya?"Sial!" desis Prada terdengar penuh amarah. Tanpa sadar dia menambah kecepatan mobilnya membuat seorang wanita bergaun merah muda yang duduk di sebelahnya ketakutan."Kak Prada ...," gumam Felia dengan suara gemetar. Jantung Felia berdetak cepat, wajahnya pun terlihat sedikit pucat, tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram sabuk pengaman dengan erat karena Prada mengendarai mobilnya dengan sangat kencang.Felia sepenuhny

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   31. Stupid

    Suasana panti hari ini lebih ramai dari pada biasanya. Ada sebuah panggung kecil yang dihiasi balon warna-warni di tengah halaman. Beberapa buah meja dan kursi pun tertata rapi di depan panggung tersebut.Semua penghuni panti tampak sibuk menyambut tamu yang akan datang, begitu pula dengan Sean. Dia sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini untuk membantu ibu panti."Kevin, tolong taruh kursi ini di sana." Sean menyuruh seorang anak laki-laki berusia sekitar sebelas tahun untuk meletakkan kursi di tempat yang dia tunjuk.Sean mengembuskan napas panjang setelah itu menegakkan tubuhnya. Sepasang iris hitam miliknya memperhatikan sekitar dengan lekat untuk memastikan kalau semuanya sudah siap. Hari ini panti asuhan kedatangan beberapa pelajar dari luar negri. Mereka datang untuk memberi edukasi serta bantuan untuk anak-anak."Semua sudah siap, Se?" tanya Ibu Panti."Sudah, Bu." Sean melihat jam tangannya. Ternyata sekarang sudah jam sebelas kurang sepulih menit.Sean pun meminta anak-anak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status