Share

5. Raja

Setelah dua minggu bekerja, Nesta pikir dia mampu bertahan. Namun, kondisi fisiknya menunjukkan sebaliknya. Stres yang dialaminya membuat dia mengalami sariawan dan sakit gigi. Rencananya, hari ini dia ingin izin tidak masuk kerja. Sebab, jika dia bekerja dengan kondisi seperti ini, Viano pasti akan marah.

Dia pun menghubungi Ivan untuk meminta izin. "Pak saya tidak ke kantor karena sakit."

"Sakit?" Ivan terdengar bingung. "Kamu sakit apa?"

"Sariawan dan sakit gigi, Pak. Lumayan kronis."

"Kamu sudah periksa ke dokter?" tanya Ivan.

"Belum, Pak. Saya baru mau periksa," jawab Nesta.

Ivan berkata, "Hari ini Pak Viano ada rapat di luar kantor, jadi saya bisa kasih izin ke kamu. Tapi, kalau besok kamu masih sakit, kamu harus membawa surat dokter."

"Iya, Pak. Saya akan segera bekerja lagi setelah sakit gigi saya sembuh," ujar Nesta.

"Sakit giginya parah?"

Sebelum menjawab, Nesta cepat-cepat mengambil cermin. Pipinya bengkak karena sakit gigi. "Ya, cukup parah, Pak. Pipi saya sampai bengkak," jawab Nesta sambil rebahan setelah meletakkan cermin di lantai.

Ivan hanya bisa merespons, "Baiklah, cepat sembuh."

Nesta merasa bersyukur karena Ivan cukup pengertian. Jika Ivan adalah tipe orang yang sulit diajak bekerja sama, dia pasti akan kesulitan dan harus melapor kepada Viano terlebih dahulu. Mendengarkan 'ceramah' dari bos sampai telinganya panas.

Nesta juga telah memberi tahu rekan-rekan kerjanya yang lain, agar mereka bisa membantu menyelesaikan pekerjaannya dan tidak merasa kehilangan. Untungnya, hari ini Viano sedang ada rapat di luar kantor. Nesta benar-benar merasa bersyukur. Ini adalah anugerah yang tak terhingga.

Ingatlah, bisa beristirahat satu hari dari omelan Viano adalah salah satu kenikmatan terbesar dalam hidup Nesta.

***

Mia, pengasuh yang duduk di samping Raja, terus memandangi bocah kecil tersebut yang tampak murung. Ayahnya, Viano, batal menemani Raja ke sekolah untuk acara pertemuan orang tua. Raja merasa dikhianati karena Viano telah berjanji akan mendampinginya, tetapi kenyataannya malah sibuk bekerja.

"Aku akan menemanimu, Raja," ucap Mia berusaha meyakinkan. "Aku akan merekam acara tersebut untuk papamu."

Walaupun Raja masih anak-anak, dia telah diajarkan oleh Viano untuk selalu berbudi pekerti terhadap yang lebih tua. Meski dalam hatinya ada rasa kecewa yang mendalam, dia berusaha menahan amarahnya.

"Tidak perlu, Mia. Papaku mungkin tidak akan sempat menonton video tersebut. Dia memiliki banyak pekerjaan," kata Raja.

Mia mencoba lagi, "Papamu bisa menontonnya malam nanti."

Namun, Raja masih tampak kecewa. Sebagai anak, dia telah mencoba segala cara agar Viano mau menemaninya. Dia berusaha berprestasi di sekolah, merajuk, tetapi Viano selalu sibuk bekerja. Oleh karena itu, Raja bertekad untuk tidak menjadi bos saat dewasa nanti.

"Mia, aku ingin buang air kecil," ujar Raja tiba-tiba.

"Buang air kecil?" Mia tampak bingung. Mereka sedang dalam perjalanan ke sekolah dan tidak ada tempat untuk buang air kecil.

"Apa kamu bisa menahan sampai sampai di sekolah, Raja?"

Raja menggeleng, "Aku mau buang air kecil."

Mia berpikir sejenak dan melihat ada mini market di seberang jalan. Dia meminta sopir untuk berhenti dan membantu Raja ke toilet di minimarket tersebut. Mia meminta izin kepada kasir untuk menggunakan toilet dan untungnya diperbolehkan.

"Mia, aku bisa sendiri. Tunggu di sini saja," kata Raja saat hendak masuk toilet.

Mia tampak ragu, namun akhirnya membiarkan Raja masuk toilet sendiri. Setelah lima menit, Raja keluar dan meminta Mia untuk mengambil snack di rak tertentu.

Saat Mia pergi mengambil snack tersebut, Raja dengan cepat membuka pintu minimarket dan lari. Dia telah berjanji untuk tidak sekolah jika Viano tidak datang hari ini. Raja kabur, ingin tahu apakah Viano akan mencarinya atau tidak.

"Mia, maafkan aku," kata Raja dalam hati sebelum berlari semakin jauh. Dia tahu Mia mungkin akan mendapatkan teguran, tetapi Raja harus melakukannya karena dia sedang marah pada Viano.

Raja terus berlari tanpa menoleh ke belakang, mendengar teriakan Mia dari kejauhan. Dia belum tahu kemana tujuannya, tetapi dia berencana untuk pulang dengan ojek jika Viano sudah bingung mencarinya.

***

Sakit gigi semakin parah, Nesta memutuskan untuk mencari obat. Mengenakan pakaian yang layak, dia berjalan kaki menuju apotek terdekat. Dalam keadaannya yang sendiri, dia harus menangani semuanya sendiri.

Sesekali, Nesta meraba pipinya, merasakan sakit giginya. Baginya, lirik lagu dangdut yang mengatakan sakit hati lebih parah dari sakit gigi adalah omong kosong. Ketika sakit hati, dia masih bisa makan, berbaring dengan tenang, melakukan marathon drama Korea, dan membaca novel. Namun, saat sakit gigi, dia tidak bisa makan atau tidur, apalagi membayangkan aktor tampan.

Nesta berpikir bahwa Viano harus merasakan sakit gigi ini, biar sombongnya berkurang. Namun, dia pasti punya dokter bagus yang bisa menyembuhkan sakit giginya dalam hitungan menit.

Dalam pikirannya yang sedang merasakan sakit, dia melihat seorang anak kecil yang duduk sendirian di trotoar, berkeringat, dan memakai seragam sekolah.

"Humh, ada yang bolos sekolah, nih," Nesta berpikir, merasa prihatin dengan kondisi anak tersebut. Dia menghampirinya.

"Kenapa kamu tidak di sekolah?" tanya Nesta kepada anak itu.

Anak itu tampak terkejut ketika melihat Nesta berdiri di dekatnya. Nesta berjongkok di sampingnya dan bertanya lagi, "Kamu masih memakai seragam, kenapa tidak sekolah?"

Anak itu tidak menjawab. Nesta bertanya lagi, "Di mana orang tuamu?"

Dia tidak menjawab.

"Aku akan mengantarmu ke orang tuamu," tawar Nesta.

"Tidak perlu, Kak," jawab anak itu akhirnya. "Papaku menelantarkanku, dia tidak peduli padaku."

"Hah!" Nesta terkejut. Dia tidak bisa memahami bagaimana seorang ayah bisa menelantarkan anaknya yang masih kecil dan lucu. Dia berpikir bahwa ayah tersebut pasti orang yang tidak bertanggung jawab, mungkinsatu spesies dengan Viano.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status