Share

5. Kekalutan Prada

Author: Moon Cherry
last update Last Updated: 2024-06-07 12:33:12

Prada menatap nanar mobil yang dikendarai Bimala hingga menghilang dari pandangannya. Perasaan bersalah tergambar jelas di wajah tampannya. Prada sebenarnya bisa saja menahan Bimala agar tetap tinggal. Akan tetapi di lain sisi dia menyadari kalau Bimala butuh waktu untuk menenangkan diri.

Prada pasti akan mencari Bimala lalu menjelaskan semuanya jika perasaan istrinya itu sudah tenang dan bisa menerima keberadaan Felia.

"Kak Prada ...." Prada sontak menoleh, menatap wanita yang sudah menjadi istri keduanya selama hampir satu tahun. "Masuk dulu, Fel. Di luar dingin, kasihan anakmu kalau lama-lama di luar."

Prada membawa koper miliknya dan Felia masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba saja dia berhenti melangkah ketika menyadari kalau Felia tidak mengikutinya. "Kenapa kamu masih berdiri di sana, Felia? Apa kamu tidak kasihan sama anakmu?"

Felia menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat sebelum bicara. Raut cemas tergambar jelas di wajah cantiknya. "Aku merasa bersalah banget, Kak. Gara-gara aku Kakak jadi berantem sama mbak Mala. Apa aku pergi saja dari sini, ya?"

"Kamu tenang saja, Bimala cuma butuh waktu untuk menenangkan diri, Felia. Kakak yakin sekali Bimala tidak akan marah dan mau kembali ke rumah jika sudah mendengar semua penjelasan kakak."

"Tapi—" Felia tetap merasa ragu. Sebenarnya dia tidak ingin ikut Prada pindah karena dia sudah betah tinggal di rumahnya yang lama. Selain itu dia belum siap bertemu dengan Bimala.

Sejak awal pun Felia mempunyai firasat kalau pernikahannya dan Prada tidak akan berjalan lancar karena Prada menikahinya tanpa izin dari Bimala.

Sebagai sesama perempuan, Felia seolah-olah bisa merasakan apa yang saat ini sedang Bimala rasakan. Wanita itu pasti marah dan kecewa ketika tahu Prada menikah lagi dengannya hingga memutuskan untuk pergi dari rumah.

Ah, semua ini gara-gara dirinya. Andai saja dia tidak menikah dengan Prada, hubungan Prada dan Bimala pasti akan baik-baik saja sampai sekarang.

"Felia ...."

"Em, iya, Kak?" Felia tergagap ketika mendengar suara Prada hingga membuat bayi berusia tiga bulan yang berada di dalam gendongannya menggeliat pelan.

"Masuk." Suara Prada kali ini terdengar lebih tegas dari pada sebelumnya membuat Felia mau tidak mau menuruti perintah lelaki itu.

"Bik Minah!"

"Iya, Tuan." Bik Minah yang sedang menyiapkan makan malam buru-buru ke depan ketika mendengar suara Prada.

"Tolong siapkan kamar tamu karena mulai sekarang Felia akan tidur di sana."

"Baik, Tuan." Bik Minah mengangguk patuh lalu mengambil alih koper milik Felia yang berada di tangan Prada. Dalam hati dia bertanya-tanya mengapa Prada diam-diam menikah lagi dengan Felia padahal majikannya itu sudah memiliki istri yang cantik dan baik seperti Bimala.

Jujur saja Bik Minah merasa sangat kecewa dengan Prada dan kasihan pada Bimala. Rasanya Bik Minah ingin sekali memarahi Prada karena sudah menyakiti Bimala. Namun, dia tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya. Lagi pula dia tidak berhak untuk mencampuri masalah rumah tangga mereka.

"Kakak ingin mandi sebentar. Jangan sungkan panggil kakak atau Bik Minah kalau kamu butuh sesuatu."

"Baik, Kak." Felia mengangguk.

"Mari Non, saya antar." Bik Minah tersenyum kecil pada Felia lalu pergi ke kamar tamu.

"Terima kasih, Bik." Felia berjalan mengikuti Bik Minah, sedangkan Prada pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas untuk membersihkan diri.

Prada melepas satu persatu pakaiannya setelah itu menyalakan shower dan membiarkan air yang dingin itu jatuh membasahi tubuhnya.

Di balik sikap tenang yang dia tunjukkan, Prada sebenarnya merasa sangat kalut sekarang. Prada pikir, Bimala mau mendengar penjelasannya dan memaafkan semua kesalahannya seperti yang sudah-sudah.

Akan tetapi Bimala tadi terlihat sangat marah. Istrinya itu bahkan tidak mau memberinya kesempatan untuk memberi tahu alasan yang membuatnya terpaksa menikahi Felia.

Seharusnya dia jujur pada Bimala sejak awal, bukan malah mengulur-ulur waktu hingga membuat masalahnya semakin besar seperti bola salju.

Prada mematikan shower ketika tubuhnya mulai menggigil kedinginan. Dia keluar dari kamar mandi dengan perasaan hampa karena tidak mendapati Bimala ada di kamar.

Biasanya Bimala selalu menyiapkan baju untuknya. Akan tetapi kali ini dia harus menyiapkannya sendiri.

"Tuan Prada!" 

Prada memasang kancing terakhir di bajunya setelah itu membuka pintu kamarnya. "Iya, Bik Minah?"

"Non Bimala tadi masak soto ayam kesukaan Tuan. Tuan Prada mau makan sekarang atau nanti?"

Hati Prada berdenyut nyeri mendengar ucapan Bik Minah barusan. Dia semakin merasa bersalah sudah menyakiti Bimala padahal wanita itu sangat baik dan perhatian pada dirinya.

"Sekarang saja, Bik. Tolong panggilin Felia untuk makan, saya turun sebentar lagi."

"Baik, Tuan."

Ponsel milik Prada yang berada di atas meja tiba-tiba saja bergetar karena ada panggilan masuk. Prada pun cepat-cepat mengambilnya. Helaan napas panjang lolos dari bibir Prada ketika melihat nama yang terpampang jelas di layar.

Prada pikir yang menelepon Bimala, tapi ternyata Sean—sahabat baik Bimala. Tanpa menunggu waktu lama Prada segera menggeser ikon hijau di layar ponselnya.

"Halo?"

"Bimala salah apa, Prada? Kenapa kamu membuat dia menangis?!"

Prada memijit pelipisnya yang semakin terasa penat setelah mendengar pertanyaan bernada marah yang keluar dari mulut rivalnya.

"Apa Bimala pergi ke panti?"

"Ya, dia ada di sini." Sean berdecak kesal karena Prada malah balik bertanya. "Jawab pertanyaanku, Bangs*t! Kenapa Bimala terlihat kacau sekali? Apa kalian bertengkar?"

Prada sebenarnya tidak suka Bimala pergi ke panti asuhan tanpa dirinya karena di sana ada Sean. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk marah apa lagi cemburu.

"Tolong jaga Bimala. Aku titip dia sebentar. Pastikan dia makan dengan baik dan tidak kedinginan."

Kening Sean berkerut dalam mendengar ucapan Prada. Tanpa Prada meminta pun dia pasti akan memperhatikan Bimala.

"Aku tidak tahu masalah apa yang terjadi di antara kalian karena Bimala belum cerita. Tapi ada satu hal yang perlu kamu tahu ...."

Prada hanya diam menunggu Sean melanjutkan kalimatnya.

"Selama ini aku sudah cukup bersabar karena Bimala sangat mencintai kamu, Prada. Tapi aku tidak akan diam lagi jika kamu tega menyakiti Bimala. Aku pasti akan merebut dia darimu."

Wajah Prada mengeras, tanpa sadar tangannya mencengkeram ponselnya dengan erat ketika mendengar ucapan Sean. "Kamu tenang saja karena aku juga tidak ingin menyakiti Bimala, Sean. Lagi pula perasaan Bimala tidak akan pernah berubah."

"Kamu terlalu percaya diri, Aditya Prada." Sean tersenyum miring. "Siapa pun pasti memilih pergi jika terus disakiti, kecuali orang bodoh yang memilih tetap bertahan meskipun menyakitkan. Semoga saja Bimala tidak menjadi salah satu dari orang-orang bodoh itu. Good luck, Prada!"

"Sialan!" Prada menggeram kesal lalu memutus sambungan teleponnya dengan Sean.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
btul cerai pergi jauh mala ,jgn luluh dan bodoh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   36. Penyesalan Prada

    Prada mengurangi kecepatan mobilnya ketika memasuki kawasan perumahan tempatnya tinggal. Malam ini jalanan terlihat lebih sepi dari pada biasanya, udara pun terasa lebih dingin. Prada sebenarnya ingin segera pulang lalu meminta maaf pada Bimala setelah mendengar penjelasan dari Sean. Namun, pekerjaannya hari ini sangat banyak dan dia baru bisa meninggalkan kantor ketika jam menunjukkan pukul delapan malam.Prada menghentikan mobilnya tepat di depan rumah. Sebelum turun dia mengambil sebuah paper bag berisi macaron dan seikat bunga mawar hijau yang tergeletak di bangku samping kemudi."Kak Prada sudah pulang?""Ah, iya, Fel." Prada merasa sedikit kecewa ketika melihat Felia yang membukakan pintu untuknya. Padahal biasanya Bimala yang menyambut kedatangannya."Padahal Kak Prada baru sehari jadi CEO. Tapi Kakak udah disuruh lembur. Kak Prada pasti capek banget, ya?" Felia merasa bersalah pada Prada. Lelaki itu harus bekerja ekstra keras demi menghidupi dirinya dan Arkana. Padahal dia ha

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   35. Salah Paham

    "Pak, ini berkas kerja sama dengan perusahaan CT Corp yang harus Anda tanda tangani."Prada menerima map berwarna biru tua yang diberikan sekretarisnya setelah itu mengucapkan terima kasih."Saya juga ingin memberi tahu kalau hasil rapat pagi tadi sudah selesai saya ketik.""Langsung saja kirim ke email saya, Karina.""Baik, Pak." Karina mengangguk patuh. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu bekerja dengan baik sebagai sekretaris Prada."Apa ada lagi?""Bapak ada pertemuan dengan perusahaan INB¹⁰⁰ untuk membahas produk baru yang akan dikeluarkan oleh perusahaan kita setelah makan siang nanti.""Baiklah, terima kasih banyak, Karina.""Sama-sama, Pak." Karina pun pamit undur diri dari ruangan PradaPrada mengembuskan napas panjang selepas kepergian Karina. Padahal dia baru sehari menjadi CEO, tapi ada banyak sekali tugas yang harus dia kerjakan. Memimpin rapat, memeriksa laporan, dan bertemu dengan klien penting.Prada kembali memeriksa berkas yang ada di hadapannya. Baru beberapa me

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   34. Berubah

    Felia mengerjabkan kedua matanya perlahan ketika ranjang yang berada di sebelahnya bergerak. Tubuh wanita itu sontak menegang ketika sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya dengan erat.Felia pun berbalik. Mulut ibu satu anak itu sontak menganga lebar karena wajahnya berhadapan langsung dengan dada bidang Prada."Kak Prada!" Felia refleks membungkam mulutnya dengan kedua telapak tangan. Dia nyaris saja berteriak karena Prada tiba-tiba ada di kamarnya. Untung saja dia punya pengendalian diri yang baik."Kak Prada kenapa tidur di sini?" Felia menatap Prada dengan jantung yang berdebar hebat. Dia selalu merasa deg-degan jika berada di dekat Prada."Ingin saja," jawab Prada sekenanya.Felia diam-diam mengulum senyum. Tanpa perlu bertanya pun Felia sebenarnya tahu alasan yang membuat Prada tidur di kamarnya malam ini. Prada pasti kecewa dengan Bimala yang pergi ke mall bersama Sean tanpa meminta izin darinya.Seharusnya Felia tidak boleh bahagia di atas penderiataan Bimala. Akan tetapi

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   33. Kecewa

    Bimala kembali mencoba untuk menelepon Prada. Namun, Prada lagi-lagi mengabaikan panggilannya. Sepertinya Prada kali ini benar-benar marah pada dirinya.Wajar saja kalau Prada marah karena dia sudah mengingkari janji yang dia buat pada lelaki itu.Bimala pun mencoba menelepon Felia. Namun, Felia juga mengabaikan teleponnya sama seperti Prada.Entah apa yang sedang Prada dan Felia lakukan sekarang. Mereka pasti sedang bersenang-senang untuk merayakan keberhasilan Prada hingga tidak memedulikan telepon darinya.Detik demi detik berlalu, tidak terasa sekarang sudah hampir jam sembilan malam, tapi Prada dan Felia belum juga pulang. Telepon dan pesan yang dia kirim untuk mereka pun tidak ada yang dibalas. Padahal dia ingin tahu bagaimana kabar mereka.Bimala memandang lesu spageti buatannya yang tersaji di atas meja makan. Bimala ingin sekali makan karena perutnya sudah sangat lapar. Namun, dia memilih menunggu Prada dan Felia pulang agar mereka bisa makan malam bersama.Bimala tiba-tiba b

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   32. Marah

    Prada mencengkeram setir mobilnya dengan erat. Wajah lelaki berusia tiga puluh tahun itu terlihat mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Prada merasa sangat marah sekaligus kecewa dengan Bimala.Prada mungkin bisa memaklumi alasan Bimala yang tidak bisa mendampinginya hari ini karena ingin membantu Ibu Panti. Tapi apa yang dia lihat barusan. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Bimala pergi ke mall bersama Sean. Bimala bahkan tidak meminta izin pada dirinya sebelum pergi.Kenapa Bimala tega membohonginya? Apa Bimala tidak pernah memikirkan bagaimana perasaannya?"Sial!" desis Prada terdengar penuh amarah. Tanpa sadar dia menambah kecepatan mobilnya membuat seorang wanita bergaun merah muda yang duduk di sebelahnya ketakutan."Kak Prada ...," gumam Felia dengan suara gemetar. Jantung Felia berdetak cepat, wajahnya pun terlihat sedikit pucat, tanpa sadar kedua tangannya mencengkeram sabuk pengaman dengan erat karena Prada mengendarai mobilnya dengan sangat kencang.Felia sepenuhny

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   31. Stupid

    Suasana panti hari ini lebih ramai dari pada biasanya. Ada sebuah panggung kecil yang dihiasi balon warna-warni di tengah halaman. Beberapa buah meja dan kursi pun tertata rapi di depan panggung tersebut.Semua penghuni panti tampak sibuk menyambut tamu yang akan datang, begitu pula dengan Sean. Dia sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini untuk membantu ibu panti."Kevin, tolong taruh kursi ini di sana." Sean menyuruh seorang anak laki-laki berusia sekitar sebelas tahun untuk meletakkan kursi di tempat yang dia tunjuk.Sean mengembuskan napas panjang setelah itu menegakkan tubuhnya. Sepasang iris hitam miliknya memperhatikan sekitar dengan lekat untuk memastikan kalau semuanya sudah siap. Hari ini panti asuhan kedatangan beberapa pelajar dari luar negri. Mereka datang untuk memberi edukasi serta bantuan untuk anak-anak."Semua sudah siap, Se?" tanya Ibu Panti."Sudah, Bu." Sean melihat jam tangannya. Ternyata sekarang sudah jam sebelas kurang sepulih menit.Sean pun meminta anak-anak

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   30. Bohong

    Prada melihat jam tangan merek Rolex seharga ratusan juta yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Lelaki berusia tiga puluh tahun itu terlihat sangat tampan dalam balutan kemeja hitam dan celana bahan berwarna senada.Prada tampak siap menghadiri acara serah terima jabatannya sebagai CEO baru di perusahaan yang akan dia pimpin pukul sepuluh pagi nanti. Dia sekarang sedang menunggu Bimala bersiap-siap sambil menikmati secangkir teh hangat di ruang tamu.Sebenarnya Bimala tidak perlu ikut sebab acara tersebut hanya dihadiri oleh petinggi perusahaan, pemilik saham, dan beberapa awak media. Namun, Prada sengaja meminta satu buah kursi khusus untuk Bimala. Dia ingin Bimala hadir di acara paling berkesan dalam hidupnya. Dia ingin menunjukkan pada dunia betapa beruntungnya dia memiliki istri yang cantik dan selalu mendukungnya seperti Bimala.Waktu terus berputar. Prada kembali melihat jam tangannya, sudah lima belas menit dia menunggu, tapi Bimala belum juga turun.Apa wanita selalu mem

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   29. Memadamkan Api Cemburu

    Prada langsung masuk ke dalam rumah selepas kepergian Sean. Prada sadar seharusnya dia tidak perlu cemburu karena dia percaya kalau Bimala tidak mungkin mengkhianatinya. Namun, dia tetap saja merasa kesal. Bimala berniat menyusul Prada. Dia ingin menenangkan suaminya itu agar tidak cemburu dengan Sean. Namun, Felia tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya."Ada apa, Fel?""Acara serah terima jabatan Kak Prada besok kan, Mbak?""Kamu tahu?!"Felia mengangguk. "Iya, Kak Prada sendiri yang ngasih tahu aku, makanya dia ajak aku tinggal di sini.""Oh ...," sahut Bimala singkat.Prada pasti akan menyembunyikan pernikahannya dan Felia jika tidak diangkat menjadi CEO. Pantas saja Prada mengajak Felia tinggal bersama mereka sekarang, ternyata itu alasannya."Aku ingin mendampingi Kak Prada di acara tersebut, tapi Kak Prada tidak mungkin mengajak kita berdua. Apa boleh aku yang pergi?" Felia menatap Bimala dengan penuh harap. Dia akan memanfaatkan kempatan itu untuk mendekati Prada jika Bimala

  • Wanita yang Dibawa Pulang Suamiku   28. Cemburu

    "Kenapa belok ke arah sini, Kak? Katanya tadi mau jemput Mbak Mala sekalian?" Felia merasa heran ketika mobil yang dikendarai Prada mengarah ke rumah."Bimala tadi ngasih tahu kakak kalau dia pulang sama Sean.""Sean?!" Kening Felia berkerut dalam karena nama itu terdengar asing di telinganya. "Siapa Sean?""Sahabat baik Bimala.""Apa? Sahabat?" "Iya."Felia merasa heran melihat Prada yang mengizinkan Bimala pulang bersama lelaki lain meskipun itu sahabatnya sendiri. Lagi pula tidak ada persahabatan murni di antara laki-laki dan perempuan jika tidak ada salah satu dari mereka yang memiliki rasa."Kak Prada percaya kalau mereka cuma sahabatan?""Maksud kamu?" Prada melirik Felias sekilas lalu kembali memperhatikan jalanan yang ada di hadapan."Tidak ada persahabatan murni di antara laki-laki dan perempuan jika tidak ada salah satu dari mereka yang memiliki rasa. Bagaimana kalau Sean ternyata memiliki perasaan lebih pada Mbak Mala? Apa Kakak tidak cemburu?"Prada malah tersenyum. "Juju

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status