Wanita yang Menolak Lamaranku

Wanita yang Menolak Lamaranku

Oleh:  Siti Aisyah  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
8
4 Peringkat
56Bab
87.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Seorang pemuda bernama Elang dijodohkan dengan wanita bernama Citra oleh orang tuanya. Mereka sudah sepakat untuk menerima perjodohan itu. Namun, saat Elang datang melamar, terjadi longsor di jalan sehingga Citra membatalkan perjodohan yang sudah mereka sepakati karena mengira Elang adalah pemuda miskin karena tidak membawa mobil. Demi melanjutkan perjodohan itu, Citra memberi solusi dengan menawarkan Vira--sepupu yang tinggal bersamanya dan selalu ia anggap sebagai pembantu untuk menggantikannya. Siapa sangka, ternyata Elang adalah orang kaya dan memperlakukan Vira layaknya ratu, sementara Citra akhirnya dapat suami miskin karena ia sudah tertipu gaya di dunia maya oleh seorang pemuda bernama Malik. Ikuti kisahnya, yuk

Lihat lebih banyak
Wanita yang Menolak Lamaranku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Astika Buana
Ceritanya keren!
2022-08-03 20:37:19
1
user avatar
Siti Aisyah
Terima kasih untuk para reader, semoga rezeki berlimpah dan sehat selalu......
2022-07-28 17:56:33
8
user avatar
RIO DARMINI
ada baiknya membaca tanpa harus beli koin
2022-08-04 11:39:38
4
user avatar
Alfan Alyandra
terlalu mahal koin nya...‍♂️...‍♂️...‍♂️
2022-08-08 09:45:26
0
56 Bab
Satu
Kuhentikan laju mobil saat melihat sebuah plang yang memenuhi jalan sebagai pertanda kendaraan roda empat tidak boleh melintas. Aku segera turun untuk mencari informasi. "Ada apa ini, Pak? Kenapa jalan ditutup seperti ini?" tanyaku pada seorang pedagang bakso yang mangkal di tepi jalan. "Ada longsor di depan sana, Mas. Makanya jalan ditutup total," jawabnya ramah. Kugaruk kepala yang tidak gatal lalu bertanya lagi, "apakah ada jalan lain untuk menuju ke kampung Melati yang ada di depan sana, Pak?" "Ada, tetapi harus memutar dan itu sangat jauh. Bisa memakan waktu lebih dari satu jam. Kalau Mas mau bisa lewat jalur alternatif, tetapi kalau mobil nggak bisa lewat," jawabnya. Akhirnya sesuai saran orang itu, kami turun dari mobil dan melanjutkan perjalanan dengan naik ojek dan mobilnya ditinggal di sini. ***"Jadi, kalian ke sini dengan naik ojek dan tidak punya mobil?" tanya seorang wanita berwajah ayu yang kuketahui bernama Citra. Aku pernah melihat Citra dari foto yang diberik
Baca selengkapnya
Dua
"A--a--aku?" Gadis berkulit eksotis itu tergagap sambil menunjuk dadanya sendiri. "Iya, kenapa? Kamu pasti senang, kan, ada orang yang mau melamarmu?" kata Citra dengan sinis.Bukan hanya Citra yang menatap sinis padanya, Pak Arman dan istrinya juga sehingga membuat gadis itu ketakutan. Tampak keringat mulai membasahi pelipisnya. "Ta--ta--tapi aku__" Vira tergapap dan mukanya pucat. Aku dapat melihat dengan jelas kalau keluarga ini tatapan keluarga ini tidak bersahabat. " Udah nggak ada tapi-tapian, kamu harus menerima lamaran Elang karena aku sudah terlanjur berjanji pada ayahnya sedangkan Citra tidak mau," kata Pak Arman dengan nada tinggi. "Paman, kalau aku menikah dengannya, lalu bagaimana dengan rencanaku untuk kuliah? Paman dan Bibi sudah berjanji akan membiayai kuliahku setelah Citra lulus, kan? Apa Paman lupa?" kata Vira. Gadis itu menatap lelaki di hadapannya dengan wajah berbinar. "Sudahlah, Vir. Buat apa kuliah segala? Masih mending ada orang yang mau nikahin kamu. K
Baca selengkapnya
Tiga
PoV CitraKupandang foto lelaki bernama Elang Purnama yang akan datang besok untuk melamarku. Lumayan tampan alias tidak jelek-jelek amat. Serasi lah jika bersanding denganku yang cantik ini. Kata bapak, zsdia ini anak orang kaya sehingga tanpa ragu kuterima saja lamarannya. Bukannya aku nggak laku sehingga mau dijodohkan dengan laki-laki anak sahabat bapak itu meski zaman sekarang perjodohan sudah jarang terjadi. Namun, aku sudah capek melanglang buana mencari pasangan yang pada akhirnya berakhir jadi mantan. Iya, aku pernah punya hubungan dengan banyak cowok, apalagi aku termasuk gadis cantik dan populer saat di kampus, tetapi sejauh ini tidak ada yang sreg, hanya untuk main-main saja. Parahnya, aku baru saja diselingkuhi oleh pacarku sendiri. Nyesek banget rasanya, gadis cantik seperti diriku diselingkuhi. "Betapa cantiknya diriku ini." Aku berbicara sendiri saat melihat bayangan di cermin. Aku ingin menunjukkan pada lelaki yang sudah membuatku menangis itu kalau aku bisa mendap
Baca selengkapnya
Empat
Elang dan ayahnya berpamitan keluar sebentar sepertinya mereka berdua ingin membicarakan sesuatu yang sangat rahasia yang tidak ingin kami semua tahu.Namun, aku enggak peduli. Yang penting aku sudah merelakan Vira menggantikan aku untuk menjadi istrinya. Tidak lama kemudian mereka berdua masuk dan duduk kembali dan sang ayah berkata, "Elang tidak keberatan menerima Vira."Bapak tersenyum dan berkata, "deal, ya lamaran Elang untuk Vira kami terima. Utangku lunas, ya, Pur, karena aku sudah menepati janjiku untuk mempersatukan anak-anak kita. Yah, meski bukan anak kandungku, tetapi sama saja lah."Lelaki yang tadi dipanggil Pur oleh bapak itu terlihat menepuk tangan Elang yang duduk di sampingnya. "Iya, Man. Sekarang kita tinggal memikirkan kapan pernikahan ini akan dilangsungkan," kata lelaki yang menurutku masih lumayan tampan di usianya yang sudah tidak muda lagi itu. "Oh, iya tentu saja. Lebih cepat lebih baik dan kalian nggak usah khawatir, untuk mahar juga nggak akan minta y
Baca selengkapnya
Lima
Kami bertiga berpandangan mendengar ucapan calon mertuanya Vira yang ingin mengadakan pesta secara besar-besaran. Tidak lama meledaklah tawa kami hingga suaranya menggema di ruangan ini. Air mata ibuku sampai berderai. Mungkin ia juga merasakan apa yang kurasakan saat ini yaitu heran dengan ayahnya Elang yang tingkat kehaluannya tidak tanggung-tanggung itu. Bagaimana mungkin mereka bisa mengadakan pesta mewah? Apakah mereka pikir tidak butuh biaya? "Anda sehat?" tanyaku setelah puas tertawa hingga perutku sakit. "Kenapa?" lelaki berkumis itu malah balik tanya. Sepertinya ia tidak sadar kalau ucapannya cukup menggelitik. "Tadi bilang ingin mengadakan pesta besar-besaran pada pernikahan Vira dan Elang, kan?" tanyaku sambil mengusap air mata tawa."Iya. Memangnya kenapa? Salah?" Pak Purnama mengendikkan bahu. Berulang kali Elang mencubit tangan ayahnya itu, tetapi tidak digubris. Mulutnya masih saja mencerocos. "Elang adalah anak laki-laki kami satu-satunya. Kamu tahu sendiri, kan
Baca selengkapnya
Enam
Kuusap dada perlahan untuk menetralkan irama jantung yang mendadak tidak karuan. Aku mengorek telinga, barangkali kotor sehingga salah dengar. Mana mungkin bapak punya utang sebanyak itu? Kalau iya, kenapa selama ini terlihat tenang-tenang saja dan seolah tidak ada beban? "Bapak punya utang 50 juta? Nggak salah utangnya sebanyak itu? Lima juta kali?" tanyaku masih dengan berbisik dan kututup mulutku dengan tangan agar Pak Purnama tidak ikut mendengarnya.Bapak menghela napas panjang. "Iya, benar emang segitu. Kamu pikir usaha peternakan bebek Itu modalnya sedikit apa? Menyewa lahan, beli bebeknya yang sudah siap bertelur itu lumayan mahal dan dalam jumlah banyak, beli vitamin, beli pakan, gaji karyawan karena kita tidak bisa mengerjakan sendiri. Kamu tahu sendiri, kan, karyawan kita banyak dan semuanya minta digaji kecuali Vira? Belum lagi untuk beli lampu sebagai penerangan, serta printilan yang lainnya. Yah pokoknya banyak lah. Bapak jelaskan panjang lebar dan detail kamu juga ng
Baca selengkapnya
Tujuh
PoV ElangAku semakin geram saat mendengar Pak Arman dan keluarganya yang terus menyombongkan diri. Ingin kubungkam mulut mereka dengan apa yang kami punya, tetapi tidak sekarang karena aku yakin jika mereka tahu siapa kami yang sebenarnya pasti akan berubah pikiran. Aku berencana memberi kejutan setelah aku dan Vira resmi nikah nanti agar sudah tidak ada yang mengganggu gugat lagi. Katanya orang kaya, tetapi aplikasi M-banking saja tidak tahu. Orang kaya macam apa itu. "Jelaskan padaku, tetapi bukan isi hatimu, ya, karena kalau itu lagu.Jelaskan padaku apa yang kamu sebutkan tadi? M m apa itu?""M-banking, Pak. Itu adalah aplikasi untuk mengirimkan uang tanpa harus datang ke bank," jawabku. Tatapannya menerawang ke atas dan tangannya memegang dagu. Ia Sedang berpikir keras lalu ia berkata. "Ya ampun, aku sudah bilang, kan kalau uangku aku simpan di bank. Kalian tahu, kan, apa itu bank? Semua orang juga tahu kalau bank adalah tempat penyimpanan uang yang paling aman. Jangan-jangan
Baca selengkapnya
Delapan
Citra masih mengulurkan tangannya untuk meminta ponselku."Ayolah berikan ponselmu padaku agar bapak tahu aplikasi M-banking itu seperti apa.""Pakai saja ponselmu biar aku tunjukkan." Aku menolak memberikan karena tadi aku dan ayah sudah berencana untuk tidak membongkar rahasia kami dulu. "Kenapa kamu nggak mau nunjukin ponselmu? Oh, aku tahu pasti malu karena ponsel kamu sudah jelek atau mungkin jadul? Atau karena ponselnya sudah retak sana-sini dan udah nggak sanggup untuk ganti lagi? Jelek juga nggak papa yang penting masih bisa digunakan sebagai mana mestinya. Kamu nggak usah khawatir, saat kamu menikah dengan Vira nanti, bisa pakai ponsel Vira meski miliknya juga nggak bagus-bagus amat." Rasa kesal yang sudah bergemuruh dalam dada membuatku refleks mengeluarkan benda pipih yang kupunya. "Ini adalah aplikasi M-banking yang kumaksud, Pak. Dengan aplikasi ini Bapak bisa transfer uang tanpa harus ke bank." Aku menyodorkan ponsel pada Pak Arman agar dilihat. Lelaki itu mengambil
Baca selengkapnya
Sembilan
Mataku memanas saat melihat pengantinku yang sudah duduk di kursi dengan menunduk. Ternyata kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Aku yang sudah membayangkan Vira terlihat cantik dan beda saat make up, ternyata tidak diapa-apakan sama sekali. Wajahnya masih kusam seperti saat pertama kali aku melihatnya. Pakaiannya juga sederhana berupa kain jarik batik berwarna cokelat dan atasan kebaya berwarna putih dan kerudung panjang dengan warna senada. Yang membuatku semakin masygul adalah semua pakaian yang melekat di tubuhnya itu tidaklah baru. Ibu menggenggam erat tanganku seolah tahu apa yang kurasakan saat ini. Kutahan rasa sesak di dada sambil mensugesti diri kalau semua ini tidak akan lama. Aku tercengang saat melihat penampilan Citra dan ibunya yang terlihat sangat berbeda karena mereka berdua memakai baju baru dan dandan. "Ayo masuk. Kenapa masih berdiri di situ? nggak pengen cepet-cepet halalin si Vira? Dia sudah menunggu dari tadi, lho," kata Citra dengan senyum lebar. Apa maksu
Baca selengkapnya
Sepuluh
Wanita cantik yang dibilang ibu sebagai MUA itu menggandeng tangan Vira dan meminta untuk menunjukkan di mana kamarnya. Awalnya Vira ragu, aku memberinya isyarat dengan menganggukkan kepala dan tersenyum. "Nurut aja, ya Vir."Wanita itu tidak datang seorang diri melainkan bersama asistennya yang membawa sebuah tas besar berisi pakaian untuk Vira dan aku nanti."Lang, kamu juga perlu make up agar enggak jomplang nanti sama Vira." Ibu tersenyum. Aku mengikuti Vira masuk ke kamarnya dan sungguh batinku menjerit melihat ini. Rumah keluarga citra ini lumayan bagus dan besar, tetapi kamar Vira tidaklah layak disebut sebagai kamar. Ruangan ini tidak memiliki ranjang. Vira tidur di bawah beralaskan kasur yang sudah usang. Geram aku melihatnya. Mataku memanas melihat kondisi kamarnya. Entah kenapa rasa sakit menyusup di sanubari. Namun aku juga tidak habis pikir Kenapa Vira betah tinggal di rumah seperti ini, apalagi penghuninya juga menyebalkan semua. Kenapa ia tidak berusaha pergi saja.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status