Kulajukan sepeda motor ini menyusulnya menuju rumah kontrakan. Masalah Ibu, biarlah dulu. Toh dia ditangkap atas kesalahannya yang mencoba membohongiku selama ini. Aku yang semakin kesal dengan ulah Gayatri, sekarang jadi makin kesal dengan ulah Ibu setelahku mengetahui sikapnya selama ini. Sinta, ternyata selama ini dia mengetahui semuanya. Tapi, kenapa aku tak pernah mengerti posisimu. Selama ini aku menjadi terpengaruh karena cinta Gayatri. Itu semua ku lakukan atas dasar kemauan Ibu juga yang berusaha memisahkan aku dengan Sinta. Akhirnya diriku sampai di kontrakan juga. Namun, mobil Sinta tak ada di sana. Kucoba masuk ke dalam, tampak suasana sangat berbeda dari waktu aku tinggal bersama Sinta di sini. “Cari siapa ya Pak?” Seorang lelaki yang bertubuh tegap keluar dari dalam. “Kamu siapanya Sinta ha?” Ku tarik kerak baju lelaki itu ketika melihat sosoknya keluar dari dalam kamar Sinta. Entah kenapa kali ini aku semakin emosi. Aku tak mau ada lelaki yang berani mendekati S
“Kamu sudah beristri, kenapa harus cari wanita di luar sana? Ini semua karena Ibumu terlalu memanjakanmu dari dulu sehingga setelah menikah kamu masih saja bikin ulah.” Kali ini Ayah benar-benar marah dibuat olehnya. “A-Arman minta Maaf Pak, awalnya aku tak mempunyai perasaan apa pada Gayatri. Namun, karena bujukan Ibu aku berusaha membuka hati untuknya.” Kali ini Arman mencoba untuk jujur.“Plak!” Satu tamparan lagi mendarat di pipi Arman. Ayahnya juga makin emosi. “Anak tak berguna! di saat kumencoba mengadopsimu menjadi anak angkat, kukira dirimu akan membalas budi. Inikah yang kau balas pada kami sebagai orang tua angkatmu?” lanjut Ayahnya Arman. “Ma-maafkan Arman Yah! Arman janji tidak mengulanginya lagi dan akan berusaha membujuk Sinta untuk kembali,” jelas Arman mencoba meyakinkan Ayahnya. “aku tidak butuh penjelasanmu, kali ini bagaimanapun caranya, kembalikan sertifikat rumah kami. Setelah itu menjauhlah dari hidupku. Kamu juga sudah dewasa jangan berlindung di bawah keti
Part 23POV SINTAMentari pagi kini menampakkan sinarnya yang mulai menyinari belahan bumi. Diriku yang masih lemah sekuat tenaga ingin bangun duduk bersila namun tak bisa. Perlahan pandanganku melihat sekeliling tumbuhan yang tumbuh di dasar tebing seakan menyemangati ku harus bisa. Kucoba menggerakkan tubuh yang kaku ini benar saja kepalaku masih terasa sakit akibat benturan semalam. Hal yang terakhir kuingat saat hendak berkunjung ke rumah Lani yang ingin membantuku melunasi utang mertuaku secara diam-diam di Bank tempat Mas Arman menggadaikannya sertifikat rumah. Ketika motor buntutku hendak mendaki jalan yang berbukit rewelnya kambuh lagi. Mogok tepat di tempat sepi hanya mengandalkan sinar rembulan. Tepatnya di jalan dekat tebing. Mas Heri yang selalu ada siap membantuku turun untuk memeriksa. Tanpa kami sadari mobil Mas Arman diam-diam membuntuti .Entah iblis apa yang merasukinya sampai dia mempunyai niat jahat ingin mencelakaiku dan Mas Heri. Meskipun diriku ingin ber
Asep adalah seorang asisten rumah tangga yang dipercayakan merawat rumah ini. Dibalik tingkahnya yang polos sebenarnya dia juga seorang laki-laki yang selama ini menyamar menjadi seorang wanita dengan nama Gayatri. Kini dirinya terlihat gugup, ketika Mas Arman datang lagi mencarinya. Beberapa saat kemudian Arman dipanggil oleh Bapak itu. Karena, melihat Asep yang tak kunjung keluar dari kamarnya. “ Sep! Kalau kamu tidak keluar kami dobrak pintunya ya. Kami takut kamu kenapa-kenapa di dalam.”Kini Arman dan Bapak itu sudah berdiri di depan kamar Asep. Bersiap untuk mendobrak pintunya. Baru memulai aksinya tiba-tiba Asep keluar dari kamarnya. Menggunakan sarung sebagai penutup wajah. “Loh Sep! Kenapa mukamu di tutup?” “Aku... Aku lagi demam Pak!” Sambil memegang kain penutup wajahnya. “Tapi... Tadi pagi kamu terlihat biasa saja. Aneh!” gumam Bos Asep. “Aku.. Demamnya baru Pak,” jawab Asep kemudian melangkah pergi ke kamar kecil. Arman yang melihat tingkahnya seperti tak bisa lan
“Kalian sudah saling kenal rupanya,” canda Pak Santo. “Belum pak, ku mengira tamu Bapak adalah orang yang kukenal. Karena sepertinya kita pernah bertemu,” ucap Sinta. sambil menatap tajam ke arah Asep“Oh iya, Paman! Aku dan dia memang belum saling kenal,” jawab Asep membenarkan. Kali ini dirinya harus dipertemukan oleh takdir yang membuatnya hampir syok melihat keberadaan Sinta. Sinta! Kenalkan ini Asep ponakan saya, selama ini dia bekerja di kota dan ini Sinta wanita yang berapa hari ini membantuku dalam mengurus keperluan yang ada termasuk membantuku mengurus ternak. Sinta yang melihat keberadaan Asep hanya bisa Menatapnya dengan santai karena selama ini orang yang dicarinya dengan susah patah malah datang dengan sendirinya di hadapannya. “Oh ya Sin, bisakah kamu memasak untuk makan malam? Karena kata ponakanku dia akan tidur di sini.” “Ti-tidak paman! Asep tidak jadi tidur di sini. Karena, masih ada pekerjaan yang harus Asep selesaikan,” ujarnya. “loh! Kenapa berubah pikira
“Sa-saya paman!” ucap Asep dari dalam kegelapan. “Loh, ngapain kamu di sana Sep?” pak Santo sambil menggosok-gosok matanya yang masih setengah terbuka. “Aku... Aku lagi sakit perut paman. Mau buang air!” balasnya dari sana dengan ancaman Sinta. “Oh iya, paman masuk dulu. Kamu hati-hati karena di sini kadang berkeliaran anjing hutan.” Kemudian Pak Santo berlalu. Tanpa rasa curiga dia pergi meninggalkan Asep yang lagi dikerjai oleh Heri dan Sinta. Sinta melepaskan cengkeramannya di leher Asep sebagai ancaman. “Bagus anak pintar!” Ditepuknya pipi Asep yang merah akibat tamparannya karena emosi. Kini Sinta semakin menjadi akibat ulah Asep yang tak mau mengatakan di mana uang hasil penggadaian sertifikat rumah mertuanya tersebut. “Aduh Mbak, sudah kubilang uang yang Asep dapatkan hanya sepuluh juta. Itu sudah kukirim untuk orang tua Asep di kampung.” Tangisannya semakin pecah. “Terus uangnya ke mana? Jika kamu tak bisa mengatakannya akan kubuang dirimu di tengah hutan agar menjadi
Ahk, Tolong!” Sinta menutup kepalanya dengan telapak tangan sambil meminta tolong. Pak Santo yang mendengar suaranya membatalkan Ayunan gobloknya di kepala Sinta. “Sinta! Kamu kah itu?” dirinya mendekat untuk memastikan. “I-iya Pak de, ini diriku. Maaf malam gini keluyuran.” “Kamu... Dari mana saja Sin? Apa kamu sebagai perempuan tak takut pergi keluar di tengah kegelapan malam begini?” “Sebenarnya takut pak De. Tapi... Sinta keburu mau buang air.” Wajah polosnya mulai beraksi untuk meyakinkan Pak Santo. “ini Asep mana juga, tak ada pulang sejak tadi,” sesekali pandangannya menjauh ke arah luar. Pak, saya mau pamit ke dalam dulu ya mau kembali ke tempat peristirahatan.” Sinta masuk ke kamarnya yang sudah disediakan Pak Santo sejak kedatangannya ke tempat itu. “Iya, jangan lupa jendela kamu ditutup rapat. Nanti ada hewan biasanya masuk tanpa sepengetahuanmu.” Kini Pak Santo juga berbalik arah kembali ke tempat peristirahatannya. Kali ini Sinta hampir saja ketahuan. Masalah As
“Aku akan melunasi hutang Mas Arman di bank. Tapi, Mas Arman siap aku ceraikan,” ucapnya dengan tegas. “Aku tak mau bercerai denganmu Sin! Sampai kapanpun aku tak mau!” ujarnya. “siapa yang mau punya suami yang sudah berselingkuh sama Banci?” Aneh kan!” “Lagi pula... Aku bisa menuntut bahkan dirimu bisa dipenjarakan karena sudah berani mencelakaiku jatuh dari tebing. Tapi... Tidak untuk saat ini aku akan menuntutmu Mas. Aku harus ceraikan kamu dulu!” lanjutnya. “Ma-maaf kan aku Sin! Kini aku sudah mendapatkan karmanya.” Kali ini Arman semakin terhina akibat ulah yang dilakukannya. “Masalah itu, Ayah serahkan semua padamu Nak! Lagi pula... Ayah juga malu punya anak seperti dia. Tak punya balas budi padahal status Cuma anak angkat.” Ayah mertuanya semakin murka dengan perkataannya. “ Ayah! Hentikan!” Arman berusaha bangun dari pembaringannya. Namun, kali ini tetap tak bisa. “ persyaratan yang kedua. Apa kalian mau tahu?” ucap Sinta lagi sambil memandang keduanya. “Apa syaratnya