Share

3. Siapa Wanita Itu?

Author: Moon Cherry
last update Last Updated: 2024-06-07 12:31:45

Bimala mengambil dompetnya yang tergeletak di atas meja ketika mendengar suara motor pedagang sayur yang lewat di area perumahan.

 

"Mau ke mana, Non?" tanya Bik Minah ketika melihat Bimala yang berjalan menuruni tangga.

 

"Mau belanja sayur di depan, Bik."

 

"Mau saya yang beliin, Non?"

 

Bimala menggeleng pelan. "Nggak usah, Bik. Hari ini kan, Mas Prada pulang. Saya pengen buat soto ayam sama jamur krispi kesukaan Mas Prada."

 

Bik Minah tersenyum, pantas saja Bimala terlihat lebih bahagia dari pada biasanya. Ternyata suami majikannya itu akan pulang hari ini.

 

"Baik, Non. Kalau ada perlu apa-apa panggil saya saja. Saya mau mencuci baju di belakang." 

 

Bimala mengangguk lalu berjalan menuju tukang sayur yang tidak kelihatan batang hidungnya karena dikerubungi ibu-ibu yang ingin berbelanja.

 

"Mang Ujang, ayamnya masih ada?"

 

"Eh, Mbak Mala. Udah lama banget saya nggak lihat Mbak Mala?" Mang Ujang tersenyum lalu mengambil ayam yang Bimala minta.

 

"Iya nih, Mang. Saya lagi pengen belanja sendiri." Bimala melihat-lihat bumbu dapur yang ada di gerobak Mang Ujang.

 

"Ayamnya cuma ada ini, Mbak. Nggak papa?" Mang Ujang menunjukkan dua bungkus ayam bagian dada dan paha dengan berat masing-masing setengah kilogram ke Bimala.

 

"Nggak papa, Mang. Satu kilo aja udah cukup, kok. Mang Ujang punya daun jeruk?"

 

"Tadi kayaknya masih ada. Bentar ya, Mbak, saya carikan dulu." Mang Ujang mencari-cari daun jeruk yang Bimala minta. Tidak lama kemudian dia tersenyum ketika berhasil menemukannya.

 

"Ini Mbak daun jeruknya."

 

"Makasih banyak ya, Mang."

 

"Sama-sama."

 

Bimala ingin bertanya berapa total belanjaannya pada Mang Ujang, tapi suara ibu-ibu yang berdiri di sampingnya menginterupsi kegiatannya.

 

"Eh, Bu. Tahu kasus yang lagi viral di Toktok tentang suami yang diam-diam nikah lagi nggak?"

 

"Oh, iya saya tahu. Sumpah saya gedek banget sama suaminya, Bu. Padahal istrinya cantik, pinter nyari duit lagi. Kurang apa coba istrinya sampai suaminya diem-diem nikah lagi?" timpal ibu-ibu yang memiliki rambut hitam sebahu. Ibu-ibu itu terlihat begitu semangat membahas gosip yang lagi panas di media sosial.

 

"Kalau aku sampai ketemu laki modelan kayak gitu, udah aku cincang sampai habis benda pusakanya."

 

Bimala memilih acuh lalu membayar belanjaannya. Lagi pula dia tidak terlalu suka bergosip.

 

"Tapi denger-denger istrinya kan, nggak bisa punya anak, Bu. Mungkin karena alasan ini suaminya diem-diem nikah lagi."

 

Tubuh Bimala menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat mendengar ucapan mereka. Entah mengapa, Bimala tiba-tiba merasa takut nasibnya akan sama seperti perempuan yang sedang viral tersebut karena Prada berada jauh di luar kota, sedangkan dia tinggal sendiri di rumah. 

 

Bagaimana kalau Prada diam-diam menikah lagi untuk memiliki anak? Siapkah dia dimadu oleh Prada?

 

Bimala tanpa sadar menggelengkan kepala untuk mengusir pikirannya barusan. Prada selama ini selalu memperlakukannya dengan sangat baik dan menjaga komunikasi di antara mereka. Prada bahkan selalu memberinya hadiah kecil untuk menyenangkan hatinya meskipun tinggal jauh darinya.

 

Entah setan apa yang sudah merasuki pikirannya hingga sempat berpikiran buruk ke Prada. Seharusnya dia percaya kalau Prada tidak mungkin menghancurkan kepercayaan yang sudah dia berikan.

 

"Eh, Mala!" Bimala yang ingin pulang sontak berhenti melangkah ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Dia pun berbalik lalu menatap wanita berkerudung biru yang berdiri tepat di belakangnya.

 

"Ya, Bu Ida?"

 

"Prada kan, kerja di luar kota. Kamu nggak takut gitu suamimu diem-diem nikah lagi? Apa lagi kalian belum punya anak, kan?"

 

"Nggak, Bu."

 

"Kok, enggak, sih?" Suara Bu Ida meninggi karena respon Bimala tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan.

 

Seharusnya Bimala panik karena Prada bekerja di luar kota dan kemungkinan Prada diam-diam menikah lagi sangatlah besar.

 

"Ya, memang enggak."

 

"Kamu ini aneh banget, sih." Bu Ida mulai sewot.

 

"Aneh gimana ya, Bu?" Bimala menatap Bu Ida dengan kening berkerut dalam.

 

"Kamu kok bisa percaya banget sama Prada?"

 

"Karena Mas Prada bisa dipercaya dan tidak ada alasan bagi saya untuk mencurigai Mas Prada," jawab Bimala tenang membuat Bu Ida mendengkus kesal.

 

"Laki-laki sekarang banyak yang nggak bisa dipercaya, Mala. Seharusnya kamu curiga sama Prada. Gimana kalau dia diem-diem nikah lagi terus ninggalin kamu?"

 

Bimala malah tersenyum alih-alih merasa kesal setelah mendengar ucapan Bu Ida. "Saya percaya sama Mas Prada, Bu. Dia tidak mungkin menghancurkan kepercayaan yang sudah saya berikan."

 

"Saya nggak ada maksud apa-apa loh, Mala. Saya cuma ingin ngingetin kamu supaya tidak kecewa."

 

Bimala lagi-lagi tersenyum. "Terima kasih banyak atas perhatiannya, Bu. Saya pamit pulang dulu, ya. Permisi ...."

 

Bimala sontak mengembuskan napas lega, seolah-olah baru saja melepaskan beban yang sangat berat begitu tiba di rumah. Dia memang tidak terlalu betah berada terlalu lama di antara ibu-ibu yang suka bergosip.

 

"Bik Minah!"

 

Wanita paruh baya yang sudah menjadi asisten rumah tangga semenjak Bimala menikah dengan Prada itu buru-buru menghampiri Bimala di dapur.

 

"Ya, Non?"

 

"Tolong bantu saya bikin soto ayam sama jamur krispi buat Mas Prada, ya?"

 

"Siap, Non. Tapi saya tinggal jemur baju sebentar nggak papa, kan?"

 

"Nggak papa, Bik. Santai aja, lagian Mas Prada pulangnya masih dua jam lagi."

 

Bik Minah cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan Bimala mulai menyiapkan bahan dan bumbu untuk membuat soto ayam. Tumbuh dan besar di panti membuat Bimala tidak mengalami kesulitan ketika memasak. Tangannya begitu terampil memotong dan meracik bumbu masakan. Lagi pula Bimala memang suka memasak, apa lagi untuk Prada.

 

"Wah! Baunya sedap sekali, Non," puji Bik Minah ketika aroma soto ayam buatan Bimala menyeruak di indra penciumannya.

 

"Ah, yang benar, Bik?"

 

"Iya, saya jamin Tuan Prada kalau makan nanti pasti nambah lagi."

 

Bimala tersenyum malu mendengar pujuan Bik Minah untuknya. "Mas Prada sebentar lagi pulang, tolong bersihin ini ya, Bik. Saya mau siap-siap dulu."

 

Bik Minah mengangguk. Bimala pun bergegas ke kamarnya yang berada di lantai atas untuk membersihkan diri. Sebuah gaun berwarna biru muda tanpa lengan yang dibeli Prada satu bulan yang lalu menjadi pilihan. Tidak lupa dia menyemprotkan parfum beraroma stroberi yang menjadi favorit Prada.

 

Bimala segera turun setelah memastikan jika tidak ada yang kurang dari penampilannya. Dia duduk di ruang tamu sambil melirik jam dinding dengan tidak sabar karena dia ingin segera bertemu dengan Prada.

 

Bimala sontak beranjak dari tempat duduknya ketika mendengar suara mobil yang memasuki halaman. Dia kembali memastikan penampilannya sebelum membuka pintu kayu yang ada di hadapan.

 

"Mas Prada!" Bimala sontak melemparkan diri ke dalam dekapan Prada. Dia merasa sangat bahagia akhirnya bisa bertemu lagi Prada setelah berpisah selama dua bulan lamanya.

 

Prada memeluk Bimala dengan begitu erat sambil mendaratkan kecupan seringan bulu di atas puncak kepala wanita itu. Aroma stroberi yang menguar dari tubuh Bimala seketika menyeruak di indra penciumannya. Aromanya sangat menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar.

 

"Aku kangen sekali sama, Mas."

 

Prada tersenyum hangat mendengar ucapan Bimala. "Mas lebih kangen sama kamu."

 

Wajah Bimala sontak bersemu merah. Dia tiba-tiba melepaskan diri dari dekapan Prada ketika menyadari ada seorang wanita muda yang menggendong bayi berdiri tepat di belakang Prada.

 

"Kak Prada ...," panggil wanita itu pelan.

 

"Kak Prada?!" Bimala tersentak mendengarnya, berbagai pikiran buruk seketika menari-nari di dalam pikirannya. 

 

Mengapa perempuan ini memanggil Prada kakak? Apa mungkin ....

 

"Siapa wanita ini, Mas? Kenapa dia memanggil Mas kakak?" Bimala menatap Prada tajam, menuntut penjelasan.

 

"Dia ...." Prada mengusap wajahnya dengan kalut.

 

"SIAPA?!" Bimala tanpa sadar meninggikan suaranya. Entah sejak kapan liquid bening itu jatuh membasahi pipinya. Dalam hati dia berharap semoga Prada tidak mengatakan hal yang tidak ingin dia dengar.

 

"Istri mas," jawab Prada tanpa berani menatap Bimala.

 

"A-apa?! Istri?!" Dua kata yang keluar dari mulut Prada itu berhasil menghancurkan hidup Bimala dalam sekejap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   36. Penyesalan Prada

    Prada mengurangi kecepatan mobilnya ketika memasuki kawasan perumahan tempatnya tinggal. Malam ini jalanan terlihat lebih sepi dari pada biasanya, udara pun terasa lebih dingin. Prada sebenarnya ingin segera pulang lalu meminta maaf pada Bimala setelah mendengar penjelasan dari Sean. Namun, pekerjaannya hari ini sangat banyak dan dia baru bisa meninggalkan kantor ketika jam menunjukkan pukul delapan malam.Prada menghentikan mobilnya tepat di depan rumah. Sebelum turun dia mengambil sebuah paper bag berisi macaron dan seikat bunga mawar hijau yang tergeletak di bangku samping kemudi."Kak Prada sudah pulang?""Ah, iya, Fel." Prada merasa sedikit kecewa ketika melihat Felia yang membukakan pintu untuknya. Padahal biasanya Bimala yang menyambut kedatangannya."Padahal Kak Prada baru sehari jadi CEO. Tapi Kakak udah disuruh lembur. Kak Prada pasti capek banget, ya?" Felia merasa bersalah pada Prada. Lelaki itu harus bekerja ekstra keras demi menghidupi dirinya dan Arkana. Padahal dia ha

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   35. Salah Paham

    "Pak, ini berkas kerja sama dengan perusahaan CT Corp yang harus Anda tanda tangani."Prada menerima map berwarna biru tua yang diberikan sekretarisnya setelah itu mengucapkan terima kasih."Saya juga ingin memberi tahu kalau hasil rapat pagi tadi sudah selesai saya ketik.""Langsung saja kirim ke email saya, Karina.""Baik, Pak." Karina mengangguk patuh. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu bekerja dengan baik sebagai sekretaris Prada."Apa ada lagi?""Bapak ada pertemuan dengan perusahaan INB¹⁰⁰ untuk membahas produk baru yang akan dikeluarkan oleh perusahaan kita setelah makan siang nanti.""Baiklah, terima kasih banyak, Karina.""Sama-sama, Pak." Karina pun pamit undur diri dari ruangan PradaPrada mengembuskan napas panjang selepas kepergian Karina. Padahal dia baru sehari menjadi CEO, tapi ada banyak sekali tugas yang harus dia kerjakan. Memimpin rapat, memeriksa laporan, dan bertemu dengan klien penting.Prada kembali memeriksa berkas yang ada di hadapannya. Baru beberapa me

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   34. Berubah

    Felia mengerjabkan kedua matanya perlahan ketika ranjang yang berada di sebelahnya bergerak. Tubuh wanita itu sontak menegang ketika sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya dengan erat.Felia pun berbalik. Mulut ibu satu anak itu sontak menganga lebar karena wajahnya berhadapan langsung dengan dada bidang Prada."Kak Prada!" Felia refleks membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangan. Dia nyaris saja berteriak karena Prada tiba-tiba ada di kamarnya. Untung saja dia punya pengendalian diri yang baik."Kak Prada kenapa tidur di sini?" Felia menatap Prada dengan jantung yang berdebar hebat. Dia selalu merasa deg-degan jika berada di dekat Prada."Ingin saja," jawab Prada sekenanya.Felia diam-diam mengulum senyum. Tanpa perlu bertanya pun Felia sebenarnya tahu alasan yang membuat Prada tidur di kamarnya malam ini. Prada pasti kecewa dengan Bimala yang pergi ke mall bersama Sean tanpa meminta izin darinya.Seharusnya Felia tidak boleh bahagia di atas penderiataan Bimala. Akan tetapi

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   33. Kecewa

    Bimala kembali mencoba untuk menelepon Prada. Namun, Prada lagi-lagi mengabaikan panggilannya. Sepertinya Prada kali ini benar-benar marah pada dirinya.Wajar saja kalau Prada marah karena dia sudah mengingkari janji yang dia buat pada lelaki itu.Bimala pun mencoba menelepon Felia. Namun, Felia juga mengabaikan teleponnya sama seperti Prada.Entah apa yang sedang Prada dan Felia lakukan sekarang. Mereka pasti sedang bersenang-senang untuk merayakan keberhasilan Prada hingga tidak memedulikan telepon darinya.Detik demi detik berlalu, tidak terasa sekarang sudah hampir jam sembilan malam, tapi Prada dan Felia belum juga pulang. Telepon dan pesan yang dia kirim untuk mereka pun tidak ada yang dibalas. Padahal dia ingin tahu bagaimana kabar mereka.Bimala memandang lesu spageti buatannya yang tersaji di atas meja makan. Bimala ingin sekali makan karena perutnya sudah sangat lapar. Namun, dia memilih menunggu Prada dan Felia pulang agar mereka bisa makan malam bersama.Bimala tiba-tiba b

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   32. Marah

    Prada mencengkeram setir mobilnya dengan erat. Wajah lelaki berusia tiga puluh tahun itu terlihat mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Prada merasa sangat marah sekaligus kecewa dengan Bimala.Prada mungkin bisa memaklumi alasan Bimala yang tidak bisa mendampinginya hari ini karena ingin membantu Ibu Panti. Tapi apa yang dia lihat barusan. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Bimala pergi ke mall bersama Sean. Bimala bahkan tidak meminta izin pada dirinya sebelum pergi.Kenapa Bimala tega membohonginya? Apa Bimala tidak pernah memikirkan bagaimana perasaannya?"Sial!" desis Prada terdengar penuh amarah. Tanpa sadar dia menambah kecepatan mobilnya membuat seorang wanita bergaun merah muda yang duduk di sebelahnya ketakutan."Kak Prada ...," gumam Felia dengan suara gemetar. Jantung Felia berdetak cepat, wajahnya pun terlihat sedikit pucat, tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram sabuk pengaman dengan erat karena Prada mengendarai mobilnya dengan sangat kencang.Felia sepenuhny

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   31. Stupid

    Suasana panti hari ini lebih ramai dari pada biasanya. Ada sebuah panggung kecil yang dihiasi balon warna-warni di tengah halaman. Beberapa buah meja dan kursi pun tertata rapi di depan panggung tersebut.Semua penghuni panti tampak sibuk menyambut tamu yang akan datang, begitu pula dengan Sean. Dia sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini untuk membantu ibu panti."Kevin, tolong taruh kursi ini di sana." Sean menyuruh seorang anak laki-laki berusia sekitar sebelas tahun untuk meletakkan kursi di tempat yang dia tunjuk.Sean mengembuskan napas panjang setelah itu menegakkan tubuhnya. Sepasang iris hitam miliknya memperhatikan sekitar dengan lekat untuk memastikan kalau semuanya sudah siap. Hari ini panti asuhan kedatangan beberapa pelajar dari luar negri. Mereka datang untuk memberi edukasi serta bantuan untuk anak-anak."Semua sudah siap, Se?" tanya Ibu Panti."Sudah, Bu." Sean melihat jam tangannya. Ternyata sekarang sudah jam sebelas kurang sepulih menit.Sean pun meminta anak-anak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status