Share

6. Dituduh Penculik

Sekarang, Nesta merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan dengan anak kecil itu. Membiarkannya sendirian tentu bukan pilihan. Mereka berdua duduk di trotoar, dan Nesta khawatir mereka akan dianggap sebagai pengemis. Wajah Raja tampak pesimis. Nesta bertanya-tanya seberapa besar masalah yang dihadapi anak sekecil itu.

Saat Nesta sedang memikirkan hal itu, seorang ibu yang lewat menegurnya. Ibu tersebut mengkritiknya karena seharusnya dia mengantar anak itu ke sekolah, bukan duduk di trotoar. Nesta merasa kesal. Dia berpikir bahwa besok dia harus memutar lagu Beyonce dengan volume keras saat berjalan, lagu yang liriknya berbunyi; "I'm a single lady, I'm a single lady". Artinya, dia masih lajang!

Raja tampaknya memanfaatkan situasi ini. Dia benar-benar meminta Nesta untuk mengantarnya ke sekolah. Nesta merasa bingung, kenapa Raja kabur dari sekolah dengan memakai seragam jika dia ingin diantar ke sekolah?

Namun, itu bukan masalah utama. Nesta tidak mungkin mengantar Raja ke sekolah dengan pipinya yang bengkak karena sakit gigi. Itu akan membuatnya malu. Selain itu, dia merasa jengkel pada ayah Raja yang tega meninggalkan anaknya. Namun, dia juga merasa tidak nyaman jika mereka terus duduk di trotoar.

Demi generasi masa depan Bangsa Indonesia yang gemilang, Nesta siap berkorban.

"Kamu mau sekolah,  kan?" Mau tidak mau, Nesta bakal antar itu anak ke sekolah.

""Hari ini ada pertunjukan siswa kelas dua. Seharusnya ada ayah atau ibu yang hadir," kata Raja.

Nesta mengangguk, "Kalau ayahmu tidak ada, apakah ibumu juga tidak bisa datang?"

Raja tampak  murung. 

"Ke  mana ibumu?" tanya Nesta, penasaran dengan ekspresi Raja.

Raja mendesah dan menjelaskan, "Ayah tidak pernah bercerita tentang ibu."

Nesta merasa kasihan pada Raja. Dia berpikir, mungkin ayah Raja adalah seorang playboy yang meninggalkan istrinya dan mengirim anaknya ke rumah tanpa nama pengirim.

adi, Raja tidak bisa menjelaskan tentang ibunya. Itulah kesimpulan Nesta.

Nesta menepuk pundak Raja dengan lembut. "Sabar, ya," ucapnya.

Mereka kembali ke pertanyaan sebelumnya. Apakah Raja ingin pergi ke sekolah? Jawabannya, ya. Raja ingin pergi ke sekolah, meskipun terlambat. Dia yakin gurunya akan memaafkannya.

Namun, Nesta harus kembali ke kosnya dulu. Dia perlu mengganti pakaian dan memakai sedikit make up agar tampak lebih rapi. Setidaknya, dengan sedikit bedak dan blush on, bengkak di pipinya akan tampak samar.

Nesta merasa khawatir. Apakah dia akan mendapatkan hukuman kali ini? Dia seharusnya beristirahat total hari ini, tetapi malah menghabiskan waktu dengan Raja. Namun, dia tenang. Dia yakin Tuhan adalah Maha Pengampun. Niatnya baik, membantu anak orang. Meskipun ada unsur dosa karena berbohong pada Ivan.

Setelah siap, Nesta memesan ojek online dan menuju sekolah Raja. Sesampainya di sekolah, dia ditanya oleh satpam. Bukan tentang kenapa dia yang mengantar Raja, tetapi tentang kenapa mereka terlambat satu jam.

Sebelum dia bisa menjawab, guru wali kelas Raja muncul. Nesta merasa lega. Dia takut berbohong, karena menurut mitos, lidah orang yang berbohong akan dipotong.

"Raja kok baru datang?" Guru manis dan berwibaba tersenyum pada mereka.

"Ada sedikit masalah tadi," jawab Nesta sambil tersenyum. Nesta tidak merasa berwibawa.

"Langsung masuk kelas saja," kata guru itu.

Sebelum pergi, guru itu bertanya tentang Nesta. "Ini siapa?"

"Ini calon ibuku!" jawab Raja dengan santai, menyebut Nesta sebagai calon ibunya.

Ekspresi guru Raja berubah. Dia tampak terkejut, kagum, dan merasa itu mustahil. Sungguh, tampaknya mustahil bagi ayah Raja memiliki calon seperti Nesta.

Guru tersebut tersenyum, sementara Nesta meringis. Dia tidak tahu bagaimana penampilan ayah Raja. Kalau dia tampan, mungkin bisa ditolerir. Tapi kalau... Nesta tidak sanggup membayangkannya. Ah, itu pasti akan menjadi pemandangan yang mengerikan!

Nesta memutuskan untuk melupakan hal itu dan mengikuti Raja ke kelasnya. Saat berjalan melalui koridor, Nesta terkesima dengan sekolah ini. Sepertinya ini adalah sekolah untuk orang kaya. Lihat saja, fasilitasnya lengkap, kantinnya bagus, perpustakaannya luas, dan...

Setelah masuk ke kelas, kelas itu juga bagus dan ber-AC. Sekolah ini seperti hotel.

Nesta membayangkan masa sekolahnya dulu di kampung. AC adalah barang mewah, bahkan kipas angin pun tidak ada. Sungguh indah menjadi orang kaya.

Di kelas, siswa dan orang tua mereka sibuk membuat kerajinan tangan. "Kak!" Raja menarik tangan Nesta. "Kita duduk di sana." Raja menunjuk ke bangku di sudut kanan.

"Oke!" Nesta mengangguk dan mereka duduk, bersiap untuk membuat kerajinan tangan.

Saat mereka bekerja, Nesta bertanya, "Ayahmu tidak bisa datang ke sini, kan? Dia sibuk, ya?"

Raja, yang sedang melipat kertas origami, mengangguk. "Ayahku tidak suka ikut kegiatan seperti ini. Dia lebih suka bekerja."

Nesta merasa kasihan pada Raja.

Selanjutnya, Raja menata origami berbentuk burung di atas meja. Dia sangat pandai. Sementara itu, Nesta masih gagal membuatnya.

"Aku tidak  suka sama ayah yang kerja terus. Belum sama tante-tante yang sibuk dekati dia."

"Kamu tidak boleh seperti itu. Mungkin ayahmu memang sibuk. Dia mencoba merawatmu sendiri. Itu hebat, lho." Nesta berusaha bijaksana, padahal dia ingin menepuk dahinya sendiri.

"Dia pasti sangat mencintaimu," tambah Nesta.

Raja mengangguk sambil tersenyum. Nesta merasa aneh. Dia tiba-tiba merasa sayang kepada Raja, meskipun baru pertama kali bertemu.

"Kamu harus bersyukur. Daripada menjadi seperti aku."

"Ayahmu juga tidak pernah mengantarmu ke sekolah?" tanya Raja.

"Bukan," potong Nesta. "Ayahku menikah lagi setelah ibuku meninggal. Tapi dia masih mencintaiku."

"Terus?"

Nesta meringis, "Aku merasa tidak nyaman di rumah, jadi aku memilih untuk menyewa tempat tinggal sendiri dan mencari pekerjaan. Eh, malah mendapatkan bos yang seperti setan!" Nesta berbicara tanpa sadar di depan anak kecil.

"Oh!" mata Raja membulat, aktivitas melipat kertasnya pun terhenti. "Bosmu jahat?"

"Banget!" Nesta berlebihan. Dia bahkan lebih buruk dari semua 'penjajah' yang pernah dia temui. Lebih menyebalkan dari Yato. Pokoknya, semua yang buruk ada padanya. Untunglah dia tampan. Kalau tidak, pasti sudah banyak yang mengutuk dia.

"Kalau gitu, kerja dengan ayahku saja."

Nesta terkejut. "Ayahmu?"

"Iya. Ayahku juga memiliki kantor. Lebih baik kamu bekerja di kantornya."

Serius? Nesta merasa tertarik. Mungkin dia bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

"Ayahku tidak jahat pada karyawannya," tambah Raja.

Nesta mengangguk, "Ooh ...." Dia merasa haru dan berharap apa yang dikatakan Raja benar. "Benarkah? Jika ayahmu memiliki lowongan pekerjaan, beri tahu aku, ya?"

Raja mengangguk.

Melihat hasil origami Nesta, Raja tertawa. "Kakak tidak bisa melipat origami."

"Iya!" Nesta tersenyum.

Namun, suasana yang awalnya ceria berubah menjadi menyeramkan. Satpam meminta Nesta untuk mengikutinya ke pos. Dia belum menjelaskan alasannya, tapi Nesta menurut saja. Setelah sampai di sana, dia diberi tahu bahwa ayah Raja baru saja menelepon dan mengatakan bahwa Raja melarikan diri dari pengasuhnya sebelum berangkat sekolah.

Dan Nesta dicurigai sebagai orang asing yang mengancam keselamatan Raja. Penculik yang mengaku sebagai calon ibunya!

Penjelasan Nesta tidak diterima. Raja malah dibawa ke ruang konseling. Hingga ayahnya datang, baru dia bisa bertemu Nesta.

Nasib malang. Dia yang berharap mendapatkan pahala malah mendapatkan fitnah.

Nesta benar-benar penasaran tentang siapa ayahnya Raja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status