Kepala pelayan Liu tergopoh-gopoh menolong nyonya tua. Meski mulutnya terkunci, tapi matanya berkaca-kaca. Kesedihan yang tidak diucapkan adalah yang paling pilu. Begitu pula, kedua selir lain. Mereka menunduk seolah ada yang membuat mereka enggan bicara.
Saat tak ada yang mau bicara, tentu saja Fei Yang harus menoleh pada manusia paling santai dalam ruangan."Tentang yang terjadi di sini, furen pasti punya jawaban, kan?""Maaf, saya juga bingung." Ming Lan menoleh penuh arti pada nyonya tua. "Ibu hanya bilang bahwa saya sudah mempengaruhi anda agar jadi anak tidak berbakti. Menghasut anda agar menyerahkan hadiah kaisar."Pantas saja ibunya begitu murka. Ternyata masalah getah anggrek beku sudah sampai ke telinga beliau. Tapi lidah mana yang lancang membeberkan hal ini? Mata tajam Fei Yang akhirnya beralih pada Kecubung."Tao yiniang, sejak kapan kau punya nyali menyebar kebohongan di xiangfu?"Aura dingin yang begitu pekat meTangan Ming Wei mengacung tinggi. "Beraninya kau! Aku hanya memikirkan kebaikanmu." "Hmph!" Usai mendengus kesal, Fei Yang langsung pergi dari sana. Setelah kepergiannya, tak ada lagi yang berniat basa-basi. Ming Wei pun tak berani lagi mengusik Ming Lan. Dari pengamatannya, sikap perdana menteri terhadap istri utama mulai berubah. Takutnya kalau ipar ini sampai mengadu, adiknya makin kesal padanya. Walau sulit diakui, tapi Fei Yang memang pilar keluarga Chu. Dulu saat baru menikah, mertua menindasnya dengan kejam karena keluarga Chu hanyalah pejabat miskin tanpa pengaruh. Ketika Fei Yang jadi perdana menteri, barulah sikap keluarga mertua berubah. Saking hormatnya, mereka memperlakukannya seperti Budha hidup. "Sudah, sudah ayo tidur saja. Jangan masukkan sikap adikmu dalam hati. Dia terlalu sibuk dengan urusan negara sehingga salah memahami niat baikmu." Nyonya tua cuma melerai sedikit seba
Mendapat pujian sedemikian, semua orang pasti merasa senang, tetapi Ming Lan justru waspada. Seingatnya, kakak ipar ini sangat dekat dengan Yan Yan. Siapa yang tahu ada bahaya terselubung dalam kalimatnya. "Terima kasih atas pujiannya, tetapi anda juga terlihat semakin muda."Pandai sekali Ming Lan berkelit. Alih-alih bilang cantik -yang mana memang tidak--, dia malah memujinya bertambah muda. Senyum Ming Wei lebih tulus dari sebelumnya. "Kudengar, adik ipar juga makin hebat membantu ibu di xiangfu. Rasanya bebanku berkurang mengetahui anda begitu mampu sekarang."Min Lan tersenyum dibalik sapu tangannya. Ternyata nyonya tua sudah mengadu tentang banyak hal, besar mau pun kecil. Dari seberang, Yan Yan ikut meramaikan suasana. "Kita semua mana bisa dibandingkan dengan furen. Beliau dari keluarga besar dan punya pengetahuan luas."Lihatlah si kunyuk satu ini. Tak berhenti menyerang di semua kesempatan. Masa hukumannya bahkan bel
Tiga hari berselang, acara pemasangan jepit rambut Lin Yue akhirnya diadakan secara sederhana. Bibinya yang sudah menikah ke tempat jauh, berperan jadi tetua yang memasang jepit rambut tersebut. Dalam satu ruangan yang hanya diisi oleh kaum wanita, bibinya mencuci dan mengeringkan rambut Lin Yue sampai bersih. Setelah itu memberi beberapa nasihat sebelum membentuk rambutnya jadi sanggul, dan memasang tusuk rambut (Ji) untuk menahannya. "Sekarang kau adalah gadis dewasa. Selalu berhati-hati dalam bicara dan bersikap.""Mulai saat ini, semua tindak-tandukmu akan jadi perhatian. Pastikan tidak mencoreng nama baik keluarga Chu.""Semoga jadi gadis dewasa yang bijaksana sehingga kelak mendapatkan jodoh yang baik."Berbagai macam nasihat diucapkan para kerabat perempuan selama rangkaian acara. Meski hatinya tak begitu senang dengan acara sederhana, Lin Yue berusaha tampil tenang dan murah hati. Selama kegiatan berlangsung, senyum tak lepas da
"An'er, sapalah furen. Mulai sekarang, beliau adalah ibumu yang sesungguhnya."Seorang bocah perempuan berusia sekitar enam tahun, melangkah ragu. Matanya yang polos tampak berkaca-kaca, menatap Ming Lan penuh harap. Hari ini dia mendengar bahwa ibunya telah diusir dari xiangfu. Sebagai putri yang lahir dan besar di sini, sudah lama dia tahu bahwa ikatan dengan ibunya hanyalah sebatas darah dan daging. Suatu saat, bila pemilik kediaman menginginkan ibunya pergi, maka tak ada yang bisa dia lakukan selain pasrah. "Chu Yi An menyapa furen. Semoga anda hidup damai dan berumur panjang."Tangan kecilnya menyodorkan secangkir teh ke hadapan Ming Lan. Permukaan air nampak bergetar oleh gerakannya yang kaku. Ming Lan mengamati pasangan ibu dan anak dalam diam. Selayaknya putri Shu (anak tidak sah) yang lahir dari rahim seorang selir, Yi An agak pemalu. Meski begitu, postur tubuh dan pakaiannya nampak bagus. Sepertinya, selir Tao sungguh menghab
Kalau tadi dia tak melihat bahwa pelayan ini berbisik di telinga Chun Tao, mungkin Ming Lan masih bertanya-tanya kenapa pula ada manusia kurang kerjaan, sengaja lalu-lalang di tempat bermasalah. "Kau pergi ke bagian disiplin. Terima hukumanmu di sana."Pelayan yang ketakutan itu mengucapkan terima kasib sebelum beranjak pergi.Setelah episode kecil ini selesai, wajah Chun Tao sudah seputih kertas. Pelayan tadi berbisik jelas ditelinganya agar mengingat ibu dan kedua adiknya. Andai bicara jujur, dia yakin kehidupan ketiga orang yang dikasihinya akan ada dalam bahaya. Yan Yan selalu punya banyak cara untuk membuat para pembangkang mengalami kehidupan yang lebih buruk dari kematian. Menarik nafas dalam-dalam, dia pun bersiap menjemput takdirnya. "Furen, hamba mengerjakan semuanya sendiri tetapi atas inisiatif dari Tao yiniang.""Tutup mulutmu!" Kecubung berseru tak terima. "Aku bahkan bukan majikanmu, kenapa pula kau mau mengerja
Saat namanya disebut, Chun Tao langsung membantah keras. "Fei, aku tahu kau mau menyelamatkan diri. Tapi jangan sampai mengorbankan orang lain." Bersujud di tanah yang dingin, dia menoleh pada Ming Lan. "Furen, anda harus memberi hamba keadilan. Masalah ini sama sekali tak ada hubungannya dengan saya."Alih-alih menanggapi keluhannya, Ming Lan justru memberi isyarat, dan Shi Tao yang entah sejak kapan sudah di sini, langsung meringkus pendeta. "Langit menentang! Langit akan murka. Kalian berani memperlakukan seorang pendeta seperti ini!"Pria tersebut meraung sekuat tenaga, namun itu tak menghentikan Shi Tao dari menggeledah pakaiannya. Sejurus kemudian, buntalan koin perak disertai satu set perhiasan emas, terjatuh. "Bagaimana anda akan menjelaskan ini?" Ekspresi Ming Lan tetap datar saat dia memungut perhiasan. "Anda punya pekerjaan sampingan makanya sampai menyimpan aksesoris wanita?""Lancang! Itu perhiasan yang kubeli unt