Share

Bab 18

Author: Jayden Carter
Fellis memang sudah lama menderita insomnia. Kalaupun tertidur, tidurnya cuma sebentar dan gampang terbangun. Semua orang tahu itu.

Namun, sekarang dia tidur sampai tidak bisa dibangunkan? Bagaimana mungkin? Apa benar diberi obat penenang?

Wajah George tampak angkuh dan menghina. "Mungkin niatmu baik untuk menyembuhkan, tapi aku harus bilang, obat penenang itu nggak boleh dipakai sembarangan. Salah dosis, pasien bisa terlelap selamanya."

Begitu ucapan itu dilontarkan, Sienna langsung meledak. Dia menatap Arlo dengan amarah yang membara. "Kalau putriku sampai kenapa-napa, aku nggak akan membiarkanmu selamat!"

Arlo mengerutkan alis. "Aku nggak kasih dia obat penenang. Aku hanya pakai akupunktur untuk membantu tidurnya. Tidur yang berkualitas bisa meredakan kecemasan Fellis."

"Omong kosong! Aku belum pernah lihat akupunktur bisa bikin orang tertidur! Kamu pikir itu hasil ciptaanmu sendiri?" ejek George sambil meraih ujung jarum di tubuh Fellis, hendak mencabutnya.

Wajah Arlo seketika berubah dingin. "Kalau aku jadi kamu, aku nggak bakal sembarangan mencabut karena nggak ngerti apa-apa. Fellis bisa tertidur karena akupunktur. Kalau jarum dicabut, gangguan bipolarnya bisa meledak lagi."

George melotot, penuh penghinaan. "Kamu meragukan kemampuanku?"

Dengan penuh percaya diri, dia mendekat, seolah-olah bisa menyingkap kedok Arlo kapan saja. "Aku masuk universitas kedokteran di luar negeri saat masih 17 tahun dan dapat gelar PhD psikologi di umur 23 tahun. Sepuluh tahun terakhir aku keliling dunia, berdiri di garis depan perawatan gangguan mental. Puluhan ribu pasien depresi yang kutangani sembuh."

Setiap klaim yang dia lontarkan membuatnya maju satu langkah. Aura kesombongannya nyata, seakan-akan dia punya otoritas untuk membuka kebohongan siapa pun.

Sienna semakin yakin kalau Arlo yang kampungan tidak layak diajak bekerja sama.

George menunjuk ke arah Arlo, penuh kesombongan. "Aku nggak akan bekerja dengan orang yang begitu nggak profesional sepertimu!"

Rayanza mengerutkan dahi. Klaim George memang bukan omong kosong. Di bidang depresi, dia memang dokter berkaliber internasional. Mengundangnya juga memakan biaya besar. Kini George menuduh Arlo memberi obat penenang dan menyatakan dirinya tak profesional. Walaupun semula Rayanza sempat memberi Arlo sedikit kepercayaan, sekarang dia mulai ragu.

Sienna tak ragu lagi. Dia langsung menunjuk pintu dan berteriak ke Arlo, "Keluar! Kalau kudengar satu kata lagi dari mulutmu, akan kutampar kamu!"

Arlo yang bukan pria penurut ikut naik darah. "Aku mau turun tangan juga karena ada janji dengan Pak Rayanza. Kalau kamu menghinaku lagi, perjanjian ini bakal batal! Nanti kalau kamu balik minta tolong, aku mau atau nggak, itu bukan keputusanmu lagi."

Sienna membentak, "Pengawal, seret dia keluar!"

Arlo hanya mendengus dingin. "Nggak perlu, aku bisa pergi sendiri. Pak Rayanza, berhati-hatilah."

Rayanza melihat amarah Arlo yang nyata. Dia buru-buru mengejar. "Pak Arlo ...."

Di depan lift, Rayanza hendak meminta maaf kepada Arlo, tetapi teriakan histeris pecah dari kamar Fellis. Rayanza langsung berbalik dan berlari kembali.

Arlo mendengus lagi, lalu memasuki lift dan pergi dengan tenang.

Di dalam kamar, George terperangah. Dia sama sekali tidak menyangka, saat jarum terakhir dicabut, Fellis benar-benar terbangun! Begitu kesadarannya kembali, dia melihat ke sekeliling kamar. Dengan suara serak, dia bertanya, "Di mana Arlo?"

"Pria itu cuma penipu, aku sudah suruh dia pergi! Ini Profesor George ...." Sienna hendak berbicara, tetapi terpotong.

Fellis tiba-tiba berkata dengan dingin, "Panggil dia kembali."

Sienna tak terima. "Dia itu penipu, kamu nggak paham ...."

Namun, Fellis sudah melompat dari ranjang. Wajahnya menunjukkan kemarahan dan ketidaksabaran yang jelas mengarah ke ledakan emosi. Dia meraih bantal, menghantamkannya ke arah George, lalu mengambil lampu meja dan melemparkannya ke lantai hingga hancur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 100

    "Kamu juga kesurupan?" Conan meraba dahi Sahrul."Serius, Kak!""Lebih hebat daripada instruktur yang dulu pernah kita temui di Pasukan Khusus!"Rasa kagum dan hormat yang terpancar dari mata Sahrul akhirnya membuat Conan percaya. Dia pun mengangkat peluru yang masih hangat itu dan terdiam lama sebelum berkata, "Laporkan ke Pasukan Khusus, orang ini kalau nggak melakukan dosa besar, jangan sekali-kali disentuh. Jangan dimusuhi, sebaiknya dijadikan sekutu!""Habis sudah Pardus kali ini!"Mengingat kejadian hari ini, Conan menggelengkan kepala. Seketika dia teringat pada Santoso, hatinya muncul rasa iri. Dasar si tua bangka itu, benar-benar beruntung bisa berkenalan dengan sosok luar biasa seperti Arlo!Ilmu pengobatan? Ilmu gaib? Seni bela diri? Dengan bakat sehebat itu, asalkan Arlo tidak membuat dosa besar, kelak pasti akan menjadi orang yang sukses besar.Sekarang, Arlo masih belum terlalu terkenal sehingga mereka masih sempat menjalin hubungan. Namun saat kelak Arlo sudah benar-bena

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 99

    Conan berkata canggung, "Ini juga semacam penyakit profesi, pekerjaanku menuntut banyak kerahasiaan! Arlo, tolong maklumi!""Itu bukan urusanku dan aku juga nggak ingin mencampuri. Asal benda-benda ini diurus, masalahmu pun selesai," ujar Arlo sambil menunjuk bungkusan kertas minyak itu.Sahrul tetap sulit percaya. Selama bertugas dia sudah menembak mati lebih dari 20 penjahat yang melawan penangkapan. Kalau memang ada hal-hal gaib, bukankah dia seharusnya sudah lama diganggu arwah mereka?Apa itu minyak mayat, apa itu jimat ... bukankah cuma ulah orang yang sengaja membuat keributan? Siapa tahu malah Arlo sendiri yang membuat semua ini, lalu berpura-pura menyingkapnya? Metode "maling teriak maling" seperti itu sangat sering digunakan oleh para dukun gadungan."Lalu, apa yang harus dilakukan?" tanya Sahrul."Pertama, bakar kertas minyak dan uang arwah ini bersama-sama," jawab Arlo.Begitu dia selesai bicara, Sahrul langsung menyalakan korek api dan mendekatkannya ke kertas minyak. Dia

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 98

    Setelah kejadian itu, Conan dan istrinya menonton rekaman CCTV ruang tamu. Potongan-potongan gambar itu membuat mereka merinding ketakutan.Sahrul menatap pasangan suami-istri itu dengan ekspresi aneh. Dalam hati dia merasa, apakah keduanya terlalu tertekan sampai jadi berhalusinasi? Menurut pikirannya, kemungkinan besar si gadis kecil hanya ingin bermain dengan pedang kayu, tapi Conan tidak mengizinkan.Anak itu pun mengambek, menangis, lalu meniru adegan di televisi dengan berpura-pura mengancam akan lompat dari balkon. Hal itu menakuti Jenifer, hingga membuatnya kehilangan kendali sejenak. Bagi Sahrul, ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Dalam keadaan panik dan ketakutan hebat, wajar saja orang bisa mengalami kekacauan mental."Aku nggak berani lagi tinggal di rumah. Begitu pagi tiba, aku langsung membawa keluargaku, rencananya mau ke tempat Santoso, biar dia yang mengantarku mencarimu!""Di tengah jalan, lalu lintas sangat sepi dan hanya ada sedikit kendaraan. Tiba-tiba ada sebua

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 97

    "Dari semalam sampai sekarang, nyaris separuh nyawaku hilang! Kalau bukan karena khawatir terjadi sesuatu di jalan, aku sudah ingin langsung ke perkebunan mencarimu." Wajah Conan tampak ketakutan, seperti orang yang baru saja lolos dari maut.Sambil bicara, dia menunjuk pada seorang pria dan seorang wanita yang dibawanya, lalu memperkenalkan, "Arlo, ini istriku, Jenifer. Yang satu lagi sahabat lamaku, Sahrul!""Mereka bukan orang luar, jangan khawatir. Kamu harus tolong aku menyelesaikan masalah ini!"Sejak hari pertama masuk ke biro keamanan, Sahrul selalu mengikuti Conan. Selama lebih dari sepuluh tahun bersama, mereka bukan hanya sebatas atasan dan bawahan, tapi juga saudara seperjuangan."Ketua, kenapa aku sama sekali nggak paham sama semua yang kamu katakan hari ini?" tanya Sahrul sambil mengusap dagunya dengan kebingungan.Conan pun segera menceritakan apa yang terjadi selama dua hari ini. Setelah berpisah dengan Arlo dan Santoso kemarin, dia langsung kembali ke biro keamanan.Di

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 96

    Pria berjanggut hanya mengeluarkan beberapa dengusan. Keringat dingin mengalir deras di dahinya, tetapi dia tetap tidak menjerit kesakitan.Arlo masih menginjak tubuh pria itu, lalu menoleh sekilas pada sopir truk. "Kecelakaan ini salahku. Kita selesaikan secara pribadi saja. Aku transfer uang padamu, lalu kamu boleh pergi!""Nggak ... nggak usah!" Wajah sopir itu pucat pasi, dia buru-buru berbalik dan hendak lari."Tunggu!" Suara Arlo terdengar lagi.Sopir itu semakin panik. Di matanya, pemuda ini adalah orang yang bahkan tidak takut menghadapi senjata api! Adegan yang baru dia saksikan itu lebih gila daripada film. Dia pun teringat pada adegan klise di layar lebar. Setelah ini, biasanya saksi akan "dibungkam"."Kasih aku rekeningmu! Aku akan transfer sekarang!" kata Arlo tenang.Dengan tubuh kaku, sopir itu memberikan nomor rekening. Arlo pun segera mentransfer 20 juta. Begitu mendengar bunyi notifikasi uang masuk, sopir itu menatap tak percaya. Namun, dia tidak berani bertanya apa-a

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 95

    Wajah Arlo sedikit menggelap. Jika tabrakan jip yang pertama tadi masih bisa dianggap satu persen kemungkinan sebagai kecelakaan, maka kali ini sudah jelas benar-benar ditujukan untuk mereka."Ayah, pegang yang kuat!" ucap Arlo dengan suara berat, lalu mengentak pedal gas. Mobil langsung melesat ke depan.Setelah menstabilkan arah, kedua mobil sempat sejajar. Dari kaca jendela, Arlo bisa melihat jelas sopir jip itu adalah seorang pria berjanggut lebat yang berusia lebih dari 40 tahun.Di wajah pria berjanggut itu ada sebuah bekas luka yang panjang dan dalam, membentang dari bawah mata kiri hingga ke sudut mulut kanan, membuat wajahnya tampak garang dan menakutkan.Mata mereka saling bertemu dan memancarkan aura membunuh yang tajam.Victor mencengkeram erat pegangan tangan hingga jemarinya bergetar. Kecepatan mobil begitu tinggi. Di jalan sempit berliku seperti ini, situasinya benar-benar berbahaya.Saat melewati sebuah tikungan tajam lagi, Arlo melihat ada sebuah truk besar melaju dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status