Share

Bab 17

Author: Jayden Carter
"Kalau begitu, ya sudah .... Mati dulu saja!" Begitu ucapan itu dilontarkan, Arlo sontak memeluk Fellis dan langsung melompat keluar dari jendela.

Kepala Fellis langsung kosong. Ayahnya mengundang dokter atau pembunuh bayaran? Ini lantai enam! Jatuh ke bawah berarti mati. Kalaupun selamat, kemungkinan besar lumpuh permanen.

Angin berdesir kencang di telinga, tubuh mereka terjun bebas. Tangan pria di pinggangnya mencengkeram kuat, tetapi ya sudahlah!

Dalam sekejap, di benak Fellis terlintas kata "bebas", tetapi juga muncul naluri bertahan hidup. Semuanya sudah terlambat! Semuanya sudah berakhir!

Namun, tepat ketika dia menutup mata menunggu ajal, tubuhnya mendadak berhenti. Fellis membuka mata, lalu melihat pemandangan yang mustahil dipercaya.

Arlo masih memeluk pinggangnya dengan satu tangan, sementara tangan satunya mencengkeram tepi balkon lantai dua!

Fellis terkejut sampai mulutnya sedikit terbuka dan tak bisa menutup untuk waktu lama.

"Sudah mati sekali, sekarang boleh kita naik untuk akupunktur?" tanya Arlo dengan senyuman tipis.

Fellis masih linglung, hanya bisa mengangguk pelan.

"Peluk aku!" kata Arlo.

Dengan bingung, Fellis berbalik dan memeluk leher Arlo. Tubuh mereka menempel erat, bahkan dia bisa merasakan hangatnya napas Arlo. Kedekatan ini membuat wajahnya merah padam.

Setelah berhenti sebentar, Arlo lalu menguatkan genggamannya. Dengan satu tarikan keras, dia membawa Fellis meloncat masuk dari balkon lantai dua.

Setelah kembali ke kamar, Fellis menatap pria berwajah tenang tetapi juga gila itu. Untuk pertama kalinya, dia merasakan rasa penasaran kembali muncul dalam dirinya. Pria ini ... aneh sekali!

"Kamu yakin akupunktur bisa membantu?" tanya Fellis.

Arlo hanya mengangkat bahu, lalu memberi isyarat agar Fellis berbaring. "Menurutku, setidaknya kamu bisa tidur nyenyak dulu."

Fellis hampir tak percaya, tetapi entah kenapa tetap menuruti dan berbaring di ranjang. Teknik akupunktur Arlo sangat bagus. Jarum masuk tanpa rasa sakit. Tangannya hangat, kering ....

Ketika jarum ketiga ditancapkan, kelopak mata Fellis mulai terasa berat. Setelah 16 jarum selesai menancap di meridian hati, Fellis pun terlelap dalam tidur.

Saat itu juga, dari luar kamar terdengar suara Sienna. "Profesor George, penyakit putriku sepenuhnya bergantung padamu!"

"Tenang saja, aku akan bicara baik-baik dengan Nona Fellis, lalu menyusun rencana terapi lanjutan."

Begitu ucapan itu dilontarkan, pintu kamar pun didorong terbuka. Sienna masuk bersama seorang pria asing berusia 30-an, berambut pirang, dan bermata biru.

Begitu masuk, Sienna langsung memanggil Fellis dengan lembut. Namun, Fellis hanya terbaring tanpa reaksi.

Ekspresi Sienna langsung berubah. Dengan penuh amarah, dia bertanya kepada Arlo, "Kamu apakan anakku?"

George buru-buru maju memeriksa Fellis. Begitu melihat jarum-jarum akupunktur di tubuhnya, dia langsung menunjukkan ekspresi kaget yang berlebihan. "Akupunktur?!"

Arlo tak menggubris, hanya berkata dengan tenang kepada Sienna, "Fellis hanya tidur! Sebaiknya jangan ganggu, biarkan dia benar-benar istirahat."

George pun mendorong Fellis, tetapi melihatnya tidak ada respons sama sekali. "Kamu kasih obat penenang ya?"

Sienna panik dan memanggil-manggil nama putrinya berulang kali. Melihat tak ada reaksi, wajahnya semakin cemas.

Saat itu, Rayanza yang baru sampai pun ikut tertegun melihat pemandangan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 100

    "Kamu juga kesurupan?" Conan meraba dahi Sahrul."Serius, Kak!""Lebih hebat daripada instruktur yang dulu pernah kita temui di Pasukan Khusus!"Rasa kagum dan hormat yang terpancar dari mata Sahrul akhirnya membuat Conan percaya. Dia pun mengangkat peluru yang masih hangat itu dan terdiam lama sebelum berkata, "Laporkan ke Pasukan Khusus, orang ini kalau nggak melakukan dosa besar, jangan sekali-kali disentuh. Jangan dimusuhi, sebaiknya dijadikan sekutu!""Habis sudah Pardus kali ini!"Mengingat kejadian hari ini, Conan menggelengkan kepala. Seketika dia teringat pada Santoso, hatinya muncul rasa iri. Dasar si tua bangka itu, benar-benar beruntung bisa berkenalan dengan sosok luar biasa seperti Arlo!Ilmu pengobatan? Ilmu gaib? Seni bela diri? Dengan bakat sehebat itu, asalkan Arlo tidak membuat dosa besar, kelak pasti akan menjadi orang yang sukses besar.Sekarang, Arlo masih belum terlalu terkenal sehingga mereka masih sempat menjalin hubungan. Namun saat kelak Arlo sudah benar-bena

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 99

    Conan berkata canggung, "Ini juga semacam penyakit profesi, pekerjaanku menuntut banyak kerahasiaan! Arlo, tolong maklumi!""Itu bukan urusanku dan aku juga nggak ingin mencampuri. Asal benda-benda ini diurus, masalahmu pun selesai," ujar Arlo sambil menunjuk bungkusan kertas minyak itu.Sahrul tetap sulit percaya. Selama bertugas dia sudah menembak mati lebih dari 20 penjahat yang melawan penangkapan. Kalau memang ada hal-hal gaib, bukankah dia seharusnya sudah lama diganggu arwah mereka?Apa itu minyak mayat, apa itu jimat ... bukankah cuma ulah orang yang sengaja membuat keributan? Siapa tahu malah Arlo sendiri yang membuat semua ini, lalu berpura-pura menyingkapnya? Metode "maling teriak maling" seperti itu sangat sering digunakan oleh para dukun gadungan."Lalu, apa yang harus dilakukan?" tanya Sahrul."Pertama, bakar kertas minyak dan uang arwah ini bersama-sama," jawab Arlo.Begitu dia selesai bicara, Sahrul langsung menyalakan korek api dan mendekatkannya ke kertas minyak. Dia

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 98

    Setelah kejadian itu, Conan dan istrinya menonton rekaman CCTV ruang tamu. Potongan-potongan gambar itu membuat mereka merinding ketakutan.Sahrul menatap pasangan suami-istri itu dengan ekspresi aneh. Dalam hati dia merasa, apakah keduanya terlalu tertekan sampai jadi berhalusinasi? Menurut pikirannya, kemungkinan besar si gadis kecil hanya ingin bermain dengan pedang kayu, tapi Conan tidak mengizinkan.Anak itu pun mengambek, menangis, lalu meniru adegan di televisi dengan berpura-pura mengancam akan lompat dari balkon. Hal itu menakuti Jenifer, hingga membuatnya kehilangan kendali sejenak. Bagi Sahrul, ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Dalam keadaan panik dan ketakutan hebat, wajar saja orang bisa mengalami kekacauan mental."Aku nggak berani lagi tinggal di rumah. Begitu pagi tiba, aku langsung membawa keluargaku, rencananya mau ke tempat Santoso, biar dia yang mengantarku mencarimu!""Di tengah jalan, lalu lintas sangat sepi dan hanya ada sedikit kendaraan. Tiba-tiba ada sebua

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 97

    "Dari semalam sampai sekarang, nyaris separuh nyawaku hilang! Kalau bukan karena khawatir terjadi sesuatu di jalan, aku sudah ingin langsung ke perkebunan mencarimu." Wajah Conan tampak ketakutan, seperti orang yang baru saja lolos dari maut.Sambil bicara, dia menunjuk pada seorang pria dan seorang wanita yang dibawanya, lalu memperkenalkan, "Arlo, ini istriku, Jenifer. Yang satu lagi sahabat lamaku, Sahrul!""Mereka bukan orang luar, jangan khawatir. Kamu harus tolong aku menyelesaikan masalah ini!"Sejak hari pertama masuk ke biro keamanan, Sahrul selalu mengikuti Conan. Selama lebih dari sepuluh tahun bersama, mereka bukan hanya sebatas atasan dan bawahan, tapi juga saudara seperjuangan."Ketua, kenapa aku sama sekali nggak paham sama semua yang kamu katakan hari ini?" tanya Sahrul sambil mengusap dagunya dengan kebingungan.Conan pun segera menceritakan apa yang terjadi selama dua hari ini. Setelah berpisah dengan Arlo dan Santoso kemarin, dia langsung kembali ke biro keamanan.Di

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 96

    Pria berjanggut hanya mengeluarkan beberapa dengusan. Keringat dingin mengalir deras di dahinya, tetapi dia tetap tidak menjerit kesakitan.Arlo masih menginjak tubuh pria itu, lalu menoleh sekilas pada sopir truk. "Kecelakaan ini salahku. Kita selesaikan secara pribadi saja. Aku transfer uang padamu, lalu kamu boleh pergi!""Nggak ... nggak usah!" Wajah sopir itu pucat pasi, dia buru-buru berbalik dan hendak lari."Tunggu!" Suara Arlo terdengar lagi.Sopir itu semakin panik. Di matanya, pemuda ini adalah orang yang bahkan tidak takut menghadapi senjata api! Adegan yang baru dia saksikan itu lebih gila daripada film. Dia pun teringat pada adegan klise di layar lebar. Setelah ini, biasanya saksi akan "dibungkam"."Kasih aku rekeningmu! Aku akan transfer sekarang!" kata Arlo tenang.Dengan tubuh kaku, sopir itu memberikan nomor rekening. Arlo pun segera mentransfer 20 juta. Begitu mendengar bunyi notifikasi uang masuk, sopir itu menatap tak percaya. Namun, dia tidak berani bertanya apa-a

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 95

    Wajah Arlo sedikit menggelap. Jika tabrakan jip yang pertama tadi masih bisa dianggap satu persen kemungkinan sebagai kecelakaan, maka kali ini sudah jelas benar-benar ditujukan untuk mereka."Ayah, pegang yang kuat!" ucap Arlo dengan suara berat, lalu mengentak pedal gas. Mobil langsung melesat ke depan.Setelah menstabilkan arah, kedua mobil sempat sejajar. Dari kaca jendela, Arlo bisa melihat jelas sopir jip itu adalah seorang pria berjanggut lebat yang berusia lebih dari 40 tahun.Di wajah pria berjanggut itu ada sebuah bekas luka yang panjang dan dalam, membentang dari bawah mata kiri hingga ke sudut mulut kanan, membuat wajahnya tampak garang dan menakutkan.Mata mereka saling bertemu dan memancarkan aura membunuh yang tajam.Victor mencengkeram erat pegangan tangan hingga jemarinya bergetar. Kecepatan mobil begitu tinggi. Di jalan sempit berliku seperti ini, situasinya benar-benar berbahaya.Saat melewati sebuah tikungan tajam lagi, Arlo melihat ada sebuah truk besar melaju dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status