Keyra sudah bangun dari tidurnya, dia merasa sangat segar pagi itu. Karena baru tadi malam dia bisa tidur nyenyak setelah Ardy meminta dirinya untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka.
Semalam, Ardy menyuruhnya untuk pulang ke apartemen. Ia tidak tega membiarkan Keyra menungguinya di rumah sakit. Dengan terpaksa akhirnya Keyra bersedia pulang dan berjanji kalau esok hari akan menemui Ardy lagi. Keyra tidak pulang ke apartemen, melainkan kerumah orang tuanya karena ia tidak mau tinggal sendirian di apartemen tanpa ada yang menemani.
“Jam setengah enam…” Keyra melirik jam beker yang tergeletak di atas nakas kamarnya. Ia segera bangkit dan melangkah menuju kamar mandi, cuci muka dan menggosok giginya. Ia segera keluar kamar dan menuruni tangga untuk menuju dapur. Ia ingin menyiapkan sarapan. Pagi itu ia sangat bersemangat untuk membawakan Ardy makanan yang ia masak sendiri karena menurut Ardy, ia tidak suka memakan makanan yang disediakan oleh
Keyra melangkah memasuki rumah. Ketika hendak menuju kamarnya dilantai atas, Sandra tiba-tiba muncul dari balik dapur.“Key, kamu gak jadi kerumah sakit?” tanya Sandra sambil mengelap tangannya yang basah dengan sebuah lap.“Tadi, key udah kesana Mah tapi Key ingat kalo Key ada tugas kuliah yang harus diselesaikan pagi ini. Jadi Key buru-buru pulang.” jawabnya berbohong. Ia tidak mungkin menceritakan kepada Sandra alasan ia tidak jadi menemui Ardy di rumah sakit karena sang mantan kekasih ada disana.“Trus kamu malah nitipin rantang makanannya ke satpam?”“Kok Mamah tau?”“Tadi Ardy telepon Mamah nanyain kamu. Ardy telepon ke ponsel kamu gak diangkat-angkat katanya. Kamu malah gak bawa ponsel. Ponsel kamu dari tadi bunyi terus tuh di kamar. Dia khawatir.”‘Khawatir? Bukannya dia sedang senang dijenguk mantan kekasihnya? Cih, pake pura-pura khawatir segala.”&nbs
Kita memang tidak bisa membuat orang lain selalu sejalan dengan fikiran kita, sering kali butuh rasa sabar untuk menjelaskan.***Ardy keluar dari taksi online yang membawanya dari rumah sakit menuju rumah orang tua Keyra. Setelah tadi ia bersikeras ingin keluar dari rumah sakit, akhirnya dokter mengijinkan dia pulang dengan syarat harus tetap kontrol setiap hari selama seminggu untuk memeriksakan luka dikepalanya.Kini Ardy berdiri didepan rumah Keyra. Ardy menghembuskan napasnya perlahan sebelum memutuskan untuk memasuki rumah berlantai dua itu.Diketuknya pintu berwarna coklat yang ada dihadapannya. Tak lama kemudian terdengar suara sahutan dari dalam. Ketika pintu dibuka, Bi Sum muncul dari balik pintu.“Eh Tuan Ardy.”“Apa kabar, Bi? Keyra ada?”“Bibi baik, Tuan. Non Keyra ada dikamarnya.” Bi Sum mempersilahkan Ardy masuk dengan seulas senyum diwajah tuanya yang sudah dipenuhi kerutan.
Ardy melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamar Keyra dilantai dua. Dilihatnya Keyra sedang duduk di pinggiran ranjang sambil memainkan ponselnya.Ardy mendekat dan duduk disebelahnya, “Lagi liatin apa di handphone?” Ia tidak tau harus memulai percakapan dari mana sehingga kalimat itu yang keluar dari mulutnya.Keyra tetap terdiam dan matanya masih fokus melihat ponselnya. Ia sendiri tidak tau melihat apa di ponselnya karena dari tadi ia hanya menggesek-gesekkan ponselnya keatas kebawah, kekanan kekiri.“Key…” Ardy mengambil ponsel dari tangannya sehingga membuat Keyra mendongak kearahnya. Kedua sorot matanya mereka kembali bertatapan selama beberapa saat. Hingga tangan Ardy terulur untuk menarik tubuh Keyra perlahan dalam pelukannya.“Seberat apapun masalah yang akan kita hadapi nanti, saya harap kamu akan tetap percaya sama saya karena kita telah sepakat untuk memulai semuanya dari awal.” Ardy mengus
Mobil yang dikendarai Ardy berbelok memasuki sebuah rumah dengan halaman yang terbilang luas. Tamannya indah dengan berbagai jenis bunga menghiasi taman itu. Asri, menyejukkan mata yang memandang. Keyra benar-benar takjub dibuatnya, itu adalah rumah impiannya. Walaupun tidak terlalu besar tapi memiliki sebuah taman yang indah.Ardy dan Keyra turun dari mobil. Keyra menatap bangunan rumah bergaya minimalis dengan cat berwarna hitam dan putih yang berada di depan matanya. Warna putih identik dengan kedamaian, kebebasan, dan kesederhanaan. Ia terteguh menatap rumah dengan design yang simple dengan kualitas modern, yang akan ditinggalinya itu. Ardy benar-benar mewujudkan impiannya.“Ini rumah yang akan kita tempati sekarang, kak?” keyra menoleh ke arah Ardy yang berdiri disampingnya.Ardy mengangguk, “Iya, kamu suka?” tanyanya.“Suka banget, Kak. Rumahnya bagus.” jawab Keyra antusias. Binar bahagia terpancar dari mata
Siang itu matahari bersinar dengan teriknya seolah ingin membakar kulit orang yang berada dibawahnya. Randy terlihat sedang duduk menunggu seseorang di sebuah Kafe yang letaknya tidak jauh dari kampusnya. Minumancoffelatte yang dipesannya sejak beberapa menit yang lalu hampir habis namun orang yang ia tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Randy melirik jam tangannya, sudah hampir satu jam ia menunggu di sana. Ia telah mencoba menghubungi orang tersebut namun hanya operator yang menjawab panggilannya. Ketika hendak memutuskan untuk pergi dari kafe itu, masuklah seorang wanita berkaca mata hitam dengan topi lebar yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Wanita itu menghampiri Randy yang menatapnya kesal dengan tangan yang ia selipkan di depan dadanya.“Maaf, Ran. Kamu udah nunggu lama ya.” ujar wanita itu. Ia segera mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di hadapan Randy dan membuka topi yang ia pakai tanpa melepaskan kaca mata hitamnya.
Keyra membuka matanya berat, lalu menggeliat sambil merentangkan kedua tangannya. Keyra terkejut saat tangan kanannya menyentuh sesuatu. Ia menoleh ke sebelah kanan. Ia hampir saja berteriak saat melihat Ardy sedang tertidur di sampingnya. Namun sesaat kemudian ia segera ingat bahwa mulai saat itu ia harus sudah terbiasa mendapati Ardy yang tidur di sampingnya. Ia menyingkap selimut yang ia kenakan pelan-pelan. Semalam tidak terjadi apa-apa karena pakaiannya masih melekat di tubuhnya, piyama panjang dengan motif hello kitty favoritnya.'Baguslah.'pikir Keyra karena jujur, ia belum siap jika terjadi sesuatu antara dia dan Ardy.Ardy masih tertidur dengan pulasnya. Keyra menatapnya lekat-lekat. Ardy memang benar-benar tampan, ia mengakuinya.Tak lama kemudian smartphone Keyra yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur berbunyi. Ia segera meraih ponselnya karena takut suara ponselnya akan membangunkan Ardy. Keyra menat
“Jangan, Randy!” Keyra menggeleng, ia berusaha sekuat tenaga berontak menyingkirkan tubuh Randy yang berada di atas tubuhnya.Keyra mencegah tangan Randy saat dia memegang kancing kemeja Keyra dan hendak membukanya, “Aku mohon jangan melakukan itu, kita bisa bicarakan semua ini baik-baik.” pintanya dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.“Semua udah terlambat, Key. Gak ada yang perlu kita bicarakan lagi! Aku akan menjadikan kamu wanitaku sepenuhnya, Key. Walaupun awalnya sangat sakit, tapi nanti kamu akan menikmati permainanku sayang. Aku akan melakukannya dengan sangat hati-hati agar kamu tidak kesakitan.” Randy membelai pipi dan bibir keyra penuh nafsu. Matanya memerah penuh gairah.Keyra terus mencoba melepaskan diri dari himpitan Randy, namun usahanya gagal. Tenaga Randy terlalu kuat untuk ia lawan.SreetRandy menarik paksa kemeja yang dipakai Keyra hingga berhasil merobeknya dan melemparkan
Dua orang suster segera berlari menghampiri Ardy dengan membawa ranjang dorong Rumah Sakit ketika Ardy baru saja memasuki kawasan Rumah Sakit dengan menggendong Keyra alabridal style. Ardy membaringkan Keyra yang tubuhnya tertutup selimut diatas ranjang itu. Dua suster tadi langsung mendorong brankar menuju sebuah ruangan bernuansa putih, Ardy mengikutinya dari belakang. Untung saja Ardy selalu menyiapkan baju ganti di dalam bagasi mobilnya sehingga ia bisa memakai bajunya tanpa harus bertelanjang dada ke Rumah Sakit.Seorang dokter yang bernama dr. Rikha, menghampiri Ardy dan menanyakan apa yang terjadi. Ardy menjelaskan kronologis kejadian yang menimpa istrinya walaupun ia tidak tau pastinya seperti apa. dr. Rikha segera memeriksa luka yang ada di tubuh Keyra. Tubuhnya dipenuhi banyak luka lebam yang mulai membiru.dr. Rikha memeriksa mata Keyra yang sedang terpejam, “Nona Keyra hanya mengalamishockringan, luka di tubuhnya ti