Wanita yang Menolak Lamaranku 26"Kenapa senyum-senyum sendiri? cantik, ya? tanya Mas Elang yang tiba-tina datang. Ia melingkarkan tangan di perut dan meletakkan dagunya dipundakku sehingga pipikul dengan pipinya saling menempel. Dapat kuharasakan embusan napasnya yang wangi mint. Saat ini aku sedang melihat-lihat foto pernikahan kami yang digelar dengan sangat meriah kemarin. Banyak tamu undangan yang datang mereka adalah kerabat dan keluarga besar Mas Elang baik dari pihak ayah mertua maupun ibu mertua serta teman-teman Mas Elang baik teman SMA maupun semasa kuliah.Tangan kananku terangkat membelai pipinya. "Aku masih gak nyangka, Mas, ternyata aku bisa kayak gini. Ini seperti mimpi." Ku usap perlahan foto diriku yang sedang bersanding dengan Mas Elang dengan senyum mengembang itu. "Kalau lihat ini, aku jadi pingin didandanin lagi agar terlihat cantik dan menarik," imbuhku. "Kalau kamu mau, bisa dandan setiap hari," sahut Mas Elang tanpa mengubah posisi duduknya. Tangannya semak
WANITA YANG MENOLAK LAMARAN KU 27Orang sombong seperti Citra memang sekali-kali harus dibungkam mulutnya. Ia masih mencerocos di seberang sana.Namun, aku juga tidak tega jika ia sampai tertipu. "Cit, Kamu itu jangan tertipu oleh penampilan Malik. Kata Mas Elang dia itu seorang penipu. Dia tidak sekaya yang kamu kira. Meskipun kamu selalu jahat sama aku tapi aku juga tidak akan membiarkan kamu tertipu oleh orang seperti Reiga," ucapku. "Nggak usah ngurusin hidup aku, Vir. Aku sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Malik itu benar-benar orang kaya kok. Aku sudah diajak ke rumahnya yang besar dan mewah serta berlantai dua dan disangga dengan pilar-pilar yang tinggi dan kuat. Duh, aku makin nggak sabar untuk segera menjadi istrinya," kata Citra. Ku hela napas perlahan sebelum melanjutkan ucapanku. "Cit, kemarin aku ketemu dengan mantan pacarnya Reiga. Dia bilang kalau udah nyesel kenal dengan lelaki penipu itu,""Dengar, ya, calon suamiku itu Malik bukan Reiga. Jadi kamu ngg
Wanita yang Menolak Lamaranku 28Sebuah undangan berwarna gold hitam terpampang di layar ponsel milik ayah mertua. Citra mengiriminya melalui pesan Whatsapp. Di sana tertera dengan jelas mempelai wanita bernama Citra dan mempelai laki-laki bernama Reiga. Di dalam undangan itu juga terdapat foto keduanya dalam balutan baju pengantin berwarna pink muda. Sepupuku itu memang cantik apalagi saat tersenyum lebar seperti itu. Ponsel di tanganku berdering, segera kuusap layar dan mengangkatnya. "Kamu sudah lihat undanganku, kan, Vir? Bagus dan elegan, bukan? Undangannya aja kayak gitu, sudah pasti pestanya sangat mewah. Kamu harus datang bersama suamimu untuk membuktikan kalau yang kamu bilang tentang Mas Malik itu salah."Belum sempat aku menjawab, telepon sudah diputus secara sepihak. Huft, Citra menelepon ku hanya untuk pamer."Cantik sekali istriku hari ini?" Mas Elang menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu manggut-manggut. Aku memakai celana setelan longgar berwarna hijau
Wanita yang Menolak Lamaranku 29Citra memekik dan menutup mulutnya dengan kedua tangan saat melihat kotak kado yang kubungkus dengan kertas khusus di atasnya terdapat pita itu dibuka oleh Septi."Ya ampun, itu, kan gaun impian aku? Warna favoritku lagi. Ini punyaku, kan?" tanya Citra. Tangannya sudah terulur untuk mengambil alih dress itu dari tangan Septi. "Tadinya iya tapi sekarang sudah menjadi milik Septi karena kamu tadi sudah menolaknya. Kamu harus tahu, Cit, kalau aku beli gaun ini di butik ternama dan tentu saja tidak memproduksi barang yang sama dalam jumlah banyak," jawabku sambil mengusap pundak Septi. "Balikin! sini balikin! Gaun itu punyaku karena Vira membeli itu untuk hadiah pernikahanku. Ngerti!" kata Citra dengan nada tinggi sambil berusaha meraih gaun itu dari tangan Septi tetapi ternyata gadis itu juga nggak mau kalah. Ia berusaha menghindari Citra dan menyembunyikan gaun itu di balik punggungnya sehingga membuat Citra berang. "Cit, kamu tadi sudah tidak mau men
WANITA YANG MENOLAK LAMARANKU 30PoV CitraAku hampir tak berkedip melihat kedatangan laki-laki yang akan menjadi suamiku itu. Mas Malik terlihat sangat gagah dan tampan dengan jas berwarna hitam dan dalaman baju putih lengkap dengan dasi, tidak lupa sepatu hitam mengkilap menempel di kakinya. Ia benar-benar lelaki idaman yang selama ini ku impikan. Bukan hanya aku saja yang melongo melihat kedatangan pengantinku itu. Semua orang juga terpesona dengan Kharisma calon suamiku. Kini aku telah membuktikan pada semua orang terutama si Vira kalau aku bisa mendapatkan yang lebih dari si Elang yang pernah kutolak itu. Iya, kuakui suami Vira itu sekarang memang terlihat lebih tampan dari pada saat pertama kali datang ke sini dan Vira juga sekarang terlihat bersih wajahnya, tidak seperti dulu saat masih tinggal di sini. Namun, aku tidak peduli karena aku sudah punya Mas Malik yang mampu mengalihkan duniaku. Inilah yang disebut dengan jodoh aku yang cantik mendapat suami sempurna seperti Mas
Wanita yang Menolak Lamaranku 31Aku menatap lekat mata lelaki yang kini sudah sah menjadi suamiku ini. "Pinjam? Kamu menanyakan uang mahar yang sudah kamu berikan dan sekarang mau pinjam?" Aku mengulangi pertanyaannya. " Kamu bercanda, kan, Mas?" "Enggak, Sayang. Aku nggak bercanda sekarang katakan di mana uang itu?""Uang itu disimpan Ibu, Mas.""Loh kok ibumu yang simpan?" tanyanya dengan nada tinggi. "Itu, kan uang kamu kenapa menyuruh ibumu untuk menyimpannya?"Aku tersenyum lalu meraih tangannya. "Ibu menggunakan uang itu untuk bayar biaya pernikahan kita. Kamu tahu sendiri kan untuk pernikahan kita ini kami yang tanggung? Dan kamu janji akan menggantinya? Kami bahkan harus memakai gaji karyawan di kandang bebek. Biaya pernikahan kita ini lumayan mahal loh, Mas? Aku pemilih dekor yang terbaik serta MUA profesional dan tentu saja harganya bikin geleng-geleng kepala. Kamu lihat sendiri, kan, kalau hari ini aku terlihat sangat cantik bahkan melebihi kecantikan ratu manapun?""Oh
Wanita yang menolak lamaran ku 32"heh ternyata kamu sudah tidak perawan, ya, Cit?" tanya Mas Malik saat kami selesai melakukan hubungan suami istri dan Entah dari mana ia bisa menyimpulkan seperti itu. Aku melotot dan pura-pura kaget. "Kenapa? Benar, kan, kalau kamu memang sudah tidak perawan? Tuh lihat tidak ada noda di sprei kamu? Tapi nggak masalah karena keperawanan bukanlah hal yang utama bagiku." lelaki itu memegang tanganku. Aku mengusap dada perlahan, lega. Aku pikir ia akan marah-marah padaku kalau ia tahu semuanya. Tetapi ternyata aku memang tidak salah pilih orang dia benar-benar baik. Bahkan saat tahu aku tidak perawan saja ia tidak mempermasalahkan. "Kamu enggak marah, Mas, kalau aku sudah enggak perawan?" tanya aku menunduk. Lelaki berhidung mancung Itu tersenyum dan mengangguk. "Kenapa? Apakah kamu sendiri juga sudah tidak perjaka? Kalau begitu kita imbang lah ya? Aku ini cantik, Mas. Wajar jika aku pernah punya pacar sebelumnya dan hal seperti itu sudah biasa
Wanita yang Menolak Lamaranku 33"Serius kamu mau mengajak aku ke rumahmu dengan naik motor?" tanyaku dengan dahi mengernyit."Iya, Sayang. Rumahku itu jauh loh dari sini nggak mungkin jalan kaki. Kalau kamu mau yang lebih romantis lebih irit pakai sepeda ontel juga bisa. Memangnya sepeda ontel nya ada? Nggak ada, kan? Ya udah pakai aja apa yang ada." Mas Malik tersenyum. Ada apa ini? Jangan-jangan apa yang dibilang Vira waktu ditelepon itu benar kalau sebenarnya Mas Malik ini bukan orang kaya. Tapi Vira bilang lelaki itu namanya Reiga. Aku memejamkan mata perlahan mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu. "Hei kenapa malah melamun? Mana kuncinya?" Mas Malik menepuk pundakku."Mas, apa boleh aku melihat Kartu Tanda penduduk milikmu?" tanyaku. Aku harus tahu siapa namanya dengan jelas. Iya, saat menikah kemarin, aku tidak membaca dengan cermat dan langsung tanda tangan saja. Bahkan, aku hanya melirik sekilas saja karena sudah terlanjur percaya. Meski awalnya keberatan, akhirnya suamiku