Share

2. (Bukan) Istri Sempurna

Penulis: Moon Cherry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-07 12:30:52

"A-apa?! Pisah?" Permintaan Bimala sukses membuat tubuh Prada menegang bagai tersambar petir di siang bolong. 

 

Bimala mengangguk. Sepertinya bercerai adalah keputusan yang terbaik bagi mereka karena ibu mertuanya sangat mendambakan cucu dari Prada. Sedangkan dia tidak bisa memberinya.

 

"A-aku ...." Suara Bimala tersendat-sendat, air mata turun semakin deras membasahi pipinya.

 

Padahal beberapa detik yang lalu Bimala yakin sekali dengan keputusannya. Namun, dia sekarang merasa tidak rela untuk berpisah dengan Prada.

 

Prada menghela napas panjang. Dia hanya diam melihat Bimala yang menangis untuk meluapkan kesedihannya. Tanpa perlu bertanya, Prada sudah tahu alasan yang membuat Bimala menangis.

 

Akhir-akhir ini perasaan Bimala memang lebih sensitif, apa lagi jika sudah membahas soal anak.

 

Rasanya Prada ingin sekali menarik tubuh rapuh Bimala ke dalam dekapan dan mengatakan kalau semua pasti akan baik-baik saja agar perasaan Bimala jauh lebih tenang. Namun, dia tidak mungkin bisa melakukannya karena pekerjaannya di sini tidak bisa ditinggalkan.

 

Detik demi detik berlalu, Prada begitu sabar menunggu Bimala sampai berhenti menangis. Selama itu pula dia tidak mengatakan apa pun karena dia tahu kalau hal itu bisa membuat Bimala semakin bersedih.

 

"Sudah lebih tenang?"

 

Bimala mengangguk, hanya isakan kecil yang terdengar dari bibirnya sekarang. Dadanya pun sudah tidak sesak seperti tadi.

 

"Apa mas sudah boleh tanya sekarang?"

 

Bimala kembali mengangguk, dalam hati dia merasa sangat bersyukur mempunyai suami yang sangat pengertian seperti Prada.

 

"Kenapa kamu tiba-tiba meminta pisah? Apa Mbak Sarah mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaan kamu?"

 

Bimala menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat. Entah mengapa dia mendadak ragu memberi tahu Prada alasan yang membuatnya ingin berpisah sebab mereka sering ribut jika membahas soal anak.

 

"Sayang ...."

 

Bimala tersentak ketika mendengar suara Prada. "Maaf ...," ucapnya membuat Prada kembali menghela napas.

 

"Kenapa kamu tiba-tiba minta maaf, Sayang?"

 

"A-aku bukan istri yang sempurna buat Mas. A-aku ...." Bimala menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak di dalam dadanya sebelum kembali bicara.

 

"Aku tidak bisa memberi Mas Prada seorang anak. Aku sudah gagal menjadi istri, Mas."

 

"Sayang ...."

 

"Apa yang Mbak Sarah katakan benar, Mas. Asal usulku tidak jelas. Aku bahkan tidak tahu seperti apa wajah kedua orang tuaku. Ibu panti dulu bilang kalau aku tiba-tiba sudah ada di depan pintu. Sedangkan Mas Prada lahir di keluarga yang cukup terpandang. Aku merasa nggak pantas jadi istri Mas."

 

"Sayang ...."

 

"Please, dengerin aku dulu." Bimala menatap Prada dengan pandangan memohon karena ada banyak hal yang ingin dia sampaikan.

 

Prada akhirnya diam meskipun dia rasanya ingin sekali menyanggah semua ucapan Bimala. Istrinya itu sangat berharga dan dia merasa sangat beruntung memiliki istri yang cantik dan baik hati seperti Bimala.

 

"Tadi ada teman ibu yang datang sambil membawa cucunya. Anaknya lucu sekali, kalau tertawa giginya mirip seperti kelinci. Umurnya mungkin masih empat tahun." Pikiran Bimala menerawang, membayangkan anak perempuan berkuncir dua yang datang ke rumah ibu mertuanya.

 

"Apa Mas tahu? Ibu tadi kelihatan senang banget waktu bermain sama anak itu. Mata beliau terlihat berbinar-binar seperti bintang." Bimala mencoba untuk tersenyum di tengah batinnya yang bergejolak memikirkan nasibnya yang tidak kunjung memiliki anak.

 

Hati Prada terasa seperti dicubit melihat Bimala yang berusaha keras terlihat baik-baik saja.

 

"Aku tahu ibu pasti ingin sekali punya cucu meskipun beliau tidak pernah mengatakannya. Apa lagi Mas Prada anak laki-laki ibu satu-satunya tapi aku malah tidak bisa memberi apa yang beliau inginkan. Aku benar-benar istri yang tidak berguna. Mas Prada pantas mendapat wanita yang lebih baik dari pada aku dan bisa memberi Mas Prada seorang anak. Jadi—" Bimala tanpa sadar meremas rok yang dipakainya dengan erat hingga membuat buku-buku jari tangannya terlihat memutih.

 

"Aku mohon, tolong cerein aku," ucapnya terdengar putus asa.

 

"Bimala dengar." 

 

Bimala sontak menatap Prada. Dia bisa melihat dengan jelas amarah yang tercetak di wajah tampan Prada. Suaminya itu bahkan menyebut namanya saat bicara, bukan panggilan sayang seperti biasa.

 

Napas Prada terengah. Dia pun menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan untuk meredam emosinya agar tidak meledak. Sumpah demi apa pun Prada benci sekali melihat Bimala yang suka merendahkan dirinya sendiri.

 

"Mungkin kata-kata mas ini terdengar klise. Tapi mas cuma ingin kamu tahu kalau kamu itu berharga. Sangat berharga. Apa kamu tahu, hal apa yang paling mas syukuri selama hidup di dunia ini? Mas merasa sangat beruntung memiliki istri yang cantik dan baik seperti kamu, Bimala. Setiap hari mas berdo'a pada Tuhan agar kamu selalu diberi kebahagiaan. Melihat kamu sedih begini, mas jadi merasa gagal menjadi suami."

 

Perasaan bersalah seketika menyelip di dalam diri Bimala. Selama ini selalu memikirkan perasaannya sendiri tanpa mau tahu apa yang sedang dirasakan oleh Prada. Dia benar-benar egois.

 

Sebagai sepasang suami istri mereka seharusnya saling menguatkan, bukan merasa menjadi pihak yang paling menderita hingga mengabaikan perasaan yang lainnya.

 

"Maaf ...," ucap Bimala tanpa berani menatap Prada.

 

"Dan soal anak, mas tidak akan pernah mempermasalahkannya karena mas sudah merasa sangat cukup memiliki kamu. Jangan sedih lagi, ya?"

 

Bimala mengangguk. Sekarang tidak ada hal yang perlu dia khawatirkan karena Prada akan selalu berada di sisinya.

 

Tiba-tiba saja terdengar suara asisten rumah tanggannya dari luar. "Non Mala!"

 

"Sebentar ya, Mas. Aku dipanggil Bik Ijah."

 

Prada mengangguk.

 

Bimala pun mencuci wajahnya agar terlihat lebih segar setelah itu membuka pintu. "Ada apa ya, Bik?"

 

"Ini, ada kiriman buat Non Mala." 

 

Mulut Bimala menganga lebar melihat seikat bunga mawar merah muda dan satu kotak kue stroberi yang Bik Ijah ulurkan pada dirinya. Perasaan bahagia seketika menyeruak di dalam dadanya.

 

"Makasih banyak ya, Bik."

 

"Sama-sama, Non."

 

Bimala pun pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas lalu cepat-cepat menelepon Prada. "Ada kiriman kue sama bunga, pasti dari Mas, kan? Makasih banyak ya, Mas."

 

"Sama-sama, Sayang. Kamu suka?"

 

"Suka sekali, Mas." Jantung Bimala berdebar hebat. Prada selalu punya seribu cara untuk membuat hatinya senang.

 

"Lain kali, ucapan Mbak Sarah jangan pernah diambil hati. Anggap saja radio rusak."

 

Bimala tidak mampu menahan tawanya, lagi-lagi dia merasa beruntung menjadi istri dari lelaki yang nyaris sempurna seperti Prada. Selain tampan, Prada tahu bagaimana cara menyenangkan hati istrinya.

 

"Siap, Mas."

 

"Dan satu hal lagi—" Prada tidak melanjutkan kalimatnya ketika mendengar seseorang memanggil namanya.

 

'Kak Prada!'

 

"Suara siapa itu, Mas?" tanya Bimala penasaran. Samar-samar dia menangkap suara wanita yang memanggil suaminya.

 

"Bu-bukan siapa-siapa. Mas tutup dulu teleponnya, ya?" 

 

"I—ya." Bimala menghela napas panjang lalu memandangi layar ponselnya yang tidak lagi menampilkan wajah tampan Prada. Perasaan bahagia yang tadi dia rasakan seketika lenyap karena Prada tiba-tiba memutus sambungan video call mereka.

 

Mengapa Prada terlihat sangat panik? Apa mungkin Prada menyembunyikan sesuatu darinya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   36. Penyesalan Prada

    Prada mengurangi kecepatan mobilnya ketika memasuki kawasan perumahan tempatnya tinggal. Malam ini jalanan terlihat lebih sepi dari pada biasanya, udara pun terasa lebih dingin. Prada sebenarnya ingin segera pulang lalu meminta maaf pada Bimala setelah mendengar penjelasan dari Sean. Namun, pekerjaannya hari ini sangat banyak dan dia baru bisa meninggalkan kantor ketika jam menunjukkan pukul delapan malam.Prada menghentikan mobilnya tepat di depan rumah. Sebelum turun dia mengambil sebuah paper bag berisi macaron dan seikat bunga mawar hijau yang tergeletak di bangku samping kemudi."Kak Prada sudah pulang?""Ah, iya, Fel." Prada merasa sedikit kecewa ketika melihat Felia yang membukakan pintu untuknya. Padahal biasanya Bimala yang menyambut kedatangannya."Padahal Kak Prada baru sehari jadi CEO. Tapi Kakak udah disuruh lembur. Kak Prada pasti capek banget, ya?" Felia merasa bersalah pada Prada. Lelaki itu harus bekerja ekstra keras demi menghidupi dirinya dan Arkana. Padahal dia ha

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   35. Salah Paham

    "Pak, ini berkas kerja sama dengan perusahaan CT Corp yang harus Anda tanda tangani."Prada menerima map berwarna biru tua yang diberikan sekretarisnya setelah itu mengucapkan terima kasih."Saya juga ingin memberi tahu kalau hasil rapat pagi tadi sudah selesai saya ketik.""Langsung saja kirim ke email saya, Karina.""Baik, Pak." Karina mengangguk patuh. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu bekerja dengan baik sebagai sekretaris Prada."Apa ada lagi?""Bapak ada pertemuan dengan perusahaan INB¹⁰⁰ untuk membahas produk baru yang akan dikeluarkan oleh perusahaan kita setelah makan siang nanti.""Baiklah, terima kasih banyak, Karina.""Sama-sama, Pak." Karina pun pamit undur diri dari ruangan PradaPrada mengembuskan napas panjang selepas kepergian Karina. Padahal dia baru sehari menjadi CEO, tapi ada banyak sekali tugas yang harus dia kerjakan. Memimpin rapat, memeriksa laporan, dan bertemu dengan klien penting.Prada kembali memeriksa berkas yang ada di hadapannya. Baru beberapa me

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   34. Berubah

    Felia mengerjabkan kedua matanya perlahan ketika ranjang yang berada di sebelahnya bergerak. Tubuh wanita itu sontak menegang ketika sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya dengan erat.Felia pun berbalik. Mulut ibu satu anak itu sontak menganga lebar karena wajahnya berhadapan langsung dengan dada bidang Prada."Kak Prada!" Felia refleks membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangan. Dia nyaris saja berteriak karena Prada tiba-tiba ada di kamarnya. Untung saja dia punya pengendalian diri yang baik."Kak Prada kenapa tidur di sini?" Felia menatap Prada dengan jantung yang berdebar hebat. Dia selalu merasa deg-degan jika berada di dekat Prada."Ingin saja," jawab Prada sekenanya.Felia diam-diam mengulum senyum. Tanpa perlu bertanya pun Felia sebenarnya tahu alasan yang membuat Prada tidur di kamarnya malam ini. Prada pasti kecewa dengan Bimala yang pergi ke mall bersama Sean tanpa meminta izin darinya.Seharusnya Felia tidak boleh bahagia di atas penderiataan Bimala. Akan tetapi

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   33. Kecewa

    Bimala kembali mencoba untuk menelepon Prada. Namun, Prada lagi-lagi mengabaikan panggilannya. Sepertinya Prada kali ini benar-benar marah pada dirinya.Wajar saja kalau Prada marah karena dia sudah mengingkari janji yang dia buat pada lelaki itu.Bimala pun mencoba menelepon Felia. Namun, Felia juga mengabaikan teleponnya sama seperti Prada.Entah apa yang sedang Prada dan Felia lakukan sekarang. Mereka pasti sedang bersenang-senang untuk merayakan keberhasilan Prada hingga tidak memedulikan telepon darinya.Detik demi detik berlalu, tidak terasa sekarang sudah hampir jam sembilan malam, tapi Prada dan Felia belum juga pulang. Telepon dan pesan yang dia kirim untuk mereka pun tidak ada yang dibalas. Padahal dia ingin tahu bagaimana kabar mereka.Bimala memandang lesu spageti buatannya yang tersaji di atas meja makan. Bimala ingin sekali makan karena perutnya sudah sangat lapar. Namun, dia memilih menunggu Prada dan Felia pulang agar mereka bisa makan malam bersama.Bimala tiba-tiba b

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   32. Marah

    Prada mencengkeram setir mobilnya dengan erat. Wajah lelaki berusia tiga puluh tahun itu terlihat mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Prada merasa sangat marah sekaligus kecewa dengan Bimala.Prada mungkin bisa memaklumi alasan Bimala yang tidak bisa mendampinginya hari ini karena ingin membantu Ibu Panti. Tapi apa yang dia lihat barusan. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Bimala pergi ke mall bersama Sean. Bimala bahkan tidak meminta izin pada dirinya sebelum pergi.Kenapa Bimala tega membohonginya? Apa Bimala tidak pernah memikirkan bagaimana perasaannya?"Sial!" desis Prada terdengar penuh amarah. Tanpa sadar dia menambah kecepatan mobilnya membuat seorang wanita bergaun merah muda yang duduk di sebelahnya ketakutan."Kak Prada ...," gumam Felia dengan suara gemetar. Jantung Felia berdetak cepat, wajahnya pun terlihat sedikit pucat, tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram sabuk pengaman dengan erat karena Prada mengendarai mobilnya dengan sangat kencang.Felia sepenuhny

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   31. Stupid

    Suasana panti hari ini lebih ramai dari pada biasanya. Ada sebuah panggung kecil yang dihiasi balon warna-warni di tengah halaman. Beberapa buah meja dan kursi pun tertata rapi di depan panggung tersebut.Semua penghuni panti tampak sibuk menyambut tamu yang akan datang, begitu pula dengan Sean. Dia sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini untuk membantu ibu panti."Kevin, tolong taruh kursi ini di sana." Sean menyuruh seorang anak laki-laki berusia sekitar sebelas tahun untuk meletakkan kursi di tempat yang dia tunjuk.Sean mengembuskan napas panjang setelah itu menegakkan tubuhnya. Sepasang iris hitam miliknya memperhatikan sekitar dengan lekat untuk memastikan kalau semuanya sudah siap. Hari ini panti asuhan kedatangan beberapa pelajar dari luar negri. Mereka datang untuk memberi edukasi serta bantuan untuk anak-anak."Semua sudah siap, Se?" tanya Ibu Panti."Sudah, Bu." Sean melihat jam tangannya. Ternyata sekarang sudah jam sebelas kurang sepulih menit.Sean pun meminta anak-anak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status